Kisah Haru Puji, Karyawan Penyandang Disabilitas RSI Banjarnegara

Puji adalah seorang penyandang disabilitas yang direkrut RSI Banjarnegara. Tujuannya, untuk memberikan kesempatan bagi Puji untuk menjalani kehidupan normal

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 20 Agu 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2019, 15:00 WIB
Puji Lestari, karyawan disabilitas melayani pasien dan pengunjung RSI Banjarnegara dengan sabar. (Foto: Liputan6.com/RSI Banjarnegara/Muhamad Ridlo)
Puji Lestari, karyawan disabilitas melayani pasien dan pengunjung RSI Banjarnegara dengan sabar. (Foto: Liputan6.com/RSI Banjarnegara/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Perempuan berbusana putih hitam berkerudung itu nampak antusias menyambut para pengunjung di ruang pendaftaran Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara, Jawa Tengah. Sepintas lalu, tak ada yang berbeda, terkecuali fakta bahwa ia adalah penyandang disabilitas.

Senyum menyungging selalu dari bibirnya. Dia melayani dengan sabar tiap pertanyaan pengunjung di ruang pendaftaran itu. Hari itu, perempuan berkursi roda itu bak public relation hotel atau perusahaan ternama yang berpengalaman.

Namanya Puji Lestari. Usianya 32 tahun. Saat ini, ia tengah menjalani masa orientasi kerja di rumah sakit ini. Tiap pagi, ia melemparkan senyum ramahnya pada tiap orang.

Puji adalah seorang penyandang disabilitas yang direkrut RSI Banjarnegara. Tujuannya, untuk memberikan kesempatan bagi Puji untuk menjalani kehidupan normal, bekerja dan bersosialisasi dengan baik.

Warga Desa Winong RT 2 RW 2, Kecamatan Bawang, Banjarnegara ini bakal menjadi contoh, bahwa kaum difabel juga bisa mendiri meski memiliki keterbatasan fisik. Asalkan, memiliki kesempatan yang sama dengan warga lainnya.

Ternyata, ada kisah pedih di balik senyum semringahnya. Semula, Puji adalah gadis normal. Tetapi, kecelakaan tragis telah merenggut kelincahannya.

Minggu, 8 Agustus 2004, barangkali tak akan dilupakan oleh Puji. Itu hari, ia menjadi korban tabrak lari dua kendaraan sekaligus, di jalan dekat Pasar Ikan Purwonegoro, Banjarnegara.

Kala itu, ia membonceng rekannya sepulang dari Pangandaran. Saat hendak menyalip, sepeda motor yang ditumpainginya menyerempet sebuah sedan dan jatuh.

Nahas, dari arah berlawanan muncul pula kendaraan lain yang juga menabraknya. Kecelakaan fatal pun terjadi. Kecelakaan itu merenggut nyawa sang pengendara.

Puji beruntung masih diberi umur panjang. Hanya saja, ia terluka parah di sekujur tubuhnya. Lengan kanan patah, tulang belakangnya remuk. Puji pun kehilangan fungsi kedua kakinya dan menjadi seorang penyandang disabilitas.

 

Puji Jalani 7 Kali Operasi

Puji berlatih menggendarai sepeda motor yang dimodifikasi agar biasa dipakai oleh penyandang disabilitas seperti dirinya. (Foto: Liputan6.com/RSI Banjarnegara/Muhamad Ridlo)
Puji berlatih menggendarai sepeda motor yang dimodifikasi agar biasa dipakai oleh penyandang disabilitas seperti dirinya. (Foto: Liputan6.com/RSI Banjarnegara/Muhamad Ridlo)

Celakanya, pengendara dua kendaraan yang menyerempet dan menabrak puji dan rekannya itu ogah bertanggung jawab. Puji menjadi korban tabrak lari.

Puji menjalani tujuh kali operasi, mulai dari operasi pasang dan lepas pen lengan kanannya, pasang pen tulang belakang, panjangkan otot kaki dan kaki kanannya. Ditambah lagi operasi kebocoran sendi, dan terakhir endoskopi untuk urusan kandung kemih.

Ada batu ginjal sebesar telur bebek yang harus dikeluarkan dari tubuhnya, lantaran efek dari banyaknya kalsium di tubuhnya. Operasi ini dilakukan dokter Kartiko S, spesialis urologi di RSI Banjarnegara tahun 2012 lalu.

Perjuangan Puji dan ayahnya luar biasa. Ia bukan dari kalangan berada. Ayahnya, Mustakim sebatas buruh tani. Adapun ibunya, Mistinah, adalah seorang buru migran. Belasan tahun sudah mereka berpisah.

Demi kesehatan anaknya, bapaknya harus berutang ke sana ke mari. Rp 30 juta lebih dihabiskan demi kesehatan Puji. Puji pun belasan tahun berpisah dengan Mistinah ibunya yang bekerja di luar negeri.

Puji sudah berusaha melupakan kejadian itu. Terkini, adalah membuncahnya semangat hidup yang membara. Ia tutup semua kepedihan, ia ganti dengan senyum yang mengembang tiap pagi.

Aktivitas sehari hari ia jalani dengan normal, meski kedua kakinya mati rasa dan tak bisa berdiri sedikitpun.

"Sehari-hari ya belanja masak untuk bapak dan bekal ke tempat kerja. Saya tidak mau terlalu merepotkan bapak terus," ucap Puji.

Soal bagaimana proses penderita disabilitas ini bisa bekerja di RSI Banjarnegara, dengan wajah berbinar Puji bercerita bahwa ia ditawari langsung oleh Direktur RSI, dr Agus Ujianto.

 

Kisah Puji Direkrut RSI Banjarnegara

Puji berlatih menggendarai sepeda motor yang dimodifikasi agar biasa dipakai oleh penyandang disabilitas seperti dirinya. (Foto: Liputan6.com/RSI Banjarnegara/Muhamad Ridlo)
Puji berlatih menggendarai sepeda motor yang dimodifikasi agar biasa dipakai oleh penyandang disabilitas seperti dirinya. (Foto: Liputan6.com/RSI Banjarnegara/Muhamad Ridlo)

Dr Agus adalah dokter spesialis yang mengoperasinya. Usai operasi, secara rutin ia lima kali kontrol dan bertemu dokter baik hati ini.

Dari pertemuan itu, Puji dan dr Agus berbincang banyak. Ujungnya, pada Februari lalu Puji ditawari bekerja. Langsung saja Puji mengiyakan penawaran itu, namun ia meminta waktu tiga bulan untuk pemulihan kesehatan.

"Saya mau berdayakan kamu, bekerja di RSI Banjarnegara bersedia apa enggak," kata Puji, menirukan apa yang diungkapkan dr Agus kepada dia, Februari lalu.

Singkat kata, sejak Juli 2019 lalu ia resmi menjadi karyawan baru. Kini Puji masih menjalani masa orientasi.

Bagi orang normal, transportasi tentu saja bukan persoalan berat. Tetapi, bagi penyandang disabilitas, transportasi bisa menjadi masalah besar. Tak semua jenis transportasi ramah untuk penyandang disabilitas.

Untuk berangkat kerja, selama 12 hari pertama ia diantar dengan mobil sewa. Setelah itu, ayahnya membeli motor bekas yang lantas dimodifikasi dengan penambahan gerobak untuk menyesuaikan kondisi fisik Puji. Akhir bulan Agustus ini, Puji berencana untuk membuat SIM D.

Direktur RSI Banjarnegara dr Agus Ujianto mengatakan, RSI berkomitmen untuk memberikan kesempatan bekerja bagi penyandang disabilitas agar terus berdaya dan mampu hidup normal serta mandiri.

Bahkan RSI masih berkinginan untuk menambah beberapa karyawan penyandang disabilitas lain. Agus yakin, jika diberi kepercayaan penyandang disabilitas akan produktif.

Gaji karyawan disabilitas pun tak dibedakan dengan karyawan lainnya. Honor disesuaikan dengan spesifikasi jasa, kompetensi dan masa kerja

"RSI Banjarnegara sesuai cita cita wong Banjarnegara harus mampu mampu menampung pekerjaan, tak terkecuali kaum difabel. Saat ini baru satu, menyesuaikan kebutuhan, harapan kami bisa bertambah," ucap Agus.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya