Liputan6.com, Malang - KH Basori Alwi Murtadlo, pengasuh Pondok Pesantren Ilmu Alquran (PIQ), Singosari, Malang, meninggal dunia pada Senin, 22 Maret sore. Ribuan santri dan masyarakat sekitar datang untuk takziah.
Ulama ini meninggal dunia pada usia 93 tahun karena sakit jantung koroner. Kyai Basori dimakamkan pada Selasa, 24 Maret usai salat zuhur di kompleks pemakamanan Yayasan PIQ di Dengkol, Singasari, Kabupaten Malang.
KH Bashori Alwi lahir di Singosari, Malang, pada 15 April 1927. Mengutip dari website resmi PIQ, Kiai Basori pernah belajar di Pesantren Sidogiri (Pasuruan) serta di pesantren Singosari maupun Palembang. Dia sempat pula belajar Ponpes Salafiyah Solo.
Advertisement
Baca Juga
KH Basori Alwi adalah seorang ulama qari’ (pelantun Alqur’an bil-ghina) tidak hanya tingkat nasional, tapi juga internasional. Pada 1964 bersama dua qari’ nasional lainnya, pernah diundang membaca Alqur’an di 11 negara Asia Afrika.
Dia merupakan satu pendiri Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffadh, sebuah organisasi para qari’ dan penghafal Alquran. Salah seorang pencetus ide Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat internasional saat Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) tahun 1964.
KH Basori Alwi termasuk penggagas MTQ tingkat nasional. Kiai Basori sampai hari ini masih tercatat sebagai Dewan Hakim di MTQ dan Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) Nasional. Seorang pengajar yang malang melintang baik di lembaga formal maupun nonformal.
KH Basori Alwi mendirikan pesantren yang diberi nama PIQ di Singosari, Malang, pada 1978. Kiprahnya di organisasi juga tidak main–main, pernah menjadi Ketua Gerakan Pemuda Ansor periode 1955-1958.
Ulama kharismatik ini juga dikenal sebagai penulis yang produktif dengan menghasilkan berbagai karya ilmiah. Namun, juga tak ketinggalan zaman karena bersama para santrinya pernah merekam panduan belajar Alquran melalui medium compact disc.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Ribuan Peziarah
Wafatnya ulama serta ahli di bidang Alquran ini tak pelak menghadirkan duka mendalam bagi para santri dan masyarakat sekitar. Ribuan orang terus berdatangan untuk takziah di rumah duka, mengantar kepergian penggagas MTQ ini.
Di tengah situasi pandemi corona Covid-19, para peziarah pun tetap disemprot dengan cairan antiseptik. Ini demi menghindari potensi penyebaran virus corona baru. Para pentakziah juga diimbau tetap tidak boleh dalam kerumuman terlalu lama.
Kasubbag Humas Polres Malang, Ipda Nining Husumawati mengatakan, ada tim Satgas Pencegahan Corona Covid-19 yang menyemprot setiap petakziah sebelum masuk ke dalam rumah duka, serta wajib cuci tangan dengan sabun yang telah disediakan.
"Jarak antar petakziah tak bisa diatur sesuai ketetentuan, karena itu kami imbau tidak lama–lama berkerumun," ujar Nining.
Para petakziah juga diminta segera pulang ke rumah masing–masing begitu proses pemakaman selesai. Jenazah almarhum sendiri dimakamkan di kompleks pemakaman Yayasan PIQ di Dengkol, Singasari, Kabupaten Malang.
Advertisement