Sensasi Pagi Belanja Rasa Piknik di Pasar Seni Gorontalo

Tak hanya masyarakat lokal, Pasar Seni ini juga menjadi buruan para pelancong dari luar daerah. Bahkan turis mancanegara juga ikut berbelanja di pasar ini

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 14 Sep 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2020, 06:00 WIB
Pagi-pagi berbelanja di Pasar Seni Gorontalo. (Foto: Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)
Pagi-pagi berbelanja di Pasar Seni Gorontalo. (Foto: Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - Jika akan berkunjung ke Gorontalo, jangan lupa datang ke pasar yang satu ini, namanya Pasar Seni. Pasar yang belum lama dibuka ini ternyata mampu menarik perhatian masyarakat.

Tak hanya masyarakat lokal, Pasar Seni ini juga menjadi buruan para pelancong dari luar daerah. Bahkan turis mancanegara juga ikut berbelanja di pasar ini.

Pasar Seni ini digagas oleh sejumlah seniman Gorontalo dalam menyambut musim panen warga Kabupaten Bone Bolango. Pasar yang memiliki konsep layaknya pasar tradisional ini sangat lekat dengan situasi pasar pada zaman dahulu.

Tidak ada satu penjual pun menggunakan meja berbahan plastik, semuanya terbuat dari kayu. Tidak hanya itu, lapak para penjual pun berada di bawah rumpun pohon bambu agar menambah terasanya kesan tradisionalnya.

Suara alunan musik khas Gorontalo menyapa kuping para pengunjung pasar. Bahkan uniknya, alat tukar yang digunakan di pasar ini bukan berupa uang pada umumnya. Di pasar ini, uang berupa kepingan tempurung bulat yang sudah dihaluskan layaknya uang koin.

Selain itu, pedagang serta pembeli dilarang membawa kantong plastik dalam bentuk apapun. Sebab, Pasar Seni tetap mempertahankan tradisi leluhur yang masih menggunakan media daun dan tas terbuat dari hasil alam.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Terinspirasi Pasar Papirangan, Temanggung

Pagi-pagi berbelanja di Pasar Seni Gorontalo. (Foto: Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)
Pagi-pagi berbelanja di Pasar Seni Gorontalo. (Foto: Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Itulah mengapa jika pasar ini masih erat dengan budaya tradisional yang bisa dibilang pasar organik. Pedagang di Pasar Seni ini penjualnya pun beragam, mulai dari menjual makanan tradisional Gorontalo, rempah, aneka buah dan sayur hingga peralatan rumah tangga yang secara umum semuanya terbuat dari kayu dan bambu.

Salah satu seniman Gorontalo, Awal, yang juga pencetus pasar seni ini, mengatakan ide awal membuat pasar seni ini terinspirasi dari Pasar Papringan di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

"Ini sudah dua kali kami laksanakan, tahun lalu pada bulan Desember, sebelumnya kami sosialisasi ke warga pedagang dan alhamdulillah banyak yang ikut," kata Awal.

Ia menambahkan, kali ini mereka tambahkan bahwa transaksi di pasar ini tidak menggunakan uang melainkan hanya menggunakan kepingan tempurung. Hal ini merupakan salah satu bentuk protokol kesehatan meminimalisir penggunaan uang.

 

Berdagang Rasa Piknik

Pagi-pagi berbelanja di Pasar Seni Gorontalo. (Foto: Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)
Pagi-pagi berbelanja di Pasar Seni Gorontalo. (Foto: Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

"Untuk masuk pasar ini, selain cuci tangan dan pakai masker, mereka tidak diperbolehkan membeli menggunakan uang kertas maupun logam," dia menjelaskan.

"Mereka kami sediakan kepingan bambu sebagai alat tukar, yang sebelumnya itu sudah ditukar dengan uang yang asli pada panitia," katanya lagi.

Pedagang pasar, Lilan Hasan mengaku baru kali ini ia merasakan berjualan di pasar tradisional. Selain tenang para pedagang juga merasa damai seakan kembali ke jaman dulu.

"Kami yang biasanya berjualan di pasar modern, ternyata sensasinya berbeda. Kami sangat senang seperti berwisata sambil berdagang," kata Lilan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya