Hore, Mimpi Bocah Difabel Yesi Ndun Punya Kaki Palsu Segera Terwujud

Bocah kelas 1 SDN Bijaesahan ini bermimpi punya kaki palsu. Namun, orangtuanya yang hanya sebagai buruh kasar di Kalimantan tak memiliki dana.

oleh Ola Keda diperbarui 01 Okt 2020, 01:00 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2020, 01:00 WIB
Bocah Difabel NTT
Foto: Tim Dokkes Polda NTT saat mengukur kaki Yesi Ndun (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Mimpi bocah difabel, Yesi Ndun untuk memiliki kaki palsu bakal terwujud dalam waktu dekat. Sejak diberitakan beberapa media, Kapolda NTT, Irjen Pol Lotharia Latif langsung meminta Kabid Dokkes Polda NTT, Kombes Pol dr Sudaryono dan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Titus Uly Polda NTT, Kompol dr Herry Purwanto untuk membuatkan kaki palsu.

Akhir pekan lalu, Kabid Dokkes Polda NTT menurunkan tim untuk pengukuran kaki palsu. Tim ini terdiri dari Kasat Bimas Polres Kupang, AKP Simon Seran, Kapolsek Takari, Iptu Paulus Malelak, Paur Kes Polres Kupang dan Hans Gapung sebagai pembuat kaki palsu. Tim melakukan kunjungan ke rumah Stenly Yesi Ndun di RT 006/RW 003, Dusun II Desa Tuapanaf, Takari, Kupang.

Tim juga mengumpulkan data dan identitas penyandang difabel serta keluarga serta mewawancarai Yessi dan keluaga.

"Hasilnya, keluarga dan Yesi dengan senang hati mau menerima bantuan yang akan diberikan," ujar Kapolda NTT, Irjen Pol Lotharia Latif, Selasa (28 9/9/2020).

Hans Gapung, pembuat kaki palsu kemudian mengukur dan membuatkan mal kaki palsu. Mal contoh kaki palsu pun sudah jadi dan sudah dibawa Paur Kes Polres Kupang dan Hans Gapung ke rumah tempat pembuatan kaki palsu di Kupang dan selanjutnya diproses pembuatan.

Senin (29/9/2020), Tim dari Polda NTT menjemput Yesi Ndun dan keluarga. Yesi dibawa ke Kupang untuk mencoba mal kaki palsu.

Stenly Yesi Ndun, bocah 7 tahun yang tinggal di Desa Tuapanaf RT 006/RW 003 Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang, NTT ini hanya memiliki satu kaki. Hal ini dialami Yesi sejak lahir.

Sejak berumur tiga tahun, Yesi dan saudari kembarnya, Stela Ndun tinggal bersama kakek dan neneknya. Impitan ekonomi, membuat kedua orangtua mereka merantau ke Kalimantan.

Meski fisiknya tak sempurna, bocah ini tetap semangat ke sekolah menggunakan tongkat dari kayu. Kayu itu ia gunakan sebagai pengganti kakinya.

Saban hari, ia harus berjalan sejauh 1 kilometer ke sekolah. Bocah kelas 1 SDN Bijaesahan ini bermimpi punya kaki palsu. Namun, orangtuanya yang hanya sebagai buruh kasar di Kalimantan tak memiliki dana.

Di rumah berdinding kayu, Yesi dan tiga saudara kandungnya hidup bersama kakek dan neneknya. Selain Yessi dan tiga saudaranya, ada empat cucu lain yang diasuh pasutri lansia ini.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya