Gas Campur Air Menyembur dari Bekas Sumur Minyak di Perbatasan Blora-Grobogan

Semburan gas bercampur dengan air muncul dari perut bumi di dua sumur bekas pengeboran minyak era kolonial Belanda di perbatasan daerah Blora-Grobogan.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 05 Okt 2020, 06:08 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2020, 05:00 WIB
Penampakan Sumur Tua Bekas Pengeboran Minyak Era Kolonial Belanda (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Penampakan Sumur Tua Bekas Pengeboran Minyak Era Kolonial Belanda (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Semburan gas bercampur dengan air muncul dari perut bumi di dua sumur tua bekas pengeboran minyak era kolonial Belanda di perbatasan daerah perbatasan Blora-Grobogan.

Dua sumur tersebut masuk di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan dan masuk di Desa Plosorejo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

"Sumur ini sudah lama. Ya dari dulu seperti ini, sejak bapak saya maupun kakek saya," kata Piyono (50) kepada Liputan6.com, Sabtu (3/10/2020).

Warga Desa Plosorejo itu mengaku, penampakan semburan gas bercampur air di dua sumur tersebut sering didatangi oleh orang-orang dari berbagai daerah.

Piyono mengaku, selama ini yang jadi korban di sekitar lokasi hanya binatang ternak warga maupun hewan liar seperti burung. Sementara untuk warga belum pernah ada yang menjadi korban.

"Tidak pernah kalau warga. Dulu yang sering itu sapi dan burung-burung jika mendekat lokasi," katanya.

Menurut dia, gelembung-gelembung kecil berbau gas juga muncul di sejumlah titik di sekitar lokasi. 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Akses ke Lokasi

Penampakan Sumur Tua Bekas Pengeboran Minyak Era Kolonial Belanda (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Penampakan Sumur Tua Bekas Pengeboran Minyak Era Kolonial Belanda (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Akses menuju lokasi itu hanya bisa dilalui menggunakan kendaraan roda dua atau dengan berjalan kaki. Apabila ingin melihat secara dekat, bawalah masker atau penutup pernapasan. Sebab, bau tak sedap cukup menyengat.

Hal senada disampaikan Kapolsek Kunduran, Iptu Lilik Eko Sukaryono, adanya bekas galian minyak tersebut sudah ada sejak lama, yakni zaman penjajahan.

Lilik menjelaskan, bulan September-Oktober seperti saat ini luapan airnya lebih besar. Namun, kata dia, anehnya air tidak meluber atau mengalir kemana-mana.

"Meskipun besar hujan kenceng, sama saja seperti ini airnya," kata Lilik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya