Liputan6.com, Blora - Di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Dalangan, Kecamatan Todanan, terdapat banyak pohon matoa dan alpukat yang sedang berbuah. Sesekali, cobalah berkunjung untuk merasakan hasil potensi yang dimiliki kampung ini.
Informasi yang diperoleh Liputan6.com, pohon matoa sendiri sebenarnya identik dengan tanaman yang kerap tumbuh di Papua. Layaknya Indonesia yang saling bersaudara, warga Desa Dalangan pun rupanya rata-rata punya pohon matoa yang tumbuh subur di sekitar rumah mereka.
"Matoa ini salah satunya ciri khas yang bisa tumbuh di daerah kami dengan sangat subur sekali," ungkap Kepala Desa (Kades) Dalangan, Sriyono ketika memetik buah matoa di kampungnya itu, Jumat (12/11/2021).
Advertisement
Sriyono menerangkan, potensi buah matoa yang dulunya berasal dari Papua itu dalam satu tahun tidak hanya satu kali panen saja. Tetapi, bisa sampai tiga kali panen.
Baca Juga
Kondisi geografis di Desa Dalangan sendiri letaknya cukup tinggi di Blora yang tanahnya cocok untuk ditanami pepohonan buah.
"Tanahnya tanah kapur, termasuk tanah merah cocok juga untuk durian, rambutan, alpukat, matoa," terangnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Potensi Buah Matoa
Berkesempatan bisa berkunjung dan mencicipi buah matoa dari pohon langsung, rasanya manis tanpa efek samping. Harganya terjangkau dan rupanya juga buah matoa tidak hanya satu jenis saja.
"Per kilogram kisaran kalau pas nggak musim sampai Rp40 ribu sampai Rp35 ribu. Kalau pas musim ini kisaran Rp25 ribu sampai Rp30 ribu. Jenisnya ada matoa durian, ada juga matoa madu," ucapnya.
Kades Dalangan ini menyampaikan, perbedaan jenis matoa durian ukurannya lebih panjang dan ketika dikupas di dalamnya tidak berair, serta kulit buah matoa jenis ini lebih tipis. Untuk yang lainnya seperti matoa madu bentuknya bulat, kecil, tapi manis sekali rasanya.
Ia mengaku dari pihak Dinas Pertanian Kabupaten Blora juga pernah melirik kaitan dengan potensi yang ada di Desa Dalangan. Sangat layak disebut kampung matoa.
"Kebetulan kami, memberikan informasi bahwa di dalangan sangat cocok sekali matoa," ujar Sriyono.
Ia pernah usul kepada dinas terkait untuk memberikan kiat-kiat khusus, serta motivasi atau dorongan supaya matoa di desanya bisa terkenal hingga luar daerah, supaya tentunya menjadi potensi andalan.
"Kebetulan kalau pas musim biasanya daerah Kabupaten Pati ambilnya juga dari sini," katanya.
Advertisement
Potensi Buah Alpukat
Mengetahui tanah yang ada di Desa Dalangan sedikit berbatu, Sriyono mengaku telah lama mempunyai inisiatif bersama warganya agar menanam buah alpukat ataupun lainnya yang bisa menghasilkan.
Menurutnya, potensi buah alpukat di kampungnya tersebut sangat bagus dan setiap tahun bisa sekali hingga dua kali panen. Dalam situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, diakuinya permintaan alpukat tinggi, terutama berasal dari daerah kabupaten lain.
"Kebetulan tanahnya juga cocok, daerahnya juga cocok, hasilnya juga cocok. Beda dengan alpukat daerah lain, karena daerah sini tanahnya mengandung batu, plus tanah, plus mengandung minyak. Jadi rasa alpukatnya juga beda," terang Sriyono.
Ia membeberkan, seperti tanaman alpukat yang ditunjukkannya itu adalah jenis alpukat kendil. Dijual per kilogramnya bisa sampai Rp15 ribu hingga Rp20 ribu.
"Isinya tiga sampai empat buah," katanya sambil menunjukkan buah alpukat kendil yang siap di panen itu.
Sriyono menyampaikan apabila masyarakat dari luar daerah berniat untuk membeli buah matoa, alpukat, ataupun lainnya bisa datang berkunjung langsung. Pihak Pemerintah Desa Dalangan siap jadi perantara.
"Bisa beli lewat pihak desa. Kebetulan juga di daerah Todanan sendiri yang paling banyak tanaman alpukat adalah di desa kami, Desa Dalangan. Masing-masing rumah ada yang punya tanaman satu sampai dua pohon," katanya.
Musim Buah Matoa dan Alpukat
Potensi buah matoa dan alpukat juga diakui warga setempat bernama Nur Khasan. Menurutnya, saat ini sedang musimnya berbuah. Kendatipun masih ada juga warga yang tidak punya pohon yang buahnya jadi andalan Desa Dalangan, mereka masih tetap bisa merasakan dan menikmati pada musim panen tiba.
"Jika tidak punya warga sini dikasih tetangganya. Disini pada panen, rata-rata tiap rumah punya pohonnya. Di alas (hutan) sekitar sini juga sudah pada panen," Khasan memungkasi.
Bagi warga luar daerah yang tertarik berkunjung atau penasaran ingin mencicipi buah dari pohonnya, bisa datang langsung kendatipun masih di masa pandemi Covid-19. Jangan lupa patuhi protokol kesehatan, minimal dengan tetap mengenakan masker jika keluar rumah.
Lokasi Desa Dalangan mudah dicari dengan gawai. Majunya teknologi saat ini, mendukung masyarakat bisa berselancar menggunakan aplikasi seperti 'Google Maps' mencari kampung tersebut.
Advertisement