Liputan6.com, Jakarta - Gadget tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan manusia. Berbagai perangkat teknologi terus menggantikan peran sarana dan prasarana konvensional yang telah ada selama ini.
Meski demikian, seperti halnya dua sisi mata uang, gadget atau gawai tidak selamanya memberi dampak positif. Kecanduan gawai ternyata justru memberi pengaruh buruk bagi penggunanya.
Baca Juga
Berangkat dari kegelisahan ini, sejumlah mahasiswa dari prodi Akutansi S1 Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang (Unpam), tergerak untuk turun ke lapangan.
Advertisement
Melalui program Pengabdian Mahasiswa Kepada Masyarakat (PmkM), Rizka Dwi Cahyani (ketua kelompok), Dinda Dara Mita, Milawati, Yulia Fardilah, bersama dosen pendamping, Widayat, menyambangi Tempat Pendidikan Agama Nur-Izzah, Cilangkap Bogor, Jabar.
Di lembaga pimpinan Nur'aini itu, mereka melakukan edukasi tentang dampak penggunaan gawai kepada 31 orang anak yang berusia 7-12 tahun pada 24 Oktober 2021. Program berlangsung secara tatap muka dengan mengikuti standar protokol kesehatan yang memadai.
"Melalui kegiatan PMkM ini, kami selaku mahasiswa Universitas Pamulang (Unpam) bertujuan untuk melakukan edukasi dampak penggunaan gadget bagi anak-anak usia 7-12 tahun di tempat Pendidikan Agama Nur-Izzah Cilangkap Depok melalui kegiatan belajar sambil bermain," bunyi keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari kelompok PmkM Unpam tersebut.
Simak video pilihan berikut ini:
Anak-Anak Rentan Terpapar
Edukasi sengaja dilakukan langsung kepada anak-anak yang sangat rentan terpapar dampak buruk gawai. Untuk itulah, selama ini peran orangtua sebenarnya sangat dibutuhkan dalam mengawasi maupun memberikan edukasi terhadap fungsi gawai bagi anak-anak.
Kegiatan edukasi terhadap anak-anak di Tempat Pendidikan Agama Nur-Izzah dilakukan lewat dua cara. Pertama adalah melalui belajar sambil bermain dan kedua lewat kegiatan bercerita.
Kedua cara ini dianggap lebih menarik dan memudahkan anak menyerap informasi. Dalam metode belajar sambil bermain, peserta mengikuti games "Ayo Peduli Sekitar". Dari permainan ini diketahui hanya 70 persen dari pertanyaan yang dijawab dengan tepat oleh peserta.
Dalam permainan ini peserta dibagi jadi 2 kelompok, dan masing-masing kelompok diberikan 1 lembar kertas dan 1 buah pulpen untuk menjawab pertanyaan yang diberikan pemberi materi.
Sebelum menjawab pertanyaan, kelompok pertama dipindahkan tempatnya ke dalam ruangan yang tidak dapat dilihat kelompok lain.
Jenis pertanyaan yang diajukan adalah sama. Dari 10 pertanyaan setiap kelompok hanya bisa menjawab dengan tepat 7-8 pertanyaan. Kriteria pertanyaan yang diajukan terkait dengan kebiasaan dan kehidupan sehari-hari peserta di lingkungan rumah maupun sekolah.
Advertisement
Kegiatan Story Telling
Sementara untuk kegiatan story telling digunakan media visual (wayang kertas). Sesi ini bercerita tentang keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, putri (10) dan putra (8). Ayah menetapkan aturan kepada anaknya dalam memainkan gawai. Dari cerita ini, peserta diharapkan mampu menangkap pesan moral bahwa di zaman serba canggih ini tidak hanya gadget yang dapat menarik perhatian anak.
Orangtua dapat memberikan hal-hal menarik lainnya kepada anak seperti buku cerita, menyusun puzzle, menggambar dan mewarnai. Belajar sambil bermain juga dipercaya mampu meningkatkan kreativitas dan motorik anak dengan baik.