Bunda, Bayi dengan Berat Lahir Rendah Berisiko Diabetes dan Hipertensi

Bayi yang lahir dengan berat rendah ternyata memiliki risiko kesehatan yang harus dipantau oleh orangtua. Pakar UGM menyebut bayi dengan lahir berat rendah berpotensi terkena penyakit.

oleh Yanuar H diperbarui 09 Mar 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2022, 07:00 WIB
6 Pilihan Mainan Untuk Stimulasi Kecerdasan Bayi 4 Bulan Menurut Ahli
Mainan gelas susun bayi (Foto: IKEA Indonesia)

Liputan6.com, Yogyakarta - Sebuah penelitian mahasiswa S3 Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Neti Nurani menyatakan pentingnya mengevaluasi nutrisi sejak prenatal selama enam bulan pada bayi berat lahir rendah. Menurutnya, bayi dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko metabolik yang lebih besar pada masa dewasa.  

"Kurang gizi di kehamilan dini berkorelasi dengan berat badan lahir rendah dan risiko obesitas di masa dewasa, sementara kekurangan gizi pada akhir kehamilan mengurangi toleransi glukosa di tahun-tahun berikutnya,” paparnya dalam ujian terbuka promosi doktor Rabu  2 Maret 2022. 

Dalam disertasinya yang berjudul The Effect Global DNA Methylation Status at Birth and Early Life Nutrition on the growth and Nutrition Status of Low Birth Weight Infant, Neti mengatakan, dibandingkan dengan bayi berat lahir normal, bayi berat lahir rendah ditemukan berisiko lebih tinggi mengalami gangguan metabolisme pada masa dewasa seperti hipertensi, diabetes tipe I, diabetes tipe II, dan hiperlipidemia.

Dalam penelitiannya pada 53 bayi dengan berat lahir rendah dan 41 bayi berat normal dan ibunya di Maternal-Perinatal Instalasi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dan beberapa RS swasta di DI Yogyakarta pada Januari 2018 sampai Juni 2019, terdapat perbedaan. Perbedaan bermakna status metilasi DNA global pada lahir dengan prematur dan cukup bulan dan bayi berat normal. 

"Status metilasi DNA global saat lahir tidak memengaruhi laju pertumbuhan dan status gizi pada enam bulan. Karbohidrat dan tingkat energi ASI pada 1-2 bulan memengaruhi laju pertumbuhan dan status gizi pada bayi prematur dan bayi berat normal," katanya.

Pada penelitian ini, selanjutnya, data untuk penilaian tren pertumbuhan dipantau setiap bulan. Selain itu, nutrisi status asupan menyusui atau tidak. Adapun data diet ibu selama kehamilan dan laktasi diperoleh dengan menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ). 

"Jenis kelamin bayi bayi, berat lahir, kandungan lemak, dan karbohidrat dalam ASI pada usia 1-2 bulan terkait dengan berat badan yang signifikan. Panjang lahir, energi, dan karbohidrat kandungan dalam ASI pada 1-2 bulan dan tinggi ibu secara signifikan terkait dengan panjang dalam rentang enam bulan," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya