Liputan6.com, Palembang - Penambahan 5 koridor feeder LRT Palembang Sumatera Selatan, membawa angin segar bagi para sopir angkutan kota dan taksi online di Kota Palembang.
Peluang bergabung menjadi sopir angkutan feeder LRT Palembang, dimanfaatkan Heriansyah (54), sopir angkot Bukit Palembang.
Advertisement
Pria enam orang anak ini sudah melakoni profesi sopir angkot sejak 25 tahun lalu di Palembang. Ada suka duka yang dialaminya sebagai sopir angkot di Palembang.
Advertisement
Baca Juga
Dia merasakan pendapatan yang menurun drastis, saat mulainya pandemi COVID-19 di tahun 2020 lalu. Apalagi tindakan kriminalitas kerap dialaminya, salah satunya dari preman di beberapa lokasi yang dilintasinya.
“Saya sering menjadi korban pungutan liar (pungli) preman di beberapa daerah di Palembang. Apalagi penghasilan terbatas, hanya Rp 3 juta per bulan. Karena harus membagi dengan biaya bensin, perawatan dan lainnya,” ucapnya kepada Liputan6.com, Minggu (10/12/2022).
Dia akhirnya mendengar ada peluang menjadi sopir angkutan feeder LRT Palembang, dengan tunjangan yang menjanjikan dan potensi kriminal yang minim.
Angkutan feeder dinilainya sangat nyaman karena menggunakan AC dan fasilitasnya juga lengkap, seperti adanya panic button saat terjadi aksi kriminal dan CCTV.
“Gajinya cukup besar, dapat juga uang makan, ongkos dan pulsa. Kerjanya juga santai, hanya setengah hari dari pukul 05.00 WIB hingga 12.00 WIB atau shift pukul 12.30 WIB hingga 19.00 WIB,” ujarnya.
Dia pun sangat bangga menggunakan seragam sopir angkutan feeder LRT Palembang, yang tak pernah didapatkannya selama puluhan tahun menjadi sopir angkot. Rute yang akan dilintasinya yakni dari rute Talang kelapa – Asrama Haji – Punti Kayu- Talang Buruk – Talang Kelapa Palembang.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Penghasilan Tambahan
Mengingat hanya menghabiskan setengah hari waktu kerja, Heriansyah bisa mengisi waktu luangnya kembali menjadi sopir angkot.
“Pendapatan sopir angkot bisa untuk kebutuhan hari-hari di rumah. Gaji jadi sopir angkutan feeder, bisa untuk menambah keperluan lainnya. Jadi saya agak tenang, karena punya dua penghasilan dalam sebulan,” ungkapnya.
Sama halnya dengan Yulius (40), warga Sukabangun Palembang ini memilih bergabung menjadi sopir angkutan feeder LRT Palembang, karena sudah putus asa menjadi taksi online.
Beberapa tahun lalu, dia sempat bergabung menjadi sopir Transmusi Palembang. Karena ada pengurangan karyawan, Yulius pun dirumahkan.
Advertisement
Pendapatan Stabil
Dia mengadu nasib menjadi supir taksi online dari tahun 2017 lalu. Awalnya penghasilannya cukup menggiurkan. Dengan banyaknya skema dari perusahaan taksi online yang menyulitkannya, pendapatannya pun menurun drastis.
“Karena sering berubah-ubah skema, di situ penghasilan tak menentu dan jumlah penumpang selalu tak mencapai target. Seringkali saya hanya membawa pulang Rp 30.000 per hari, mana cukup untuk kebutuhan hari-hari,” ujarnya.
Yulius kini menggantungkan nasib menjadi sopir angkutan feeder LRT Palembang, karena pendapatannya stabil dan adanya jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan.