Api Diam Terlihat di Area Kubah Lava Gunung Merapi, BPPTKG Sebut Itu Hal Wajar

Ada api diam yang terpantau di area kubah lava barat daya Gunung Merapi usai gunung tersebut erupsi hebat pada Sabtu (11/3/2023) lalu.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 14 Mar 2023, 10:36 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2023, 10:35 WIB
Merapi
Kepulan asap Solfatara dari awan panas gunung Merapi pagi ini, Minggu (12/3/2023). Foto: liputan6.com/Edhie Prayitno Ige 

 

Liputan6.com, Yogyakarta - Ada api diam yang terpantau di area kubah lava barat daya Gunung Merapi usai gunung tersebut erupsi hebat pada Sabtu (11/3/2023) lalu. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengatakan, fenomena yang teramati pada periode 13 Maret 2023 pukul 18.00 - 24.00 WIB tersebut merupakan hal yang wajar terlihat pada kuba lava gunung api yang sedang aktif.

"Api diam itu penampakan rona merah, biasanya akibat lava yang panas," ujar Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso saat dikonfirmasi di Yogyakarta, Selasa (14/3/2023).

Selama periode pengamatan itu, BPPTKG tidak mencatat adanya awan panas guguran maupun lava pijar yang keluar dari gunung di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.

Awan panas guguran kembali terpantau keluar dari Gunung Merapi sebanyak dua kali berdasarkan pengamatan BPPTKG periode Selasa (14/3/2023) pukul 00.00-06.00 WIB.

Jarak luncur awan panas guguran mencapai 1.600 meter sampai 2.000 meter mengarah ke barat daya.

Teramati pula sebanyak 15 kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter ke arah barat daya.

Sementara itu, gempa awan panas guguran tercatat dua kali, gempa guguran 55 kali, gempa fase banyak 10 kali, dan gempa vulkanik dangkal dua kali.

BPPTKG masih mempertahankan status Siaga atau Level III yang ditetapkan sejak November 2020 silam.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas guguran yakni di Kali Woro sejauh 3 km dari puncak, Kali Gendol sejauh 5 km dari puncak.

Selain itu, potensi bahaya juga di Kali Boyong sejauh 5 km dari puncak, serta Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh 7 km dari puncak.

Sedangkan lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

BPPTKG juga mengimbau masyarakat mewaspadai bahaya lahar di alur sungai berhulu Merapi, terutama saat terjadi hujan di puncak gunung.

Imbauan Warga Magelang

Sementara itu, Bupati Magelang Zaenal Arifin mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan menjauhi puncak Gunung Merapi. 

Zaenal menyampaikan, beberapa waktu lalu telah terjadi guguran awan panas pada puncak Gunung Merapi kurang lebih sejauh 1,5 kilometer yang terjadi beberapa kali. Sesuai dengan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) masyarakat yang melakukan aktivitas di seputar Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) tidak melakukan aktivitas di lokasi tersebut untuk sementara waktu, menghindari tempat-tempat yang bahaya.

"Semoga tidak ada lanjutannya (guguran Gunung Merapi) cukup sampai di sini. Kalaupun ada lanjutannya, kita harus prepare dan hati-hati," katanya, Senin malam (13/3/2023).

Apabila nantinya terjadi lanjutan guguran awan panas pada puncak Merapi, Zaenal meminta agar jajaran TNI, Polri, Pemkab Magelang untuk selalu menyiapkan segala sesuatunya.

Ia menuturkan hingga saat ini aktivitas masyarakat masih berjalan seperti biasa dan diimbau untuk menjauhi titik puncak Merapi saat ini.

Terkait terjadinya dampak kerusakan tanaman masyarakat di sekitar lereng Merapi, dia menjelaskan pihak Kodim 0705/Magelang dan BPBD Kabupaten Magelang langsung melakukan aksi bersih-bersih dari abu vulkanik pada kawasan terdampak, termasuk pada tanaman milik warga.

"Semoga segera turun hujan, sehingga kondisinya baik-baik saja," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya