Kuluk Dugan, Kain Penutup Tubuh Bagian Atas Wanita Bengkulu

Menurut masyarakat setempat, kuluk dugan telah dibuat dan dikenakan secara turun-temurun.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 25 Mar 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2023, 13:00 WIB
Keluarga Fatmawati Bung Karno Upacara Pakai Baju Adat Bengkulu
Inilah upacara kemerdekaan ala keluarga Fatmawati Bung Karno yangs bersahaja. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putro)

Liputan6.com, Bengkulu - Kuluk dugan merupakan nama salah satu jenis pakaian adat tradisional daerah Bengkulu. Pakaian ini berupa kain tenun tradisional khas Bengkulu yang berfungsi sebagai penutup tubuh bagian atas wanita dewasa.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, jenis kuluk dugan ini hampir ada di setiap suku di Bengkulu. Secara etimologis, 'kuluk' berarti pakaian penutup bagian atas tubuh wanita.

Sementara itu, 'dugan' mengandung dua pengertian, yakni diyakini berkaitan dengan kata dugaan serta diartikan juga sebagai padat atau dipadatkan. Pengertian yang berkaitan dengan kata dugaan artinya orang yang memakai kuluk dugan tidak perlu ditanya lagi, cukup diduga bahwa ia adalah seorang perempuan.

Adapun arti padat atau dipadatkan berkaitan dengan penenunan kuluk dugan yang hanya dipadatkan atau tidak ada proses menculik. Selain itu, juga tidak memakai sisir.

Menurut masyarakat setempat, kuluk dugan telah dibuat dan dikenakan secara turun-temurun. Kain ini digunakan dengan cara dililitkan pada bagian atas tubuh wanita. Meski demikian, kuluk dugan juga sering kali digunakan untuk menutup tubuh bagian bawah, seperti sedang mengenakan sarung.

Untuk diketahui, kuluk dugan terbuat dari kapas. Mula-mula, kapas dijemur terlebih dahulu hingga kering, lalu dibersihkan dan dipisahkan dari bijinya.

Setelah itu, kapas dibulatkan sebesar telunjuk dengan panjang sekitar 20 cm. Bentuk tersebut dinamakan dengan luli. Luli kemudian dipintal menjadi benang.

Adapun warna yang digunakan biasanya adalah merah, hitam, dan putih. Ketiga warna tersebut berfungsi juga sebagai hiasan kain.

Kuluk dugan memiliki panjang 150-180 cm dan lebar 80-90 cm. Kain ini juga dihiasi berbagai motif, seperti motif onak sebuku (duri yang ada di ruas-ruas daun rotan), motif apit pengandang yang berarti pagar (terletak di pinggir kain yang berbentuk garis panjang dan lurus berwarna putih), motif lidi hujan yang menyerupai hujan, motif mato punai (mata seekor burung punai), dan motif kandung lawaian (lingkaran).

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya