Perut Punai, Kue Khas Bengkulu yang Punya Seribu Nama

Dahulu, pembuatan perut punai dengan tepung beras masih diolah secara tradisional, yaitu dengan menumbuk beras.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 02 Feb 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2023, 17:00 WIB
Tepung Beras
Ilustrasi tepung beras/credit: Freepik.com

Liputan6.com, Bengkulu - Perut punai merupakan kue tradisional khas Bengkulu berbentuk menyerupai usus yang dililitkan. Kue ini biasanya dihidangkan sebagai cemilan dalam berbagai hajatan, seperti perkawinan, lebaran, dan khitanan.

Nama "punai" diambil dari nama jenis burung yang hidup di hutan. Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, selain perut punai, beberapa masyarakat juga menyebut sajian ini dengan beragam nama, seperti juada karei, juada keras, dan arai pinang.

Kue ini dibuat dari tepung beras, gula, kapur sirih, dan garam. Namun, saat ini penggunaan tepung beras telah diganti dengan tepung sagu.

Dahulu, pembuatan perut punai dengan tepung beras masih diolah secara tradisional, yaitu dengan menumbuk beras. Setelah itu, beras yang sudah ditumbuk akan dikeringkan dengan cara dijemur.

Untuk menambah rasa, biasanya beberapa bahan perasa akan ditambahkan, seperti cabai (pedas), gula (manis), dan ebi. Jika dahulu tepung beras perlu ditumbuk dan dijemur, saat ini masyarakat setempat menggunakan tepung sagu dengan cara disangrai hingga kering.

Selanjutnya, air dipanaskan dengan menambahkan garam dan kapur. Setelah air kapur mendidih, selanjutnya air dimasukkan ke wadah yang berisi tepung dan diadon hingga kental.

Adonan kemudian dibentuk seperti batangan berbentuk bulat dan panjang, kira-kira satu jengkal orang dewasa. Bulatan-bulatan tersebut kemudian dililitkan serupa usus.

Adonan tersebut kemudian digoreng dengan minyak panas hingga berwarna kecokelatan. Waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng perut punai kira-kira 15 menit dengan nyala api yang tidak terlalu besar.

Selanjutnya, perut punai diangkat, didinginkan, dan ditiriskan hingga kandungan minyaknya semakin hilang. Setelah proses pengeringan selesai, perut punai pun siap dihidangkan.

Saat ini, beberapa orang juga menambahkan proses pemberian gula setelah perut punai dikeringkan. Pemberian gula tersebut juga sekaligus memberikan aneka rasa pada camilan tradisional ini.

Beberapa rasa yang ditawarkan pun beragam, mulai dari asin, manis, pedas, hingga rasa ebi. Hingga kini, camilan perut punai masih diproduksi oleh masyarakat setempat. Bahkan, kue ini menjadi salah satu oleh-oleh Bengkulu yang banyak diburu wisatawan.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya