Dinkes Kabupaten Kudus Angkat Bicara Soal Kabar Balita Gizi Buruk Dirujuk ke RS

Balita asal Desa Ngembalrejo tersebut sudah mendapatkan perawatan intensif oleh tim medis rumah sakit setempat.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 09 Okt 2023, 15:13 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2023, 15:13 WIB
Ilustrasi nutrisi, gizi
Ilustrasi nutrisi, gizi. (Photo created by rawpixel.com on www.freepik.com)

Liputan6.com, Kudus - Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus angkat bicara atas munculnya pemberitaan berjudul 'Balita Gizi Buruk di Kabupaten Kudus Dirujuk Lagi ke RS, Bidan Desa dan Puskesmas Tutup Mata'. Termasuk, bertemu sejumlah pemangku atau yang menangani dan mengawal persoalan yang terjadi.

Menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat DKK Kudus, Nuryanto, balita asal Desa Ngembalrejo tersebut sudah mendapatkan perawatan intensif oleh tim medis rumah sakit setempat. Saat ini, balita laki-laki berusia 3,3 tahun itu juga dipantau ketat oleh tim DKK Kudus. Juga disebut kondisi kesehatan balita tersebut berangsur-angsur semakin membaik.

“Hal ini sebagai bentuk empati dan perhatian serius serta kewajiban tim DKK Kudus untuk memantau kondisi balita tersebut,” ujar Nuryanto kepada tim Liputan6.com, ditulis Senin (8/10/2023).

Dikatakan Nuryanto, setelah kabar balita tersebut mengemuka, pihak DKK Kudus langsung turun tangan menelusuri dan mengklarifikasi kepada Puskesmas Dersalam dan orang tua balita.

“Puskesmas Dersalam melalui petugas gizi dan bidan desa setempat, telah berupaya melakukan pendampingan dan edukasi. Kemudian serta pemberian PMT sejak balita umur 20 bulan hingga saat ini,” paparnya.

Nuryanto mengaku, usai pihak DKK Kudus mengklarifikasi kedua orang tua balita berinisial DM ini pun mengucapkan terima kasih kepada pihak Puskesmas Dersalam yang telah memberikan pendampingan tersebut.

Menurutnya, terkait pemberitaan bahwa bidan desa dan Puskesmas terkesan tutup mata dianggapnya hal tersebut tidak semua benar.

"Hal ini dibuktikan dengan pendampingan Pukesmas dari balita sejak umur 20 bulan sampai sekarang," ucapnya setelah versi DKK Kudus melakukan klarifikasi.

Nuryanto mengaku, balita DM beberapa hari lalu memang harus dibawa ke RS karena kondisi mendadak harus segera di bawa ke RS untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Pihak Puskesmas Dersalam dan bidan desa juga disebut saling berinteraksi dengan keluarga balita yang bersangkutan. Tak hanya itu, Puskesmas dan DKK Kudus juga diklaim memberikan kemudahan saat balita itu membutuhkan surat rujukan ke RS di Kudus ataupun ke RS Kariadi Semarang.

Selanjutnya juga rutin memberikan fasilitas balita DM di Rumah Gizi Bintangku, yang merupakan fasilitas inovasi DKK Kudus.

Selanjutnya, Nuryanto menyampaikan paparan, bahwa DKK Kudus melakukan percepatan pencegahan dan penanganan Stunting yang diamanahkan lewat Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 yang melaksanakan Intervensi Spesifik.

"Yaitu 30 % upaya pencegahan dan penanganan dari hulu sampai hilir, mulai aksi bergizi untuk anak putri baik di SMA atau SMK agar terbebas dari Kekurangan Energy Kronis dan Anemia atau kurang darah," katanya.

Adapun bentuk pencegahan lainnya, lanjut Nuryanto, yaitu dengan upaya sarapan pagi bersama, olahraga dan pemberian tablet tambah darah. Selain itu, ada persiapan bagi calon pengantin pengawalan ibu hamil, ibu bersalin, bayi harus mendapat ASI eksklusif.

 

Program Lainnya

Program lainnya yakni pengawalan pada seribu pertama kehidupan sampai usia balita 2 tahun. Serta dilanjutkan sampai usia 5 tahun, yang mana harus mendapat asupan gizi seimbang terutama protein hewani untuk menunjang perkembangan otak dan pertumbuhan balita yang optimal sehingga terbebas stunting.

Sedangkan intervensi sensitif untuk menurunkan stunting di Kabupaten Kudus sangat besar yaitu 70 persen. Hal ini melibatkan semua lintas sektoral sesuai tupoksi yang ada dimasing masing organisasi perangkat daerah (OPD) untuk mengintervensi sesentif.

Lebih lanjut, Nuryanto mengungkapkan, bahwa menurunkan stunting tidak hanya peran DKK Kudus saja. Namun juga melibatkan lintas sektoral, tokoh agama, tokoh masyarakat, unsur organisasi profesi, organisasi sosial, PKK dan CSR.

"Hal ini harus kita sengkuyung bersama sama, konvergensi untuk menciptakan dan mendukung cita cita mulia mewujudkan Generasi Emas, Generasi Hebat di Tahun 2045 mendatang," katanya memungkasi.

Sebelumnya diwartakan tim Liputan6.com mengenai kondisi balita tersebut. Maryana atau Mbak Nok salah seorang kader kesehatan di lingkungan RW 4 Desa Ngembalrejo telah menyampaikan paparan panjangnya.

Hanya saja, Kepala UPTD Puskesmas Dersalam, dr Dewi Aprillia mengaku tidak mau berkomentar terkait persoalan kondisi penanganan pra stunting dan stunting yang berada di desa wilayah kerja binaan Puskesmas setempat.

"Mohon maaf saya tidak bisa berkomentar terkait hal ini. Kami di Puskesmas hanya pihak pelaksana saja, silahkan tanyakan langsung kepada Dinas Kesehatan Kudus yang lebih berwenang," ujar Dewi yang dikonfirmasi Kamis (5/10/2023). (Arief Pramono)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya