Festival Dahau dan Upaya Mencegah Kepunahan Badak Kalimantan

Festival Dahau jadi momentung pelantikan kepala adat dari berbagai kampung di Kutai Barat yang juga memiliki hutan adat.

oleh Abdul Jalil diperbarui 10 Nov 2023, 19:42 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2023, 04:35 WIB
Badak Sumatra Pahu yang berada di Kalimantan
(sumber: Humas BKSDA Kaltim)

Liputan6.com, Kutai Barat - Gemerlap Festival Dahau yang berpusat di Taman Budaya Sendawar riuh dengan masyarakat yang tak henti berkunjung. Festival tahunan paling ditunggu masyarakat Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur itu berlangsung meriah.

Pertunjukan 6 suku lokal yang menghuni kabupaten di hulu Sungai Mahakam itu tampak atraktif. Keenam suku tersebut adalah Dayak Bahau, Dayak Ahoeng, Dayak Benuaq, Dayak Tanjung, Dayak Kenyah dan etnis Melayu.

Di Tengah kemeriahan itu, Senin (30/10/2023), Bupati Kutai Barat FX Yapan menerima kunjungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur. Bertempat di ruang kerja bupati, Yapan juga menerima tim dokter dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pembicaraannya sangat serius, membahas upaya menyelamatkan badak Kalimantan. Kabupaten Kutai Barat memang merupakan rumah bagi satu individu badak Kalimantan bernama Pahu. Satu lagi berada di Kabupaten Mahakam Ulu yang diberi nama Pari.

Dua badak tersebut merupakan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) terakhir yang ada di Kalimantan. Sebelumnya pernah ada di Sabah, Malaysia namun dinyatakan mati pada 2019 lalu.

Pahu, badak sumatera di Kalimantan kini menghuni Suaka Badak Kelian (SBK) di Hutan Lindung Kelian PT Hutan Lindung Kelian Lestari, Kecamatan Linggang Bigung. Sementara Pari kini masih berada di alam di Kabupaten Mahakam Ulu. Kedua badak ini merupakan badak betina.

Pembicaraan Bupati Yapan dengan BKSDA Kaltim adalah upaya penyelamatan terakhir badak sumatera yang ada di Kalimantan itu. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan punya rencana khusus menyelamatkan badak Kalimantan.

Salah satunya dengan teknologi reproduksi berbantu atau Assisted Reproductive Technology (ART). Sel Telur Pahu akan diambil yang kemudian dibawa ke Laboratorium IPB University, di Bogor, Jawa Barat. Kemudian sel telur ini akan disatukan dengan sperma dari badak sumatera yang ada di Taman Nasional Way Kambas. Istilah sederhanya adalah bayi tabung.

“Kami mengapresiasi setinggi-tingginya usaha BKSDA Kaltim dan Kementerian LHK atas usaha menyelamatkan badak ini. Kita sudah usaha mencari badak lain tapi tidak ketemu. Jadi satu-satunya cara adalah bayi tabung,” kata Yapan usai pertemuan tersebut.

Yapan mengakui, penurunan drastis populasi badak Kalimantan terjadi akibat perburuan. Di sisi lain, aktivitas pembukaan lahan untuk pertambangan dan perkebunan juga menggerus habitat badak ini.

Saat ini, untuk menjaga hutan, Kabupaten Kutai Barat melakukannya melalui pendekatan adat. Hutan-hutan adat ditetapkan dan dijaga dengan pendekatan kearifan lokal.

Pada perhelatan Festival Dahau, sebanyak 99 kepala adat dilantik. Kepala adat yang dilantik merupakan perwakilan tokoh adat yang ada di kampung-kampung di Kutai Barat. Di kabupaten ini, kampung menjadi sebutan untuk desa.

“Pendekatan ini adalah upaya agar masyarakat tidak mengganggu habitat badak ini. Kita juga sudah membuat surat edaran, siapa yang mengganggu habitat badak ini saya suruh polisi tangkap,” sebutnya.

Reproduksi Buatan

BKSDA Kaltim
Bupati Kutai Barat FX Yapan saat berdiskusi dengan Kepala BKSDA Kaltim M Ari Wibawanto beserta rombongan dalam upaya menyelamatkan badak kalimantan dari kepunahan.

Proses pengambilan sel telur berjalan cepat. Pada Selasa (31/10/2022) sel telur diambil dan langsung dibawa ke IPB.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Satyawan Pudyatmoko, menyatakan pengembangbiakan buatan harus dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian badak sumatera di Kalimantan yang hanya tersisa dua ekor di dunia. Badak sumatera yang berada di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur, yang terpantau hanya berjumlah 2 ekor dan itu pun betina semua.

“Oleh karena itu, kami berupaya semaksimal mungkin untuk mempertahankan kelestarian badak sumatera yang berada di Kalimantan, salah satunya dengan teknologi reproduksi berbantu seperti fertilisasi in-vitro dengan sperma dari badak sumatera yang ada di Taman Nasional Way Kambas, stem cell , dan cloning ,” ujar Satyawan melalui siaran pers yang diterima liputan6.com.

Kepala BKSDA Kalimantan Timur, M Ari Wibawanto menyebut upaya pengambilan sel telur badak Pahu dilakukan untuk mempertahankan kelestarian badak sumatera yang berada di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur.

"Kita mengejar waktu, karena dalam kurun waktu 24 jam sel telur ( oozit ) badak Pahu harus dapat diterima di Laboratorium IPB University dari sanctuary badak kami di Kelian Kutai Barat, Kaltim," ujarnya.

Proses fertilisasi in-vitro sel telur menggunakan teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) sepenuhnya akan dilakukan oleh Tim ART Badak SKHB IPB University atas penugasan dari KLHK.

“Selain pengambilan sel telur, badak Pahu kami pun mengkoleksi sampel material biologi dan genetik lainnya dari Pahu, seperti fibroblas (jaringan kulit) dan darah, yang akan kita proses di laboratorium ART dan Biobank kami di Bogor, Jawa Barat,” ujar Dr. drh. Muhammad Agil, selaku ketua tim ART IPB University.

“Jika proses pembuatan embrio badak Pahu ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, kita akan titipkan embrio tersebut ke rahim salah satu badak betina yang berada di Sumatera sebagai induk titip atau induk pengganti (surrogate mother),” tambah Muhammad Agil.

Proses ini dibantu oleh tim IPB University dan Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research (IZW) Jerman, serta tim dokter hewan dari Taman Nasional Way Kambas, ALERT Indonesia, dan Yayasan Badak Indonesia (YABI).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya