Saatnya Generasi Muda Dorong Pertumbuhan Ekonomi Syariah di Indonesia

Indonesia memiliki potensi besar untuk sektor keuangan syariah, sektor asuransi syariah masih belum berkembang secara optimal.

oleh Novia Harlina diperbarui 30 Mar 2024, 11:06 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2024, 00:26 WIB
Kuliah Umum Bisnis Islam di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. (Liputan6.com/ ist)
Kuliah Umum Bisnis Islam di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Asuransi memiliki peranan signifikan dalam melindungi masyarakat Indonesia. Sepanjang 2023, industri asuransi jiwa berhasil menunjukan komitmennya dengan membayarkan klaim sebesar Rp162,75 triliun yang telah membantu 10,11 juta jiwa terhindar dari risiko tak terduga, seperti penyakit kritis atau kecelakaan.

Sebagai bagian dari industri asuransi jiwa yang terbilang masih baru, asuransi jiwa syariah terus mengalami pertumbuhan. Hal ini ditandai dengan terus bertambahnya jumlah perusahaan asuransi jiwa syariah yang beroperasi, khususnya sejak 2011.

Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) mencatat fluktuasi kontribusi kotor asuransi jiwa syariah di Indonesia selama periode April 2022 hingga April 2023. Kontribusi kotor mencapai puncak tertinggi pada bulan Desember 2022 dengan Rp3,07 trilliun, menandakan pertumbuhan yang signifikan.

Pada acara Kuliah Umum Bisnis Islam di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang bertemakan Takaful Ties: Unravelling the Experiences of Islamic Insurance Industry in the UK and Indonesia baru-baru ini, Prudential Syariah perkuat komitmennya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia melalui peningkatan literasi dan inklusi asuransi jiwa syariah, khususnya di kalangan generasi muda.

"Dengan adanya diskusi melalui kuliah umum ini, diharapkan dapat membangun hubungan kuat antara Indonesia dan Inggris dalam mengembangkan industri asuransi syariah," kata Bondan Margono, Head of Product Development, Prudential Syariah.

Terlebih, Inggris merupakan salah satu negara pertama di Eropa yang menerapkan sistem ekonomi Islam dan juga sebagai pusat keuangan Islam di barat meskipun bukan sebagai negara mayoritas muslim.

 

 

Potensi Keuangan Syariah

Walaupun Indonesia memiliki potensi besar untuk sektor keuangan syariah, sektor asuransi syariah masih belum berkembang secara optimal. Hal ini salah satunya ditandai dengan tingkat literasi dan penetrasi asuransi syariah yang masih rendah, tertinggal jauh dibandingkan asuransi konvensional.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2022 , tingkat literasi asuransi syariah hanya 9,14%, dibandingkan 49,7% untuk asuransi konvensional. Penetrasi asuransi syariah pun masih rendah di angka 0,13%.

Di sisi lain, rendahnya literasi dan penetrasi ini juga menunjukkan peluang pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia yang masih sangat besar.

Di kesempatan yang sama, Bondan Margono, menyampaikan komitmen Prudential Syariah untuk mendorong pertumbuhan industri asuransi syariah di Indonesia diwujudkan dalam tiga strategi utama, yaitu inovasi, kolaborasi, dan digitalisasi.

Tak hanya menawarkan produk dan layanan, Prudential Syariah juga memiliki komitmen untuk mempercepat literasi keuangan syariah Indonesia dengan meluncurkan Sharia Knowledge Center (SKC) pada September 2022 untuk menjadi medium kolaborasi seputar ekonomi dan keuangan Syariah yang berlandaskan pada empat pilar, yaitu, pilar informasi, literasi, inovasi, dan kolaborasi.

Acara yang turut dihadiri oleh Gunawan Yasni, Bendahara Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), Jon Guy, Secretary-General, The Islamic Insurance Association of London (IIAL), dan Erwin Noekman, Direktur Eksekutif, Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) ini, menjadi momentum bagi kedua negara untuk membuka kesempatan lebih jauh lagi di masa mendatang dalam mendorong keuangan islam secara global.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya