Ajaran Samin Surosentiko Didorong Masuk Kurikulum Sekolah di Blora, Ini Respons Tokoh Sedulur Sikep

Tokoh Sedulur Sikep, Gunretno, angkat bicara soal pernyataan pihak Kemendikbudristek yang mendorong ajaran Samin Surosentiko masuk dalam kurikulum muatan lokal sekolah di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 11 Jul 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2024, 07:00 WIB
Tokoh sedulur sikep, Gunretno saat diwawancarai Liputan6.com dalam sebuah kesempatan. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Tokoh sedulur sikep, Gunretno saat diwawancarai Liputan6.com dalam sebuah kesempatan. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Tokoh Sedulur Sikep, Gunretno, angkat bicara soal pernyataan pihak Kementerian  Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) yang mendorong ajaran Samin Surosentiko masuk dalam kurikulum muatan lokal sekolah di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Dirinya berterima kasih atas penyampaian bahasan tersebut. Selain itu, juga menjadikan bahan diskusi bersama.

"Yo sebenere matur nuwun sih, jadi salah satu respons ketika kegiatan iki ono rembug seng usulan nenggone pasinaon formal kui didadekno bagian dari pembelajaran (Ya sebenarnya terima kasih, jadi salah satu respons ketika kegiatan ini ada musyawarah yang mengusulkan adanya pendidikan formal itu dijadikan bagian dari pembelajaran)," ungkapnya dengan logat jawa pada Liputan6.com, ditulis Rabu (10/7/2024).

Gunretno kembali mengulang ucapan terima kasihnya, dan diakui apakah tepat atau tidaknya apabila menjadikan ajaran Samin Surosentiko sebagai kurikulum muatan lokal dalam pendidikan sekolah formal.

"Rasaku aku matur nuwun tapi apakah kui tepat opo ora, masalah pasinaon laku ora cukup diserahno neng dunia pendidikan (Rasaku saya terima kasih tapi apakah itu tepat atau tidak, masalah pendidikan dalam bertindak tidak cukup diserahkan di dunia pendidikan)," ucapnya.

Yang bisa dipetik dalam ajaran Samin Surosentiko adalah tentang ajaran laku atau tindakan apa adanya. Pada dasarnya ajaran tersebut berupa pantangan untuk tidak drengkri (iri), panasten (mudah tersinggung atau membenci sesama) kepada orang siapa saja. Serta, yang menjadi kepentingan utama ajaran tersebut yaitu tentang kerukunan.

Dikatakan Gunretno, mestinya semua orang itu punya tujuan dalam belajar untuk kebaikan dan berucap.

"Mestine bapak ibu lan kabeh iku kan nduwe tujuan babakan sinau untuk piye becik e laku lan ucapan, dadi monggo. Ning mugo-mugo iki ora sebatas putusan politis, tapi memang bener-bener biso dilakoni neng dunia pendidikan soyo luweh apik (Mestinya bapak ibu dan semuanya itu punya tujuan dalam belajar untuk kebaikan dan berucap, jadi silahkan. Tapi semoga ini tidak sebatas putusan politis, tapi memang benar-benar bisa dilakukan di dunia pendidikan agar lebih baik)," tandasnya.

Untuk diketahui, selama ini sekolah dasar (SD) di Kabupaten Blora khusus hari tertentu telah diwajibkan untuk memakai pakaian yang diidentikkan dengan seragam Samin. Termasuk para karyawan honorer dan pegawai Pemerintah Kabupaten Blora, juga pada hari tertentu diminta memakai seragam serupa.

Dorongan Kemendikbudristek

Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek RI, Sjamsul Hadi. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek RI, Sjamsul Hadi. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Diwartakan sebelumnya, pihak Kemendikbudristek berkomitmen untuk selalu mengangkat potensi kearifan lokal dari warga sedulur sikep. Salah satunya, agar memasukkan Kurikulum muatan lokal tentang ajaran Samin Surosentiko dalam pendidikan formal di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

"Pendidikan baik SD, SMP, maupun SMA. Nah ini untuk kedepan kami kembalikan kepada masyarakat sedulur sikep, untuk lebih menata dan meningkatkan eksistensinya dalam nguri-nguri budoyo, juga menjaga kelestarian alam dan lingkungannya," kata Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek RI, Sjamsul Hadi.

Disinggung terkait penerapan ajaran Samin dalam pendidikan sekolah, Sjamsul Hadi kemudian mengarahkan Dinas Pendidikan Kabupaten Blora agar menggandeng para budayawan dan juga akademisi.

Yaitu, untuk yang sudah melakukan riset tentang sedulur sikep ajaran Samin Surosentiko supaya dikemas kisi-kisinya.

"Disesuaikan dalam kurikulum merdeka, karena kita belajar ini tidak harus di sekolah, belajar laku juga," ujarnya.

Dengan pengenalan kearifan lokal yang ada, lanjut Sjamsul Hadi, masyarakat melalui generasi muda dan generasi sekolah taunya tidak hanya pakaian adat sedulur sikep saja, namun dari sisi pengetahuan kearifan lokalnya bisa didalami dan dipelajari.

"Nanti dibalut di kurikulum merdeka. Karena yang untuk muatan lokal ini diserahkan ke masing-masing pemerintah daerah. Karena tiap-tiap pemerintah daerah memiliki prioritas sesuai karakteristik budayanya wilayah tiap-tiap kabupaten/kota," terangnya seusai acara sarasehan ajaran sedulur sikep yang digelar di Pendopo Bupati Blora, Selasa (9/7/2024).

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya