Apa Itu Kanker Ovarium, Berikut Penyebabnya yang Harus Diketahui

Kanker Ovarium merupakan salah satu penyakit yang harus diperhatikan sebab jarang memunculkan gejala awal.

oleh Natasa Kumalasah Putri diperbarui 01 Sep 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2024, 21:00 WIB
Perut kembung
Perut kembung ternyata dapat menjadi suatu tanda munculnya penyakit serius, yaitu kanker ovarium. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Bandung - Kesehatan merupakan aset utama dalam hidup yang harus dijaga oleh setiap orang baik laki-laki atau perempuan. Pasalnya menjaga kesehatan sama dengan menjaga diri untuk tetap hidup sehat lebih panjang.

Selain itu, bagi para perempuan ada ancaman-ancaman serius yang harus diwaspadai seperti salah satunya kanker ovarium. Kanker tersebut terjadi di ovarium pada sistem reproduksi wanita yang berfungsi dalam memproduksi sel telur dan hormon.

Penyakit ini bahkan sering kali disebut sebagai silent killer karena gejalanya yang samar pada tahap awalnya. Maka dari itu penting bagi para wanita untuk bisa memperhatikan kesehatannya dan melakukan langkah-langkah pencegahan.

Diketahui, kanker ovarium bisa terjadi karena beberapa faktor mulai dari gaya hidup, genetik, atau bahkan karena usia. Wanita yang telah berusia di atas 50 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena kanker tersebut.

Sementara itu faktor gaya hidup bisa jadi faktor utama terjadinya kanker karena gaya hidup yang tidak sehat. Misalnya mengonsumsi makanan yang tidak sehat hingga kurangnya aktivitas fisik.

Menjaga gaya hidup yang sehat tidak hanya mengurangi risiko kanker ovarium tetapi juga membantu mencegah berbagai penyakit kronis lainnya. Melalui artikel ini akan membahas secara singkat tentang apa itu kanker ovarium.

Kemudian juga menjelaskan hal-hal apa saja yang menyebabkan kanker ovarium terjadi kepada wanita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Apa Itu Kanker Ovarium?

Kanker Ovarium
Kanker Ovarium

Berdasarkan informasi dari situs resmi Kemenkes kanker ovarium merupakan tumor yang berasal dari sel-sel ovarium yang bersifat ganas. Tumor ganas atau kanker merupakan pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang dapat menyerang bagian tubuh.

Kemudian sel-sel tersebut menyebar ke organ lain sehingga memiliki dampak yang berbahaya. Selain itu, kanker ovarium diketahui sebagai kanker ginekologi yang paling mematikan.

Hal tersebut disebabkan karena gejalanya yang secara umum baru terdeteksi ketika kondisinya sudah parah. Penyakit ini bahkan tidak memiliki tanda-tanda awal yang pasti sehingga dijuluki sebagai silent killer.

Beberapa wanita yang mengalami kanker ovarium juga biasanya mengalami ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak.


Penyebab Kanker Ovarium

Lima Gejala Kanker Ovarium yang Tak Boleh Anda Abaikan (Sofi Photo/shutterstock)
Lima Gejala Kanker Ovarium yang Tak Boleh Anda Abaikan (Sofi Photo/shutterstock)

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab terjadinya kanker ovarium pada wanita. Namun, dalam penelitian menunjukkan ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium.

Di antaranya faktor usia, usia menarche, paritas, riwayat keluarga atau genetik, indeks massa tubuh (IMT), hingga riwayat kontrasepsi. Kasus kanker ovarium sering kali meningkat dengan bertambahnya usia.

Kasus tersebut paling banyak ditemukan pada usia di atas 50 tahun dan biasanya semakin tua usia seseorang maka semakin tinggi juga kasus kanker ovarium ditemukan. Selain itu faktor risiko kanker ovarium juga bisa terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat.

Contohnya gaya hidup merokok, pola makan yang tidak sehat atau tinggi kolesterol, hingga tubuh yang mengalami obesitas. Penderita riwayat kista endometriosis atau memiliki keluarga dengan kanker ovarium, payudara, atau usus besar juga berisiko.


Gejala Kanker Ovarium

Perut kembung
Gejala lain dari kanker ovarium yang akan dirasakan yakni nyeri panggul, kehilangan nafsu makan, dan mudah mengantuk. (Foto: iStockphoto)

Kanker ovarium mempunyai pertumbuhan yang cepat dengan tahapan awal yang sering kali tidak terdeteksi atau tidak bergejala. Penyakit ini umumnya bisa ditemukan secara kebetulan melalui pemeriksaan rutin.

Alhasil karena jarang terdeteksi pada tahapan awalnya penyakit ini umum ditemukan pada penderita yang telah berada dalam keadaan lanjut. Kemudian gejala dan tanda klinis yang bisa dijumpai ada beberapa tanda.

Contohnya pembesaran perut, terdapat massa di dalam rongga perut atau pelvis, gejala gangguan pencernaan makanan (dispepsia), gangguan buang air kecil dan besar, gangguan haid, gejala penekanan rongga perut berupa rasa mual, muntah, hilang nafsu makan, atau nyeri perut.

Bagi para perempuan maka penting untuk memperhatikan gejala tersebut selama beberapa minggu atau lebih. Jika gejala terus terjadi maka disarankan untuk mengunjungi dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

Sementara itu, ada gejala-gejala lain yang kurang umum bisa dijumpai seperti kelelahan, gangguan pencernaan, sakit punggung, sakit ketika hubungan intim, sembelit, atau menstruasi yang tidak teratur.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya