Muncul Asap Putih di Gunung Tangkuban Parahu, Ada Aktivitas Vulkanik?

Hasil pemantauan visual dan instrumental oleh Badan Geologi membenarkan adanya asap putih di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu. Kemunculannya didahului oleh adanya sinar.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 05 Sep 2024, 09:45 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2024, 09:45 WIB
Tangkuban Parahu
Titip api terlihat di Tangkuban Parahu, Rabu, 4 September 2024. Dok. Badan Geologi

Liputan6.com, Bandung - Asap putih tipis hingga tebal dilaporkan muncul di wilayah Gunung Tangkuban Parahu, Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu, 4 September 2024. Kemunculan asap menimbulkan kekhawatiran masyarakat, serta dihubung-hubungkan dengan aktivitas vulkanik Tangkuban Parahu. Lalu, apa sebab kemunculan asap tersebut?

Hasil pemantauan visual dan instrumental oleh Badan Geologi membenarkan adanya asap putih di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu. Kemunculannya didahului oleh adanya sinar.

"Rabu (4/9/2024) sekitar 01.41 WIB dari kameraCCTV pemantauan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu terlihat adanya sinar yang berlokasi di atas kawah baru (dekat dengan Upas Hills)," disampaikan Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, dalam siaran persnya, Rabu (4/9/2024).

"Kemunculan asap putih tipis tersebut terpantau pada kamera CCTV pada pukul 05.51 WIB dan pukul 09.20 WIB," katanya lagi.

Berdasarkan pengamatan serta laporan yang dihimpun Badan Geologi, asap putih itu dinyatakan berasal kebakaran hutan di Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu.

"Informasi dari pengelola wisata (PT GRPP) dan warga sekitar, telah terjadi kebakaran hutan di titik yang sama sesuai pengamatan CCTV. Sampai saat ini upaya pemadaman oleh masyarakat dan pihak terkait masih dilakukan," katanya.

Meski demikian, kebakaran disebut tidak mengganggu stasiun pemantauan gunung api Tangkuban Parahu sebab lokasinya berjauhan dari lokasi kebakaran.

"Pemantauan secara visual kondisi Kawah Ratu dan Kawah Ecoma pada tanggal 4 September 2024 pukul 14:27 WIB, tidak terlihat anomali hembusan asap kawah dibandingkan dengan pengamatan sebelumnya," katanya.

Status Tangkuban Parahu

Berdasarkan hasil evaluasi secara visual dan instrumental oleh Badan Geologi, tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu hingga tanggal 4 September 2024 pukul 16.00 WIB masih pada Level I (Normal).

Kegempaan Tangkuban Parahu masih didominasi oleh gempa-gempa berfrekuensi rendah yang mengindikasikan aktivitas pergerakan fluida di kedalaman dangkal atau dekatpermukaan.

Sedangkan jenis gempa Vulkanik yang berasosiasi dengan suplai magma belum menunjukkan tingkat kejadian yang signifikan (rata-rata terjadi kurang dari 1kejadian perhari).

"Dari hasil pemantauan deformasi dengan peralatan Tiltmeter maupun Electronic Distance Measurement (EDM) pada bulan ini belum menunjukkan adanya pola penambahan tekanan yang signifkan dari bawah permukaan terhadap respon penggembungan pada tubuh Gunung Tangkuban Parahu," sebut Wafid.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Data Bencana

Dilansir laman Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat (BPBD Jabar) dari periode 1 Januari-3 September 2024, tercatat 9 laporan kejadian kekeringan, serta 79 kebakaran lahan.

Terpisah, BPBD mengimbau masyarakat agar segera melapor jika terjadi kebarakan hutan dan lahan (karhutla), serta Ketika membutuhkan air bersih saat kemarau.

Pelaksana harian (Plh) Kepala Pelaksana BPBD Jabar Anne Hermadianne Adnan menyampaikan, Agustus merupakan puncak musim kemarau, kondisinya memang dapat dapat memicu berbagai fenomena kekeringan. "Termasuk gagal panen," ucap Anne di Bandung, Kamis (29/8/2024) lalu.

Sebanyak 12 daerah yang mengalami kekeringan yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kota Bekasi, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, Kabupaten Ciamis, Kota Depok, Kota Cirebon, dan Kabupaten Garut.

Kekeringan di Jabar ini terjadi karena memasuki musim kemarau. Bey menyebutkan, ada satu kabupaten tanggap darurat, yaitu Kabupaten Bekasi.

"Kekeringan di Jawa Barat sudah ada satu kabupaten yang tanggap darurat dan 11 kabupaten kota siaga darurat. Provinsi juga (siaga darurat). Siaga darurat itu untuk mengingatkan karena masuk musim kemarau kekeringan," kata Penjabat (Pj)Gubernur Jabar Bey Machmudin, Selasa (3/9/2024).

Bey juga mengungkapkan bahwa ada 17 kabupaten dan kota di Jabar yang mengalami kebakaran lahan, namun jumlahnya lebih sedikit ketimbang tahun 2023.

"Kebakaran lahan sudah ada datanya di 17 kabupaten kota, tapi secara umum jumlahnya lebih rendah dari tahun lalu, mencakup 86,5 hektare lahan dari 17 kabupaten dan kota," sebut Bey.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya