Bakar Batu, Upacara Adat Papua Sarat Makna Budaya

Batu-batu ini biasanya diambil dari sungai atau gunung, karena harus tahan panas tinggi agar dapat mempertahankan suhu untuk memasak makanan dalam waktu lama

oleh Panji Prayitno Diperbarui 21 Mar 2025, 00:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 00:00 WIB
Bakar Batu, Upacara Adat Papua Sarat Makna Budaya
Ritual barapen atau memasak dengan bakar batu, menjadi salah satu cara untuk menghentikan konflik di Papua. (Liputan6.com/Katharina Janur)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Papua dengan keanekaragaman suku dan budayanya, memiliki berbagai tradisi unik yang masih dijaga hingga kini. Salah satu yang paling terkenal adalah Bakar Batu, sebuah upacara adat yang dilakukan oleh berbagai suku di Papua, seperti suku Dani, Lani, dan Mee.

Upacara ini bukan hanya sekadar cara memasak makanan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan, penghormatan, dan rasa syukur. Bakar Batu sering diadakan dalam berbagai kesempatan, mulai dari perayaan besar seperti penyambutan tamu, pernikahan, kelahiran, hingga untuk menghormati leluhur atau sebagai bentuk rekonsiliasi setelah terjadi konflik antar-kelompok.

Bakar Batu diawali dengan serangkaian persiapan yang melibatkan seluruh anggota masyarakat Papua. Kaum pria bertugas mengumpulkan batu yang akan digunakan untuk memasak.

Batu-batu ini biasanya diambil dari sungai atau gunung, karena harus tahan panas tinggi agar dapat mempertahankan suhu untuk memasak makanan dalam waktu lama. Setelah batu terkumpul, mereka kemudian membuat lubang besar di tanah yang akan menjadi tempat memasak.

Setelah itu, mereka menyalakan api dengan menggunakan kayu bakar dan ranting kering, lalu menumpuk batu di atasnya hingga membara. Api dinyalakan selama beberapa jam agar batu benar-benar panas.

Sementara itu, para wanita bertugas menyiapkan bahan makanan, seperti ubi, singkong, sayuran, dan daging (biasanya babi atau ayam, tergantung pada adat setempat). Selain itu, mereka juga menyiapkan daun pisang atau daun pandan yang akan digunakan untuk membungkus makanan sebelum dimasukkan ke dalam lubang tanah.

Setelah batu mencapai suhu yang diinginkan, prosesi utama dimulai. Masyarakat bekerja sama menyusun lapisan dalam lubang tanah tersebut. Batu panas diletakkan di dasar, kemudian dilapisi dengan daun pisang, diikuti oleh berbagai jenis makanan yang sudah disiapkan.

Setelah itu, makanan ditutup kembali dengan lapisan daun dan batu panas lainnya. Proses ini diulang hingga semua bahan makanan tersusun rapi. Setelah semuanya tertutup, masyarakat menimbun kembali lubang dengan tanah dan dibiarkan selama beberapa jam agar makanan matang dengan sempurna.

Lebih dari sekadar metode memasak, Bakar Batu mengandung makna mendalam bagi masyarakat Papua. Tradisi ini melambangkan persatuan dan kebersamaan, karena seluruh masyarakat berkontribusi dalam prosesnya, dari anak-anak hingga orang tua.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Identitas Budaya

Dalam pelaksanaannya, tidak ada perbedaan status sosial, semua orang bekerja bersama demi kepentingan bersama. Inilah salah satu bentuk solidaritas yang diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang mereka. Selain itu, upacara ini juga merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan alam atas hasil bumi yang diperoleh.

Dengan membagi makanan secara merata kepada seluruh anggota masyarakat, mereka menunjukkan nilai keadilan dan kebersamaan yang menjadi dasar kehidupan sosial mereka. Di beberapa suku, upacara ini juga menjadi simbol perdamaian setelah adanya konflik.

Jika dua kelompok yang sebelumnya bertikai berkumpul dalam satu perjamuan Bakar Batu, itu menandakan bahwa mereka telah berdamai dan siap melanjutkan hubungan yang harmonis.

Di era modern, upacara Bakar Batu masih tetap lestari, meskipun mengalami beberapa penyesuaian. Dalam berbagai acara resmi, seperti peringatan hari besar nasional atau festival budaya, tradisi ini sering ditampilkan sebagai bagian dari warisan budaya Papua.

Pemerintah daerah dan komunitas adat juga berupaya melestarikan tradisi ini dengan mengenalkannya kepada generasi muda melalui kegiatan edukasi dan pariwisata budaya.

Selain itu, banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang tertarik untuk menyaksikan langsung prosesi Bakar Batu sebagai pengalaman budaya yang unik. Dengan meningkatnya minat wisata budaya, masyarakat Papua mulai menjadikan Bakar Batu sebagai daya tarik wisata, di mana para pengunjung dapat berpartisipasi dan belajar langsung mengenai filosofi serta teknik pelaksanaannya.

Namun, ada pula tantangan yang dihadapi, terutama dalam hal keberlanjutan lingkungan. Beberapa komunitas mulai mencari alternatif dalam penggunaan kayu bakar agar tidak berdampak negatif terhadap hutan di Papua.

Selain itu, ada juga upaya menggantikan daging babi dengan ayam atau ikan bagi komunitas yang tidak mengonsumsi babi, agar lebih inklusif bagi semua kelompok masyarakat. Lebih dari sekadar tradisi memasak, ritual ini mencerminkan kebersamaan, persaudaraan, dan penghormatan terhadap alam serta leluhur.

Keberadaannya yang masih bertahan hingga kini menunjukkan betapa kuatnya ikatan masyarakat Papua dengan budayanya. Dengan berbagai upaya pelestarian dan adaptasi terhadap zaman modern, Bakar Batu tetap menjadi simbol identitas budaya yang tak tergantikan bagi masyarakat Papua.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya