Liputan6.com, New York - Saham Levi Strauss melonjak lebih dari 30 persen saat debut di bursa saham New York pada Kamis waktu setempat.
Produsen jeans Levi’s 501 ini mendapatkan dana USD 623 juta atau sekitar Rp 8,82 triliun (asumsi kurs Rp 14.157 per dolar Amerika Serikat) dari penjualan saham. Harga saham perdana Levi Strauss yang ditawarkan sebesar USD 17 per saham. Harga itu di atas harapan pasar.
Pada awal perdagangan, saham Levi Strauss diperdagangkan di posisi USD 22,97 per saham. Hal itu mendorong perusahaan berusia 166 tahun ini mencatatkan kapitalisasi pasar saham USD 8,9 miliar atau sekitar Rp 126 triliun.
Advertisement
Baca Juga
Pada perdagangan saham Levi Strauss di bursa saham New York, para pelaku pasar diizinkan memakai jeans untuk memeriahkan pencatatan saham Levi Strauss. Biasanya ada aturan pakaian ketat dengan melarang pemakaian celana jeans di lantai bursa.
Levi Strauss kembali hidup sebagai perusahaan publik usai absen lebih dari 30 tahun. Perusahaan ini mencatatkan saham pada 1970-an hingga awal 1980-an. Kemudian menjadi perusahaan tertutup pada 1985.
Pencatatan saham Levi Strauss ini pertama dari perusahaan dengan merek terkenal yang go public pada 2019. Tak seperti Lyft, Uber dan banyak startup Silicon Valley lainnya, Levi Strauss menguntungkan.
Mengutip laman CNN Money, Jumat (22/3/2019) perseroan melaporkan keuntungan USD 285,2 juta, atau sedikit naik dari posisi 2017. Penjualan tumbuh 14 persen menjadi hampir USD 5,6 miliar pada 2018.
Akan tetapi, Levi Strauss berjuang untuk bertahan di beberapa pasar negara berkembang. Perseroan berharap kontribusi dari ekspansi di China dan Brazil. Brazil dan China sumbang kurang dari empat persen dari total penjualan tahun lalu.
CEO Levi Strauss, Charles Bergh menuturkan, perseroan berencana menggunakan dana hasil penjualan saham untuk meningkatkan kontribusi di pasar luar negeri.
Â
IPO Unit Usaha Telekomunikasi Softbank Jadi Terbesar Setelah Alibaba
Sebelumnya, SoftBank, perusahaan telekomunikasi dan media asal Jepang melalui perusahaan telekomunikasinya akan peroleh dana USD 23,5 miliar dari hasil penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Hal itu akan membuat IPO tersebut terbesar kedua di bursa saham global.
Permintaan kuat dari investor mendorong perseroan meningkatkan jumlah saham yang tersedia 160 juta saham. Hal itu juga didukung perseroan salah satu operator nirkabel atau wireless terbesar di Jepang.
Harga saham ditetapkan 1.500 yen (USD 3). Perolehan dana IPO sebesar 2,65 triliun yen atau sekitar USD 23,5 miliar atau sekitar Rp 344,15 triliun (asumsi kurs Rp 14.644 per dolar Amerika Serikat).
Dengan begitu, IPO tersebut terbesar di Jepang, dan dunia sejak Alibaba kumpulkan dana USD 25 miliar ketika lepas saham ke publik di Bursa Saham New York pada 2014. Hal itu berdasarkan data Dealogic.
Mengutip laman CNN Money, Selasa 11 Desember 2018, pencatatan saham unit usaha telekomunikasi SoftBank menjadi bagian penting dari upaya CEO SoftBank Masayoshi Son untuk memposisikan SoftBank sebagai investor teknologi global.
Transaksi tersebut membagi perusahaan menjadi dua yaitu memungkinkan investor memilih antara bisnis telekomunikasi dan investasi teknologi termasuk saham besar di Alibaba.
Son menjadi salah satu pemain utama global di industri teknologi dengan meluncurkan Vision Fund hampir USD 100 miliar pada tahun lalu. Sebagian dari dana itu berasal dari pemerintah Arab Saudi.
The Vision Fund mengucurkan dana ke puluhan perusahaan rintisan atau startup antara lain WeWork dan Slack. SoftBank juga membuat investasi besar di perusahaan teknologi antara lain Uber dan saingannya di China Didi Chuxing.
Dengan jual saham divisi telekomunikasi akan meningkatkan dana miliaran dolar AS bagi Son untuk memburu lebih banyak transaksi besar. Saham di unit telekomunikasi mulai diperdagangkan di Tokyo pada 19 Desember.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement