BEI Cabut Suspensi, Saham Operator Taksi Express Anjlok

Saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) lanjutkan koreksi pada perdagangan saham Senin (27/5/2019).

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Mei 2019, 16:30 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2019, 16:30 WIB
Awal 2019 IHSG
Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) lanjutkan koreksi pada perdagangan saham Senin (27/5/2019).

Koreksi saham TAXI ini berlanjut usai suspensi (penghentian sementara) perdagangan saham dibuka pada Jumat 24 Mei 2019.

Berdasarkan data RTI, saham TAXI melemah 15,25 persen ke posisi Rp 50 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 583 kali dengan nilai transaksi Rp 1,2 miliar.

Pada perdagangan saham, Jumat 24 Mei 2019, saham TAXI merosot 34,44 persen ke posisi Rp 59 per saham. Pelemahan saham ini terjadi usai suspensi saham TAXI dibuka.

Pada Jumat 24 Mei 2019, saham TAXI berada di level tertinggi Rp 70 dan terendah Rp 59 per saham. Nilai transaksi Rp 306,2 juta saham dengan frekuensi perdagangan 226 kali.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, tren menurun saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) terjadi sejak 22 Maret 2018. Apalagi perseroan alami rugi dan terus meningkat sejak 2016.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Suspensi Saham TAXI Dibuka pada Jumat 24 Mei

IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Seorang pria melintas di depan papan monitor di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Suspensi saham TAXI dibuka merujuk pada pengumuman Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor:Peng-SPT-00006/BEI.PPI/06-2018 pada 25 Juni 2018 periha penghentian sementara perdagangan efek.

Selain itu, surat PT Express Transindo Utama Tbk Nomor 039/ETU/Corsec/V/2019 pada 20 Mei 2019 perihal tanggapan atas permintaan penjelasan bursa.

Lalu surat perseroan Nomor 036/ETU/Corsec/V/2019 tanggal 7 Mei 2019 perihal penyampaian hasil rapat umum pemegang saham luar biasa ketiga (RUPSLB III) PT Express Transindo Utama Tbk, dan surat perseroan Nomor 044/ETU/Corsec/XII tanggal 13 Desember 2018 perihal penyampaian bukti iklan pengumuman hasil keputusan rapat umum pemegang obligasi (RUPO) obligasi I Express Transindo Utama Tbk Tahun 2014.

Bursa pun memutuskan mencabut penghentian sementara perdagangan efek (saham dan obligasi) PT Express Transindo Utama Tbk di seluruh pasar mulai sesi perdagangan efek pada Jumat 24 Mei 2019.

"Bursa meminta kepada pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh PT Express Transindo Utama Tbk," ujar Kepala Divisi Penilaian Perusahaan BEI Adi Pratomo Aryanto.

 

Operator Taksi Express Cetak Rugi, Blue Bird Untung

20160801-IHSG-Melesat-Jakarta-AY
Pekerja melintas di layar sekuritas di Jakarta, Senin (1/8). IHSG mengakhiri perdagangan hari ini ditutup di teritori positif. Seharian, IHSG bergerak di zona hijau dan ditutup melesat hingga nyaris 3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Emiten operator taksi sudah merilis kinerja sembilan bulan pertama 2018. Hasilnya bervariasi.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa 6 November 2018, PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) masih bukukan rugi bahkan membengkak.

Hingga sembilan bulan pertama 2018, perseroan mencatat rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 537,96 miliar. Dibandingkan hingga sembilan bulan pertama 2017, perseroan membukukan rugi Rp 210,57 miliar.

Sementara itu, pendapatan merosot 19,25 persen dari Rp 231,62 miliar hingga September 2017 menjadi Rp 187,01 miliar hingga September 2018.

Beban langsung perseroan turun menjadi Rp 334,02 miliar hingga akhir September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 350,35 miliar. Hal itu membuat rugi bruto naik 23,81 persen menjadi Rp 147,01 miliar hingga akhir kuartal III 2018.

Perseroan membukukan penurunan penghasilan bunga menjadi Rp 39,18 juta hingga akhir kuartal III 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,49 miliar.

Selain itu, perseroan mencatatkan beban penurunan nilai aset tetap menjadi Rp 185,91 miliar hingga akhir kuartal III 2018. Beban lain-lain naik menjadi Rp 4,18 miliar.

Di sisi lain, perseroan membukukan laba setelah pajak dari entitas asosiasi sebesar Rp 92,94 juta, dan keuntungan dari penjualan aset tetap sebesar Rp 448,25 juta dari rugi Rp 218,54 juta pada akhir September 2017.

Dengan melihat kondisi tersebut, perseroan mencatatkan rugi per saham naik menjadi Rp 250,73 hingga akhir September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 98,14.

PT Express Transindo Utama Tbk membukukan liabilitas naik menjadi Rp 1,85 triliun pada 30 September 2018 dari posisi 31 Desember 2017 sebesar Rp 1,76 triliun. Perseroan bukukan ekuitas negatif Rp 291,77 miliar pada 30 September 2018. Perseroan kantongi kas Rp 5,89 miliar.

 

Selanjutnya

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara itu, PT Blue Bird Tbk (BIRD) membukukan laba meski pendapatan turun tipis. Perseroan mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 10,71 persen dari Rp 302,12 miliar hingga akhir kuartal III 2017 menjadi Rp 334,66 miliar hingga akhir kuartal III 2018.

Namun, pendapatan bersih turun tipis 0,74 persen hingga akhir September 2018. Perseroan membukukan pendapatan Rp 3,13 triliun hingga akhir September 2017 menjadi Rp 3,10 triliun hingga akhir September 2018.

Beban langsung merosot 0,9 persen dari Rp 2,27 triliun hingga 30 September 2017 menjadi Rp 2,25 triliun hingga 30 September 2018. Laba bruto turun 0,21 persen.

Pada akhir September 2017, perseroan bukukan laba bruto Rp 851,97 miliar menjadi Rp 850,11 miliar hingga akhir September 2018.

Beban usaha naik menjadi Rp 442,80 miliar hingga akhir 30 September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 435,82 miliar. Hal itu mendorong laba usaha turun 2,1 persen menjadi Rp 407,30 miliar hingga akhir 30 September 2018.

Perseroan mencatatkan pendapatan lain-lain naik menjadi Rp 31,85 miliar hingga akhir 30 September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 27,09 miliar. Perseroan menurunkan beban bunga dari Rp 110,31 miliar hingga akhir September 2017 menjadi Rp 48,95 miliar hingga akhir September 2018. Selain itu, laba selisih kurs tercatat naik signifikan dari Rp 66 juta menjadi Rp 4,05 miliar.

Dengan melihat kondisi itu, perseroan membukukan laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi 134 hingga 30 September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya 121.

Total liabilitas perseroan tercatat naik menjadi Rp 1,63 triliun pada 30 September 2018 dari periode 31 Desember 2017 sebesar Rp 1,58 triliun. Ekuitas tercatat naik menjadi Rp 5,13 triliun pada 30 September 2018. Perseroan kantongi kas Rp 604,87 miliar pada 30 September 2017.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya