OPINI: Dampak AI Terhadap Penurunan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa

AI memungkinkan mahasiswa mengakses jutaan data, jurnal, dan referensi hanya dalam hitungan detik.

oleh Huyogo Simbolon Diperbarui 28 Mar 2025, 22:00 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2025, 22:00 WIB
AI
Ilustrasi mahasiswa mengakses internet. (Foto: Dok.)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Di era digital saat ini, kecanggihan teknologi membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah dunia pendidikan. Kecanggihan teknologi berupa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) menjadi salah satu inovasi revolusioner yang memungkinkan komputer dan mesin berpikir, belajar dan bertindak selayaknya manusia. Meskipun banyak manfaatnya, kecanggihan inovasi ini tetap menimbulkan dampak negatif  jika tidak bijaksana dan berlebihan dalam penggunaannya.

Banyak mahasiswa kini menggunakan AI untuk mendukung proses belajar dan kehidupan perkuliahan mereka. Bagi mereka, AI adalah teman terbaik yang selalu siap membantu menyelesaikan tugas, mencari referensi dan berdiskusi kapan saja, tanpa lelah. Kemampuan AI untuk memberikan informasi dengan cepat dan akurat menjadi alasan utama teknologi ini menjadi teman seperjalanan terbaik bagi mahasiswa. 

AI memungkinkan mahasiswa mengakses jutaan data, jurnal, dan referensi hanya dalam hitungan detik, bahkan menjadi penolong saat mendapatkan tugas secara mendadak dan deadline yang cepat. Kemudahan ini seringkali disalahgunakan para mahasiswa untuk bermalas-malasan dan menunda mengerjakan tugas hingga mendekati tenggat pengumpulan. Akibatnya, banyak mahasiswa lebih memilih mengandalkan mesin ketimbang pemahaman secara  mendalam melalui proses berpikir mandiri.

Proses berpikir mandiri merupakan bagian penting dari proses pembelajaran. Proses ini mengharuskan mahasiswa untuk mencari informasi, menganalisis dan menilai secara kritis sumber-sumber yang ada. Namun, seiring waktu, proses belajar ini mulai tergantikan oleh penerimaan pasif terhadap informasi yang disajikan oleh AI.  Jika penggunaan AI dilakukan secara berlebihan, hal ini bisa menurunkan, bahkan menghilangkan, kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Berpikir kritis merupakan suatu kemampuan yang melibatkan proses evaluasi, analisis, dan sintesis informasi dengan mempertimbangkan konteks dan relevansinya. Namun, bagi mahasiswa yang terlalu bergantung pada AI, proses ini tidak lagi terjadi. Mereka cenderung merasa malas untuk mempertanyakan dan mendalami setiap informasi yang disajikan oleh AI. Akibatnya, mereka menerima data apa adanya tanpa menyadari adanya kekurangan atau bias  dalam sumber tersebut.

Dalam menghadapi situasi ini, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh institusi pendidikan dan mahasiswa untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan AI yang berlebihan. Pertama, institusi pendidikan perlu merancang kurikulum yang menekankan pada proses berpikir kritis dan kreativitas. Kurikulum dengan pembelajaran yang berbasis diskusi, studi kasus, dan proyek penelitian dapat menjadi alternatif efektif untuk menyeimbangkan penggunaan teknologi saat ini.

Kedua, dosen harus aktif mempertanyakan, menganalisis, dan mendebat informasi yang diterima mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa akan terbiasa berpikir kritis dalam menyaring dan mengevaluasi setiap informasi yang mereka terima. Proses diskusi yang interaktif antara dosen dan mahasiswa juga akan mendorong terciptanya pemahaman yang lebih mendalam terhadap suatu topik dan menjadikan mahasiswa sebagai penerima informasi yang aktif.

Ketiga, mahasiswa harus menyadari bahwa AI hanyalah alat bantu proses belajar, bukan solusi instan. Mereka tidak bisa sepenuhnya bergantung pada AI tanpa berusaha memahami dan mengolah informasi secara mandiri. Oleh karena itu, mahasiswa perlu memahami cara kerja AI, batasan-batasannya dan pemahaman bahwa mereka menggunakan AI sebagai alat pendukung, bukan sebagai solusi instan.

Penggunaan AI dalam dunia pendidikan merupakan pedang bermata dua. Di satu sisi, AI menawarkan kemudahan dan efisiensi dalam mengakses informasi dan menyelesaikan tugas. Di sisi lain, penggunaan yang berlebihan dapat menghambat kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Oleh karena itu, dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi, kita tidak boleh mengorbankan nilai-nilai esensial yang mendasari pembelajaran sejati.

 

Penulis: Ester Monica Pakpahan, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya