Kisah Mario Gabelli Raup Cuan 6.200 Persen dari Perusahaan Warren Buffett

Investor AS Mario Gabelli membeli saham Berkshire Hathaway pada 1986. Berkshire Hathaway merupakan perusahaan investasi milik Warren Buffett.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 07 Mar 2021, 07:38 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2021, 15:02 WIB
Ilustrasi pendanaan, investasi, dolar
Ilustrasi pendanaan, investasi, dolar. Kredit: pasja1000 from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Berinvestasi saham dalam jangka panjang terbukti mampu memberikan imbal hasil yang memuaskan.Hal ini dibuktikan oleh seorang investor asal AS, Mario Gabelli.

Dilansir dari laman CNBC, Sabtu (6/3/2021), Gabelli memperoleh cuan hingga 6.200 persen dari kepemilikan saham di perusahaan Warren Buffett, Berkshire Hathaway.

Gabelli diketahui pertama kali membeli saham Berkshire Hathaway pada 1986. Dalam sebuah wawancara, CEO Gamco Investor tersebut mengatakan telah membeli saham Berkshire Hathaway untuk dua reksa dananya, yakni Gabelli Asset Fund dan Gabelli Equity Trust.

Secara akumulatif, keduanya memegang 220 saham Berkshire Hathaway kelas A. Pada perdagangan Senin pekan ini, saham Berkshire Hathaway telah sampai pada level USD 377 ribu per saham. Sementara Gabelli mengaku memmbelinya pada harga USD 6 ribu per saham, atau secara total senilai USD 1,32 juta.

Dengan begitu, kepemilikannya Gabelli saat ini bernilai sekitar USD 83 juta, cuan hampir 6.200 persen, berdasarkan harga saham Kelas A Berkshire pada Senin. 

Untuk diketahui, Berkshire juga memiliki saham Kelas B dengan harga lebih rendah yang diluncurkan pada 1996, dan diperdagangkan di Bursa Efek New York. Gamco juga memiliki sekitar 135 ribu saham Berkshire Kelas B dengan harga sekitar USD 250.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Penutupan Wall Street

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali bangkit pada Jumat, 5 Maret 2021 yang sebelumnya alami aksi jual. Wall street menguat didorong sentiment imbal hasil obligasi AS yang mereda.

Di sisi lain, laporan tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan mendorong optimisme untuk pemulihan ekonomi yang lebih cepat.

Pada penutupan wall street, indeks saham Dow Jones naik 572,16 poin atau 1,9 persen menjadi 31.496,30. Indeks saham S&P 500 menguat dua persen ke posisi 3.841,94 setelah turun satu persen. Indeks saham Nasdaq menguat 1,6 persen menjadi 12.920,15 yang dipicu kenaikan saham Apple satu persen dan Microsoft dua persen.

Indeks saham acuan utama menguat dari posisi terendahnya karena imbal hasil obligasi melemah dari posisi tertinggi. Imbal hasil treasury AS bertenor 10 tahun turun ke 1,55 persen setelah melonjak di atas 1,6 persen. Posisi itu merupakan level tertinggi pada 2021 menyusul data yang menunjukkan lonjakan dalam data tenaga kerja.

“Imbal hasil bergerak turun dari pergerakan sebelumnya, dan itu membantu menopang kenaikan indeks saham. Aksi jual saham teknologi telah mencapai level oversold dan dijadwalkan bagi investor dan trader untuk mulai membeli,” ujar Chief Market Strategist Prudential Financials, Qunicy Krosby, dilansir dari CNBC, Sabtu (6/3/2021).

Departemen Tenaga kerja melaporkan nonfarm payrolls melonjak 379.000 dan tingkat pengangguran turun menjadi 6,2 persen. Sebelumnya ekspektasi 210.000 pekerjaan baru dan tingkat pengangguran tetap stabil di posisi 6,3 persen pada Januari 2021.

Saham yang akan mendapat keuntungan dari kebangkitan ekonomi melonjak setelah rilis laporan pekerjaan. Sektor saham energi di indeks S&P 500 melonjak 3,9 persen, dan membukukan performa terbaik sejak November. Occidental Petroleum naik 4,5 persen, sementara Devon Energy menguat 8,4 persen. Sektor saham keuangan dan material masing-masing naik lebih dari dua persen.

“Laporan data tenaga kerja mengkonfirmasi ekonomi siap untuk pembukaan kembali yang lebih luas. Aksi jual cepat di obligasi bertenor 10 tahun setelah laporan data tenaga kerja disambut dengan pembelian di level 1,6 persen, memberikan dukungan untuk saham,” kata Head of US Rates Trading AmeriVet Securities Gregory Faranello.

Namun, lonjakan suku bunga memicu kekhawatiran perusahaan teknologi yang berorientasi pada pertumbuhan yang berorientasi pada pertumbuhan memimpin reli pasar tahun lalu, mungkin kesulitan memenuhi ekspektasi jika biaya pinjaman melonjak.

Saham Tesla turun lebih dari tiga persen. Saham Tesla pun melemah 11 persen selama sepekan.

Sementara itu, saham Peloton dan Zoon masing-masing susut 12 persen dan 9 persen. Investor Cathie Wood yang fokus pada perusahaan inovatif, melihat dana andalannya kehilangan dua digit pada 2021.

Meski menguat, indeks saham Nasdaq turun lebih dari dua persen pada pekan ini. Indeks saham teknologi berubah negatif pada 2021. Sedangkan indeks saham S&P 500 naik 0,8 persen. Indeks saham Dow Jones menguat 1,8 persen seiring investor kembali pulih.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya