Wall Street Menghijau, Indeks S&P 500 Catat Rekor Tujuh Kali Berturut-turut

Pada penutupan wall street, indeks S&P 500 naik 0,75 persen menjadi 4.352,34. Sedangkan indeks Nasdaq naik 0,81 persen menjadi 14.639,33.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Jul 2021, 06:36 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2021, 06:35 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Jumat, 2 Juli 2021. Indeks S&P 500 mencapai rekor setelah laporan pekerjaan Juni 2021 menunjukkan pemulihan cepat untuk pasar tenaga kerja AS.

Pada penutupan wall street, indeks S&P 500 naik 0,75 persen menjadi 4.352,34. Sedangkan indeks Nasdaq naik 0,81 persen menjadi 14.639,33. Indeks Dow Jones naik 152,82 poin menjadi 34.786,35. Indeks S&P 500 naik selama tujuh kali berturut-turut, kemenangan beruntung terpanjang sejak Agustus 2021.

Pergerakan solid oleh saham teknologi utama membantu mendukung pasar secara keseluruhan pada Jumat pekan ini. Saham Apple dan Salesforce masing-masing naik hampir 2 persen dan 1,3 persen. Saham Microsoft melonjak 2,2 persen.

Pada pekan ini, indeks Nasdaq Composite naik hampir dua persen. Sedangkan indeks S&P 500 dan Dow Jones masing-masing naik 1,7 persen dan 1 persen. Sejumlah sektor ditutup pada level rekor termasuk teknologi dan perawatan kesehatan.

Wall street yang menguat selama sepekan didorong laporan ekonomi yang solid. Di sisi lain, dibatasi oleh laporan pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan pada Jumat pagi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Data Tenaga Kerja

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Berdasarkan data Biro Statistik Tenaga Kerja, ada tambahan 850.000 pekerjaan pada bulan lalu. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones mengharapkan tambahan 706.000. Hasil itu melampaui 583.000 pekerjaan yang direvisi pada Mei 2021.

"Ini adalah laporan yang kuat dan harus diambil sebagai tanda hal-hal yang akan datang untuk pasar tenaga kerja yang semakin cepat,” ujar Wakil Kepala Ekonom Aberdeen Standar Investments James McCann dalam sebuah catatan dilansir dari CNBC, Sabtu (3/7/2021).

Ahli Strategi Investasi Edward Jones, Angelo Kourkafas menuturkan, laporan tersebut menunjukkan pertumbuhan yang solid tetapi tidak akan mengubah jalur kebijakan the Fed.

"Saya pikir itu adalah salah satu dari jenis laporan goldilocks karena perekrutan dipercepat, yang merupakan tanda positif untuk babak kedua dan pemulihan, tetapi tidak terlalu banyak sehingga akan memicu reaksi dari timeline yang dipercepat untuk the Fed mulai tapering,” kata Kourkafas.

Selain kenaikan pekerjaan, upah rata-rata per jam naik 0,3 persen pada Juni, dan naik 3,6 persen dari tahun ke tahun sesuai harapan. Ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius menuturkan, laporan tersebut meredakan kekhawatiran tentang kekurangan tenaga kerja.

"Saya pikir kami juga mengetahui penjelasan angka yang lebih lemah dari April dan Mei yaitu musiman yang mungkin membebani pertumbuhan pekerjaan dan mungkin beberapa dampak dari tunjangan pengangguran pada pasokan tenaga kerja, itu adalah penjelasan yang cukup bagus. Jadi saya pikir itu meyakinkan dalam pengertian itu,” kata dia.

Hatzius menambahkan, tingkat pengangguran yang lebih tinggi dari yang diharapkan menunjukkan pemulihan masih memiliki jalan panjang.


Indeks S&P 500

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Indeks S&P 500 kini telah naik dalam lima dari enam minggu terakhir. Sedangkan indeks Nasdaq naik dalam enam dari tujuh minggu terakhir. Bahkan dengan kekuatan saham baru-baru ini, analis menuturkan, ketidakpastian tentang masa depan pembelian aset the Fed dan musim pendapatan akan datang dapat mencegah saham membuat keuntungan besar dalam waktu dekat.

"Pasar masih sangat prihatin dengan reaksi the Fed,” ujar Head of Asset Allocation Pacific Life Fund Advisors Max Gokhman.

Ia menuturkan, masih ada banyak kelonggaran di pasar tenaga kerja.

Indeks Russell 2000 tergelincir satu persen pada Jumat pekan ini. Selain itu, saham Boeing turun 1,3 persen membebani Dow Jones. Saham IBM melemah 4,6 persen setelah perusahaan mengumuman presiden dan mantan CEO Red Hat Jim Whitehurst mengundurkan diri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya