Morgan Stanley Turunkan Rekomendasi Saham di Indonesia, Kenapa?

Morgan Stanley menurunkan rekomendasi saham Indonesia menjadi underweight dalam portofolio di pasar Asia dan negara berkembang.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Jun 2024, 10:48 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2024, 10:29 WIB
Morgan Stanley Turunkan Rekomendasi Saham di Indonesia, Kenapa?
Morgan Stanley melihat kebijakan fiskal Indonesia dan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) menimbulkan risiko terhadap investasi saham. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Morgan Stanley melihat kebijakan fiskal Indonesia dan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) menimbulkan risiko terhadap investasi saham di Indonesia.

Seiring hal itu, Morgan Stanley menurunkan rekomendasi saham-saham Indonesia menjadi underweight dalam portofolio di pasar Asia dan negara berkembang.

“Kami melihat ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa kelemahan di pasar valuta asing di tengah masih tingginya suku bunga Amerika Serikat dan prospek dolar AS yang menguat,” tulis Analis Morgan Stanley Daniel Blake dalam catatannya, 10 Juni 2024 seperti dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (12/6/2024).

“Sementara prospek pendapatan Indonesia juga memburuk,” sambung Morgan Stanley.

Perubahan sikap Morgan Stanley terjadi ketika dolar AS mulai menunjukkan tren lebih tinggi menjelang keputusan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat pada Rabu pekan ini dan keputusan Bank Indonesia pada pekan depan.

Adapun jika suatu saham dinilai sebagai underweight, diprediksi pengembalian saham tersebut lebih rendah dari saham lain di sektor industrinya.

“Peringkat saham underweight adalah opini analis keuangan, saham tersebut akan berkinerja buruk di antara sektornya atau dalam indeks, biasanya selama 6 bulan hingga 12 bulan ke depan,” demikian mengutip dari yahoo finance.

Selain itu, underweight juga berarti manajer investasi tidak bullish pada aset saham di wilayah tersebut.

Penutupan IHSG pada 11 Juni 2024

IHSG
Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada penutupan perdagangan saham Selasa (11/6/2024). Koreksi IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan.

Mengutip data RTI, IHSG merosot 0,95 persen ke posisi 6.855,69. Indeks LQ45 anjlok 1,93 persen ke posisi 867,77. Mayoritas indeks saham acuan tertekan.

Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.932,46 dan terendah 6.855,69. Sebanyak 366 saham melemah sehingga menekan IHSG. 198 saham menguat dan 215 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 939.895 kali dengan volume perdagangan 17,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 9,3 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.285. Investor asing jual saham Rp 1,17 triliun pada Selasa pekan ini. Investor asing melakukan aksi jual saham Rp 10,06 triliun.

Mayoritas sektor saham tertekan yang dipimpin sektor saham industri turun 2,45 persen. Selain itu, sektor saham basic susut 0,34 persen, sektor saham nonsiklikal tergelincir 0,68 persen, dan sektor saham siklikal terpangkas 1,06 persen.

Selanjutnya, sektor saham kesehatan melemah 0,03 persen, sektor saham keuangan terpangkas 1,08 persen, sektor saham properti terbenam 0,90 persen. Lalu sektor saham teknologi susut 0,30 persen dan sektor saham transportasi melemah 0,22 persen. Sementara itu, sektor saham energi naik 0,14 persen dan sektor saham infrastruktur melesat 0,87 persen.

 

 

Sentimen yang Bayangi IHSG

Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mengutip Antara, kajian tim riset Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, Bursa Asia didominasi pelemahan akibat ketidakpastian perekonomian dan politik global.

Hal ini dilatarbelakangi oleh aksi wait and see para pelaku pasar menantikan rilisnya data inflasi AS pada hari ini yang diprediksi tetap pada level 3,4 persen secara tahunan.

“Sejalan dengan hal tersebut, pada Rabu, 12 Juni 2024, pekan ini, suku bunga AS juga akan dirilis dan diproyeksikan akan tetap pada level 5,25 sampai 5,50 persen,” demikian dikutip. Dari Eropa, Prancis sedang menghadapi gonjang-ganjing politik, yang mana partai sayap kiri yang didukung oleh Presiden Emanuel Macron kalah dalam pemilu Uni Eropa melawan sayap kanan,"

Hal ini menghidupkan kembali kekhawatiran terhadap kepemimpinan sayap kiri tersebut, oleh karenanya Euro terguncang dan mencapai level terendah selama 1 bulan pada kemarin malam.

Sementara itu, Bank of Japan (BoJ) merilis tingkat suku bunganya pada Jumat pekan ini, yang diproyeksikan tetap pada level yang sama. namun sepertinya BoJ akan memutuskan untuk mengurangi pembelian obligasinya sebagai langkah untuk meningkatkan suku bunganya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya