Liputan6.com, Jakarta - Investasi dividen (dividend investing) bisa menjadi salah satu strategi diversifikasi portofolio yang menarik. Namun tetap harus disesuaikan berdasarkan aset alokasi, dan memahami dividend yield yang potensi dibagikan, serta kondisi fundamental perusahaan.
Pengamat pasar modal sekaligus founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, ada beberapa strategi yang bisa dpertimbangkan saat musim dividen. Pertama, Buy and Hold.
Strategi tersebut melibatkan pembelian saham emiten yang memiliki rekam jejak pembayaran dividen yang baik jauh sebelum cum date (tanggal terakhir investor tercatat berhak atas dividen). Tujuannya adalah untuk mendapatkan dividen secara rutin dan juga potensi kenaikan harga saham dalam jangka panjang.
Advertisement
"Investor dengan strategi ini umumnya tidak terlalu terpengaruh oleh penurunan harga setelah cum date," kata Wahyu kepada Liputan6.com, Minggu (27/4/2025).
Selain itu, ada pula dividend capture. Strategi ini lebih taktis dan berorientasi jangka pendek. Investor membeli saham beberapa hari atau minggu sebelum cum date untuk mendapatkan hak dividen, dan kemudian menjualnya kembali setelah ex date (tanggal pertama saham diperdagangkan tanpa hak dividen).
"Strategi ini cukup berisiko karena harga saham seringkali turun setelah ex date sebesar atau bahkan lebih besar dari nilai dividen per saham," ujar Wahyu.
Selanjutnya, reinvestasi dividen (Dividend Reinvestment Plan/DRIP). Jika memungkinkan, investor bisa mengaktifkan DRIP, di mana dividen yang diterima secara otomatis digunakan untuk membeli kembali saham perusahaan yang sama.
"Ini memungkinkan kita untuk melakukan compounding dan meningkatkan kepemilikan saham seiring waktu," jelas Wahyu.
Saat membangun portofolio dividen, penting untuk diingat bahwa membayar dividen tidak wajib bagi perusahaan seperti halnya perusahaan harus melakukan pembayaran bunga obligasi. Artinya, jika perusahaan harus memangkas pengeluaran, dividennya bisa terancam.
Lakukan Analisis Saham
Untuk itu, investor perlu memilah dan melakukan analis saham mana yang berpotensi memberi dividen tinggi. Sebagai acuan, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan daftar terbaru penghuni indeks IDX High Dividend 20 atau IDX HIDEV20.
Indeks ini mengukur kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai selama 3 tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi. Lebih lanjut, berikut daftar penghuni IDXHIDIV20 yang telah berlaku sejak 5 Februari 2025 dan akan berakhir sampai dengan 3 Februari 2026:
1. ACES – Aspirasi Hidup Indonesia Tbk
2. ADRO – Alamtri Resources Indonesia Tbk
3. AKRA – AKR Corporindo Tbk
4. ANTM – Aneka Tambang Tbk
5. ASII – Astra International Tbk
6. BBCA – Bank Central Asia Tbk
7. BBNI – Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
8. BBRI – Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
9. BMRI – Bank Mandiri (Persero) Tbk
10. BNGA – Bank CIMB Niaga Tbk
11. HMSP – H.M. Sampoerna Tbk
12. INDF – Indofood Sukses Makmur Tbk
13. ITMG – Indo Tambangraya Megah Tbk
14. JPFA – Japfa Comfeed Indonesia Tbk
15. PGAS – Perusahaan Gas Negara Tbk
16. PTBA – Bukit Asam Tbk
17. SIDO – Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
18. TLKM – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
19. UNTR – United Tractors Tbk
20. UNVR – Unilever Indonesia Tbk
Advertisement
Berburu Saham Pilihan saat Musim Dividen
Saat musim dividen tiba, para investor mulai berburu saham yang menawarkan imbal hasil menarik melalui pembagian dividen. Musim dividen yang biasanya berlangsung antara April hingga Juni menjadi momen yang tepat bagi para investor untuk meraih keuntungan pasif.
Namun, memilih saham yang tepat di tengah banyaknya pilihan di pasar bisa menjadi tantangan tersendiri. Pengamat pasar modal yang juga founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, memilih saham dengan dividen tinggi memerlukan riset yang cermat.
Beberapa sektor yang memiliki emiten dengan kebijakan dividen yang menarik antara lain sektor perbankan, telekomunikasi, tambang, properti, dan barang konsumsi. Sektor perbankan, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dikenal memiliki fundamental yang kuat dan kebijakan pembagian dividen yang konsisten.
Selain itu, sektor telekomunikasi, dengan emiten besar seperti PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL), juga menawarkan dividen yang menarik bagi investor.
"Bank-bank besar di Indonesia umumnya memiliki fundamental yang kuat dan secara rutin membagikan dividen. Kita bisa mempertimbangkan saham-saham dari bank BUMN maupun bank swasta yang memiliki rekam jejak pembayaran dividen yang baik dan rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio/DPR) yang stabil," kata Wahyu kepada Liputan6.com, Jumat (25/4/2025).
Sektor Tambang
Di sektor tambang, terutama bagi emiten batu bara seperti PT Bukit Asam (PTBA) dan PT Adaro Energy Indonesia (ADRO), dividen yang dibagikan seringkali cukup tinggi, meskipun sektor ini sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas.
Begitu pula dengan sektor properti dan REITs (Real Estate Investment Trusts), yang menawarkan dividen menarik karena beberapa perusahaan memiliki kewajiban untuk membagikan sebagian besar laba sebagai dividen.
Penting bagi investor untuk tidak hanya fokus pada yield dividen yang tinggi, tetapi juga memperhatikan faktor-faktor fundamental lainnya, seperti rasio pembayaran dividen (DPR), kesehatan keuangan perusahaan, serta prospek bisnis yang dimiliki perusahaan.
"Penting untuk melakukan analisis lebih lanjut terhadap masing-masing emiten. Termasuk riwayat pembayaran dividen, rasio pembayaran dividen (DPR), kesehatan keuangan perusahaan, prospek bisnis, yield dividen," ujar Wahyu.
Advertisement
