KISI Asset Management Incar Dana Kelolaan Rp 4,5 Triliun pada 2025

KISI Asset Management memiliki produk money market dan fixed income plus yang imbal hasilnya saat ini sekitar 7%. Produk tersebut baru diluncurkan pada Februari 2024, atau berusia sekitar 10 bulan dengan dana kelolaan sebesar Rp 630 miliar.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Des 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 17 Des 2024, 18:00 WIB
Hari Ini, Indeks Harga Saham Gabungan Ditutup di Zona Hijau
IHSG menguat 24,13 poin atau 0,34 persen dibandingkan penutupan sebelumnya pada level 7.196,75. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - PT KISI Asset Management menargetkan dana kelolaan atau asset under management (AUM) mencapai Rp 4,5 triliun. Direktur Utama KISI Asset Management, Mustofa mengatakan pertambahan dana kelolaan utamanya akan didukung produk reksa dana pendapatan tetap (RDPT) yang akan diluncurkan perseroan tahun depan.

"Kalau yang ini jadi, saya rasa minimal penambahan AUM Rp 1- Rp 1,5 triliun untuk tahun depan. AUM sekarang kira-kira sekitar Rp 3 triliun. Mudah-mudahan menjadi Rp 4-4,5 triliun tahun depan," kata Direktur Utama KISI Asset Management, Mustofa 

Adapun RDPT yang dimaksud saat ini masih dalam proses di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jika produk ini mendapat izin OJK, Mustofa memperkirakan AUM yang bisa diraup dari produk ini mencapai Rp 800 miliar. Dia cukup optimis produk baru yang akan diluncurkan itu akan mendapat sambutan positif di pasar.

Sebagai gambaran, Mustofa mengatakan KISI AM memiliki produk money market dan fixed income plus yang imbal hasilnya saat ini sekitar 7%. Produk tersebut baru diluncurkan pada Februari 2024, atau berusia sekitar 10 bulan dengan dana kelolaan sebesar Rp 630 miliar.

"Hampir 10 bulan, dari 0 menjadi sekarang udah Rp 630 miliar. Dalam waktu kurang dari 1 tahun. Sehingga itu memberikan kita confidence bahwa pattern ini akan continue di tahun depan," imbuh Mustofa.

KISI AM, sebuah perusahaan asset management yang telah berdiri sejak tahun 2019, memiliki 2 izin usaha sebagai Manajer Investasi dan Penasihat Investasi. Sebagai bagian dari Korea Investment Holding, perusahaan keuangan non-bank terkemuka di Korea Selatan.

Di Indonesia, Korea Investment Holding memiliki dua lini bisnis, yaitu KISI Sekuritas dan KISI AM. KISI AM telah sukses mengelola 14 produk Reksa Dana antara lain Reksa Dana Pasar Uang, Pendapatan Tetap, Campuran, Saham, ETF dan Terproteksi dengan total dana kelolaan mencapai Rp 3 triliun per 16 Desember 2024 dan menjalin kerja sama dengan 19 agen penjualan.

Menavigasi Ketidakpastian Global, KISI Asset Management Ramal IHSG 2025 Tembus 8.455

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, KISI Asset Management memproyeksikan indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi mencapai posisi 8.455 dalam skenario bull dan 8.000 dalam skenario bear. Perkiraan itu mempertimbangkan dinamika ekonomi global, kekuatan fundamental ekonomi domestik Indonesia, serta peluang menarik yang dapat dimanfaatkan pada tahun 2025.

Direktur Utama KISI Asset Management, Mustofa, menegaskan bahwa meskipun kondisi global masih penuh tantangan, Indonesia terus menunjukkan ketahanan ekonomi yang luar biasa.

 “Tantangan global seperti kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, tekanan inflasi, dan ketegangan geopolitik menjadi perhatian utama. Namun, Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kokoh, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi yang terkendali, dan dukungan kebijakan pemerintah yang konsisten. Ini menjadi peluang besar bagi investor,” ujar Mustofa dalam Media Gathering, Selasa (17/12/2024).

Salah satu indikator penting yang dibahas dalam acara ini adalah penyempitan spread antara US Treasury 10Y dengan Obligasi Pemerintah Indonesia 10Y. Tren ini mencerminkan menurunnya persepsi risiko investasi di Indonesia, sekaligus meningkatkan daya tarik investasi di pasar domestik.

Direktur Investasi KISI Asset Management, Arfan F. Karniody menggarisbawahi prospek positif bagi pasar modal Indonesia di tengah ketidakpastian global. Menurut dia, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat menempatkan pasar modalnya sebagai tempat yang aman bagi investor di tengah ketidakpastian global.

"Kebijakan fiskal dan moneter yang bijaksana, dipadukan dengan pertumbuhan yang tangguh, memastikan daya saing Indonesia dalam menarik aliran modal, menjadikannya tujuan investasi jangka panjang yang menarik,” ujar Arfan.

IHSG

Awal Ramadan IHSG Ditutup Menguat
IHSG berhasil menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa atau All Time High (ATH) di level 7.435 pada perdagangan sesi pertama di hari perdana pembukaan bursa saat bulan Ramadan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Dalam skenario optimis (bull), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan mencapai 8.455, didukung oleh pertumbuhan laba per saham (EPS) sebesar 7% dan valuasi 13,5 kali Price-to-Earnings (PE).

Imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia diperkirakan berada di 6,5%, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun ke 4%. Suku bunga acuan The Fed diprediksi akan turun hingga 3,75%, mendukung pertumbuhan ekonomi global. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diperkirakan mencapai 5,3%, dengan inflasi terkendali di 3,5%. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diproyeksikan menguat di bawah 15.500.

Skenario moderat memperkirakan IHSG berada di angka 8.000, dengan EPS tumbuh sebesar 5% dan valuasi PE sebesar 13 kali. Imbal hasil obligasi Indonesia diprediksi naik tipis ke 6,75%, sedangkan imbal hasil obligasi AS meningkat ke 4,25%.

Suku Bunga Acuan The Fed

Hari Ini, Indeks Harga Saham Gabungan Ditutup di Zona Hijau
Pekerja melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/7/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Suku bunga acuan The Fed diperkirakan turun menjadi 4%, lebih lambat dibandingkan skenario optimis. PDB Indonesia diperkirakan tumbuh 5%, dengan inflasi turun ke 2,5%. Nilai tukar rupiah diprediksi melemah ke 16.000 per dolar AS.

Namun, dalam skenario pesimis (bear), IHSG diproyeksikan hanya mencapai 7.536, dengan EPS tumbuh lemah sebesar 3% dan valuasi PE turun ke 12,5 kali. Imbal hasil obligasi Indonesia diperkirakan melonjak ke 7,5%, sementara imbal hasil obligasi AS naik signifikan ke 5,5%. Suku bunga acuan The Fed diprediksi tetap bertahan di 4,5%, tanpa pemangkasan suku bunga sepanjang tahun. PDB Indonesia diperkirakan hanya tumbuh 4,7%, dengan inflasi rendah di 1,5%. Nilai tukar rupiah diproyeksikan melemah tajam, melampaui 16.500 per dolar AS.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya