Liputan6.com, Jakarta - Jelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), pasar keuangan global menunjukkan dinamika yang beragam. Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto mengatakan pasar telah melakukan antisipasi atau price in.
Ke depan, Rully mengatakan pasar akan mencermati apakah Trump akan merealisasikan seluruh programnya saat kampanye.
Baca Juga
"Tapi market sepertinya sudah cukup paham, bahwa di sepanjang 2017-2020 lalu itu Trump mau realisasikan semua janji-janjinya," kata Rully kepada wartawan, Selasa (14/1/2025).
Advertisement
Di sisi lain, Rully mencermati sikap Donald Trump yang cenderung mengambil kebijakan bersifat bilateral. Sehingga kebijakan Trump ke depannya akan tergantung sejauh mana Amerika Serikat mendapat untung dari sebuah kesepakatan.
"Jadi kalau misalkan dia merasa dirugikan dia akan menerapkan kebijakan yang proteksionis," imbuh Rully.
Prediksi IHSG
Prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencapai 8.000 tahun ini juga masih diyakini Rully dapat terealisasi di tengah potensi perang dagang di era pemerintahan Donald Trump Jilid 2 di AS.
"Meskipun sekarang pelaku pasar masih menunggu berita positif dari global dan dalam negeri, kami masih optimis terhadap pasar saham Indonesia karena dua faktor dari dalam negeri, yaitu inflasi yang stabil dan daya beli yang terjaga,” terang dia.
Untuk inflasi, ia menuturkan, Indonesia terus menunjukkan penurunan, didukung oleh stabilitas harga bahan makanan. Dia memperkirakan harga bahan makanan akan tetap stabil di tahun depan, selama tidak ada gangguan cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi produksi pangan.
Dia menambahkan dengan stabilnya harga bahan makanan, serta pembatasan pemberlakuan efektif PPN 12% oleh pemerintah, khusus untuk barang dan jasa mewah akan menjadi faktor positif dalam menjaga daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Untuk makro ekonomi, Rully dan Tim Riset Mirae Asset memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan mencapai 5% dengan posisi suku bunga acuan 5,5% pada akhir tahun.
Menurut dia, dengan kondisi pasar yang masih berfluktuasi tajam dan antisipasi terhadap efek dari kebijakan Trump, Bank Indonesia kemungkinan baru akan menurunkan suku bunga pada semester II/2024.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor makroekonomi tersebut, pasar modal Indonesia tetap memiliki prospek yang positif pada 2025. Kondisi global yang penuh tantangan diharapkan dapat dihadapi dengan kebijakan yang tepat dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan.
Advertisement
Mirae Asset Ramal IHSG 2025 Tembus 8.000 di Tengah Potensi Perang Dagang
Sebelumnya, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis pasar modal Indonesia 2025 masih positif. Perusahaan memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 8.000, di tengah potensi perang dagang pada tahun depan.
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto mengatakan tahun ini volatilitas pasar saham Indonesia cukup besar dengan rekor tertinggi IHSG 7.905. Posisi itu mendekati prediksi Mirae Asset 7.915 untuk 2024, sebelum terkoreksi kembali, yang menunjukkan masih dipengaruhinya dinamika pasar oleh sentimen global dan domestik.
“Prediksi positif pasar modal domestik tersebut terutama didukung oleh kuatnya dua faktor makroekonomi dalam negeri yaitu inflasi yang stabil dan daya beli yang terjaga,” ujar Rully dalam paparannya di acara Investor Network Summit 2024, Rabu (5/12/2024).
Untuk inflasi, tuturnya, Indonesia terus menunjukkan penurunan, didukung oleh stabilitas harga bahan makanan. Di dalam acara bertema Capitalizing on the New Government's Economic Roadmap tersebut, dia memperkirakan harga bahan makanan akan tetap stabil di tahun depan, selama tidak ada gangguan cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi produksi pangan.
Dia menambahkan bahwa dengan stabilnya harga bahan makanan, dampak kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% diperkirakan tidak signifikan, terutama karena bahan pokok dikecualikan dari kenaikan pajak tersebut.
Inflasi yang terkendali tersebut, lanjutnya, dapat mempengaruhi faktor daya beli sehingga masih tetap terjaga terutama pada sektor pangan yang akan menjadi pilar utama yang menopang daya beli masyarakat.
“Kami optimistis bahwa belanja masyarakat (belanja rumah tangga) akan tetap terjaga dan tumbuh stabil pada tahun mendatang,” kata Rully.
Ramalan Suku Bunga
Dengan dukungan inflasi terkendali yang diprediksi sebesar 2,8% pada 2025 dan faktor daya beli yang kuat, Rully dan Tim Riset Mirae Asset memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan mencapai 5% dengan posisi suku bunga acuan 5,5% pada akhir tahun depan.
Menurut dia, dengan mempertimbangkan berbagai faktor makroekonomi tersebut, pasar modal Indonesia tetap memiliki prospek yang positif pada 2025. Kondisi global yang penuh tantangan diharapkan dapat dihadapi dengan kebijakan yang tepat dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan.
Terkait suku bunga, dia memprediksi ruang penurunan suku bunga acuan dalam negeri (BI rate) akan lebih terbatas akibat kondisi makroekonomi global, terutama tantangan dari kebijakan ekonomi pemerintah AS yang baru.
Rully memprediksi kebijakan ekonomi AS yang lebih berorientasi ke dalam (inward-looking) berpotensi memicu perang dagang dengan mitra dagang utama, yang dapat mengganggu aktivitas perdagangan global.
“Selain itu, kebijakan tersebut juga diperkirakan memicu inflasi di AS dan mempersempit ruang penurunan suku bunga acuan Federal Reserve (Federal Funds Rate/FFR), yang pada akhirnya memperkuat nilai tukar dolar AS di pasar global, yang berdampak pada perekonomian negara berkembang termasuk Indonesia,” tuturnya.
Advertisement