Pertumbuhan Pengguna Melambat, Saham Twitter Merosot 24%

Jumlah pengguna melambat secara bulanan membuat saham Twitter turun 24% menjadi US$ 50,03.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Feb 2014, 12:43 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2014, 12:43 WIB
kantor-twitter-140204b.jpg

Saham Twitter Inc ditutup melemah sekitar 24% pada perdagangan saham Kamis (Jumat pagi) di bursa saham Amerika Serikat (AS) setelah melaporkan pertumbuhan pengguna Twitter yang melamban. Hal itu membuat kapitalisasi pasar saham turun US$ 8,7 miliar.

Saham Twitter turun menjadi US$ 50,03. Investor kecewa dengan pertumbuhan pengguna Twitter yang melambat untuk jumlah pengguna aktif bulanan. Demikian mengutip dari laman Bloomberg, Jumat (7/2/2014).

Meski demikian, saham Twitter telah naik 92% sejak debut perdananya di bursa saham. Ketika itu, harga saham perseroan sekitar US$ 26 pada 6 November 2013. Saham Twitter sempat menyentuh level tertinggi US$ 74,73 pada Desember 2013.

Menurut analis, reaksi pasar terhadap saham Twitter mengikuti pola umum terhadap penawaran saham perdana perusahaan internet termasuk Linkedln, situs jaringan Facebook, dan situs online Groupon. Aksi jual terjadi dari saham perusahaan teknologi menyusul laporan laba pertama perusahaan.

"Meskipun keuntungan biasanya menjadi salah satu fokus utama. Harga saham untuk cerita pertumbuhan ini mencerminkan pasar yang melihat proyeksi kinerja dari perkiraan yang relatif konservatif," ujar analis Bespoke.

Jaringan media sosial ini telah mengumpulkan lebih dari 200 juta pengguna dalam tujuh tahun. Perseroan menyatakan, pengguna aktif bulanan mencapai 241 juta pada kuartal IV 2013, naik 30% dari tahun sebelumnya 185 juta. Akan tetapi jumlah pengguna perseroan hanya naik 3,8% dari tiga bulan sebelumnya. Namun pertumbuhan lebih lambat 39% pada periode sebelumnya.

Chief Executive Officer (CEO) Twitter, Dick Costolo menuturkan, selama kuartal itu, jumlah timeline menurun karena Twitter telah bekerja untuk membuat masing-masing lebih berharga dengan lebih banyak orang berbagi, dan mengklik favorit untuk pesan satu sama lain.

Sementara itu, Analis Gartner Inc, Brian Blau mengatakan, pertumbuhan pengguna yang melambat itu dapat menganggu kinerja perseroan. Hal itu mengingat bisnis Twitter yang tergantung pada lebih banyak orang yang menghabiskan waktu pada layanan itu.

"Mereka punya beberapa masalah keterlibatan pengguna. Apa yang saya tidak lihat di sini adalah jenis formula mereka untuk menghadapi Facebook dan Google. Mereka mencoba memperbaiki tetapi belum ada langkahnya," ujar Blau.

Untuk kinerja, perseroan juga mengalami rugi sekitar US$ 511,50 juta pada kuartal IV dari tahun sebelumnya US$ 8,7 juta. Angka tersebut meningkat dua kali lipat dari perkiraan analis sekitar US$ 253,5 juta.

Namun pendapatan perseroan naik menjadi US$ 242,7 juta dari periode tahun sebelumnya US$ 112,20 juta. Pendapatan perseroan sekitar 75% berasal dari iklan perangkat mobile. Selain itu, belanja modal perseroan juga melonjak menjadi US$ 752 juta, naik enam kali lipat dari tahun sebelumnya US$ 121 juta.

Costolo menuturkan, perusahaan memiliki rencana untuk meningkatkan jumlah pengguna, dan semakin aktif untuk menggunakannya terutama dengan membuat situs yang lebih mudah untuk digunakan.

Perseroan mengharapkan pendapatan mencapai US$ 230 juta-US$ 240 juta pada kuartal I 2014. Pendapatan  itu melebihi perkiraan analis sekitar US$ 214,9 juta. Pendapatan perseroan mencapai US$ 1,15 miliar-US$ 2 miliar pada 2014. (Ahm)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya