Liputan6.com, Jakarta Princess Disney, karakter fiksional besutan Disney dari cerita rakyat atau mitos hingga legenda mengenai sosok wanita di berbagai daerah di seluruh dunia. Biasanya menjadi pujaan bagi anak-anak.
Baca Juga
Princess Disney digambarkan sebagai wanita cantik dengan penampilan yang tanpa cacat, mulai dari tubuh ramping, pinggang kecil hingga mata besar yang indah. Cerita mengenai Cinderella yang sabar, Mulan yang pemberani hingga Snow White yang cantik membuat penggemar, khususnya anak-anak terbuai.
Dengan kisah mengenai si baik dan si jahat. Salah satu hal yang baik diajarkan dalam film Princess Disney adalah anak-anak diajarkan menjadi pribadi yang baik, melawan hal yang buruk.
Advertisement
Di antara keajaiban dan keindahan yang tergambar di Princess Disney, ada beberapa hal yang tak pantas untuk dicontoh anak-anak. Beberapa adegan di cerita Disney mendapatkan kritikan pedas dari media internasional. Apa sajakah itu?
1
Modal Tampang
Kritik muncul terhadap Princess disney ditulis di koran The Washington Post, Princess Disney seolah hanya menampilkan wanita cantik tanpa bakat apapun.
Cinderella yang tampak cantik, diceritakan tak memiliki hobi atau bakat tertentu. Cinderella digambarkan hanya senang melakukan pekerjaan rumah, membersihkan atau memasak. Cinderella diceritakan tak memiliki hobi atau bakat tertentu.
Selain itu, Aurora dalam Sleeping Beauty terlihat seperti wanita tidak berdaya. Aurora yang terkena kutukan saat jarinya terkena jarum di mesin penyulam hanya menunggu untuk diselamatkan. Aurora jadi tampak seperti wanita yang tengah kecanduan.
Advertisement
2
Wanita Tak Punya Hak
Princess Disney tampak `pasrah` seperti wanita di era kolonial, di saat gerakan feminisme masih belum dikenal. Sedikit berbagi mengenai feminisme, setiap wanita memiliki hak yang sama seperti pria.
Sayangnya, gambaran Princess Disney di film terlihat sang putri tampak seperti dibentuk oleh masyarakat kuno. Wanita tak punya hak suara, tampak digambarkan jelas dalam film The Little Mermaid.
Ariel kehilangan suara emasnya saat harus menukar dengan sebuah ramuan agar bisa menjadi manusia. Secara eksplisit--Jeff Guo menuliskan--karakter dalam Princess Disney adalah wanita yang tak memiliki hak menyuarakan keinginannya karena terbelenggu dengan keadaan.
3
Mencuci Otak Anak-anak Perempuan
Anak-anak perempuan seolah dicuci otak dengan Princess Disney. Carmen Fought dan Karen Eisenhauer, ahli lingusitik, melakukan proyek mengenai anak-anak yang telah menonton Princess Disney. Hasilnya, anak perempuan rata-rata memiliki gambaran mengenai sosok wanita di dalam pikiran mereka tampak seperti Princess Disney.
"Kami tak percaya anak-anak perempuan tiba-tiba bisa bermain atau berbicara dengan gaya tertentu. Mereka juga suka warna pink. Lalu, dari mana mereka mendapatkan ide ini semua mengenai gambaran mengenai wanita sempurna?" ujar Karen Eisenhauer, dilansir dari The Huffington Post.
Anak-anak perempuan itu bahkan belajar bertutur kata seperti seorang bangsawan dari Princess Disney. Mereka menyerap semua yang ada di film itu dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
4
Hidup Princess Disney Hanya untuk Pria
Sungguh menyedihkan, di balik sisi patriotisme Princess Disney, tujuan akhir mereka hanya menemukan pangeran. Padahal, tujuan hidup wanita itu tidak hanya sekedar menikah saja, mereka pasti ingin meraih mimpi yang lain.
Namun Princess Disney seolah menggambarkan kehidupan wanita sangat sempit. Semua yang mereka lakukan harus berakhir dengan pernikahan bersama sang pangeran.
"Di film beberapa film Princess Disney berakhir tragis. Aurora dalam Sleeping Beauty mengarahkan pangeran menemukan sang putri untuk menyelamatkannya, akhirnya menikah," ungkap Carmen Fought.
"Lalu, ada Belle dalam Beauty and the Beast yang memobilisasi warga desa melawan makhluk mengerikan. Tapi Belle justru jatuh cinta dengan Beast yang ternyata seorang pangeran. Akhir cerita yang mudah ditebak."