Liputan6.com, Jakarta Reputasi hipnoterapi sempat tercoreng karena adanya acara yang melakukan penghinaan kepada seniman Betawi, Benyamin S. Sampai akhirnya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melarang acara-acara yang mengangkat teknik hipnosis itu.
Sebagai seorang hipnoterapi, Rommy Rafael pun mengaku prihatin. Dirinya pun mencoba untuk mengembalikan nama baik teknik terapi pikiran itu.
Advertisement
"Karena segelintir orang, reputasi hipnoterapi jelek. Hipnoterapi itu kan luas. Yang gue lakukan tetap hipno, tapi nggak perlu tidur basiknya. Pelaku lainnya tahunya cuma tidur. Nah gue pakai pakem yang lain tanpa yang dilarang KPI," ujar Rommy saat syuting acara Lintas Imaji di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, Kamis (29/9/2016).
Dalam acara yang dibawakan oleh Rommy, dirinya memang tidak melakukan teknik hipnoterapi seperti kebanyakan dengan membuat seseorang tertidur.
"Ini acaranya lebih kepada psikologi pembahasan scientificnya. Yang paling penting acara yang saya bawakan memang tidak ada rekayasanya," ujar pria bernama lengkap Romy Tunggul Widodo itu.
Tak jarang dengan ilmu yang dimilikinya, Rommy mendapatkan banyak tawaran untuk membantu sebuah instansi untuk menyelesaikan sebuah kasus. Rommy juga tak mau apa yang dikerjakannya dianggap sebagai sebuah sensasi.
"Saya nggak mau terlalu kontroversi. Saya kan bukan teman yang satu itu. Saya maunya bekerja jangka panjang," pungkasnya.