Reisa Broto Asmoro Soal Ledakan Infeksi Covid-19, Orang Tanpa Gejala Lebih Seram

Reisa Broto Asmoro mengingatkan karakteristik penularan virus Corona Covid-19 harus diperhatikan terutama lewat droplet.

oleh Wayan Diananto diperbarui 25 Mei 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2020, 07:00 WIB
Reisa Broto Asmoro. (Foto: Instagram @reisabrotoasmoro)
Reisa Broto Asmoro mengingatkan karakteristik penularan virus Corona Covid-19 harus diperhatikan terutama lewat droplet. (Foto: Instagram @reisabrotoasmoro)

Liputan6.com, Jakarta Wabah Corona Covid-19 di Tanah Air belum memperlihatkan tanda-tanda mereda. Sejumlah warga yang nekat mudik hingga pasar malam yang dipadati pengunjung disinyalir menjadi faktor pencetus. Beberapa hari sebelum ini terjadi, Reisa Broto Asmoro mewanti-wanti.

Reisa Broto Asmoto mengingatkan kembali tentang jati diri virus Covid-19 alias Corona virus disease 2019. Dalam sesi gelar wicara daring di Jakarta belum lama ini, Reisa Broto Asmoro menyebut virus Corona sebenarnya sudah ada sejak lama. Biasanya menjangkiti binatang.

Wabah Corona Covid-19 tiba di Indonesia mulai Maret 2020. Hingga artikel ini disusun, jumlah kasus infeksi Covid-19 mencapai 21 ribu dengan angka kematian lebih dari 1.300 jiwa.

Virus Bermutasi

Reisa Broto Asmoro. (Foto: Instagram @reisabrotoasmoro)
Reisa Broto Asmoro. (Foto: Instagram @reisabrotoasmoro)

“Sudah ada sejak lama, virus ini kemudian bermutasi menjadi Covid-19 yang paling baru dan ternyata menginfeksi manusia. Ini terbilang kasus baru dan penelitiannya masih sangat terbatas,” terang ibu dua anak ini.

Karenanya, karakteristik penularan virus Corona Covid-19 harus diperhatikan terutama lewat droplet atau percikan cairan yang terciprat saat kita berbicara atau bersin.

Orang Dalam Pemantauan

Ilustrasi Covid-19, virus corona
Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

Dalam kasus Corona Covid-19, kita mengenal sejumlah istilah yang merujuk pada status kesehatan pasien. “Misalnya, ODP alias Orang Dalam Pemantauan. Biasanya mereka mengalami gejala seperti batuk, demam, sesak napas, pusing, nyeri otot, dan kelopak mata cekung,” imbuhnya.

Uniknya, rentetan gejala ini tak bisa disamaratakan. Gejala infeksi Covid-19 bervariasi tergantung pada kondisi atau daya tahan pasien saat itu. Pasien berstatus ODP kemudian menjalani swab test.

Orang Tanpa Gejala

Reisa Broto Asmoro. (Foto: Instagram @reisabrotoasmoro)
Reisa Broto Asmoro. (Foto: Instagram @reisabrotoasmoro)

Jika hasilnya positif, ia jadi PDP atau Pasien Dalam Pengawasan. “Biasanya ODP ini punya riwayat kontak dengan PDP tapi belum memperlihatkan gejala. Makanya, ODP diminta mengisolasi diri selama 14 hari karena dua minggu merupakan masa inkubasi virus Corona,” ia memaparkan.

Namun ada yang lebih berbahaya daripada ODP maupun PDP. “Yang lebih berbahaya sebenarnya OTG atau Orang Tanpa Gejala. OTG lebih seram karena tanpa disadari bisa menjadi sumber penularan ketika beraktivitas atau bersosialisasi dengan orang lain,” Reisa Broto Asmoro memperingatkan.

Menjadi Silent Carrier

Karenanya, beraktivitas di rumah saja, social, dan physical distancing menjadi sangat penting. Mengingat, mereka yang tampak bugar dan sehat bisa jadi telah terinfeksi lalu menyebarkannya ke orang lain.

“Penelitian masih terus dikembangkan. Orang yang tampak sehat bisa saja menjadi silent carrier,” seleb kelahiran Malang, Jawa Timur, 18 Desember 1985 ini mengakhiri. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya