Liputan6.com, Los Angeles - Kemunculan Donald Trump sebagai cameo di Home Alone 2: Lost in New York, memang hanya beberapa detik. Namun selama beberapa waktu ke belakang, kemunculan singkat ini kerap menjadi omongan publik.Â
Tahun lalu karena adegan cameo Donald Trump dalam penayangan film ini di TV Kanada dipotong. Tahun ini, karena pengakuan sutradaranya, Chris Columbus.Â
Dilansir dari People, Jumat (13/11/2020), dalam sebuah wawancara dengan Insider, Chris Columbus menceritakan ihwal Donald Trump bisa muncul dalam film ikonis yag dibintangi Macaulay Culkin tersebut.Â
Advertisement
Baca Juga
Syarat dari Trump
Chris Columbus menceritakan saat itu ingin syuting adegan Kevin berada di lobi hotel. Lokasi yang diincar, adalah The Plaza Hotel, yang kala itu dimiliki Presiden ke-45 AS tersebut.Â
"Trump bilang oke," kata Columbus. Ia menambahkan, "Kami membayar biayanya, tapi dia juga bilang, 'Satu-satunya cara kamu bisa menggunakan The Plaza adalah kalau aku ada di filmnya'."Â
Â
Â
Advertisement
Penonton Bersorak
Mau tak mau, ia menyanggupi permintaan ini. Jadilah cameo di mana tokoh Kevin menanyakan arah kepada Donald Trump. Namun hal yang tak ia duga-duga terjadi.Â
"Kami setuju untuk memasukannya ke film, dan saat kami menampilkannya untuk pertama kali ke penonton, satu hal yang sangat aneh terjadi. Penonton bersorak saat Trump tampil di layar. Jadi aku bilang kepada editorku 'Biarkan saja dia di filmnya, ini adalah momen untuk penonton'," tuturnya.Â
Â
Hasil Merundung
Meski hasilnya ditanggapi meriah penonton, tapi Chris Columbus mengatakan Donald Trump masuk di filmnya karena hasil merundung alias bullying.Â
"Dia merundung sampai bisa masuk ke filmnya," tutur Chris Columbus.Â
Perwakilan Gedung Putih yang dimintai klarifikasinya mengenai pernyataan ini belum juga angkat suara.
Advertisement
Donald Trump Sibuk
Sementara itu Donald Trump sendiri masih sibuk mengurusi hasil Pilpres AS 2020. Seperti diketahui, ia menolak hasil penghitungan yang menyatakan Joe Biden adalah pemenanganya.Â
Menurut laporan Channel News Asia, Kamis (12/11/2020), tim presiden Republik pergi ke pengadilan federal untuk mencoba memblokir hasil pemilu di Michigan.