Liputan6.com, Jakarta Satriyo Yudi Wahono atau Piyu, dalam setahun terakhir ini mengalami perubahan drastis dalam hal penampilan. Gitaris Padi Reborn tak lagi tampil mengenakan topi khasnya. Namun, rambut di kepala musisi 50 tahun itu kini terlihat lebih lebat.
Hal tersebut juga mengundang pertanyaan beberapa teman musisi dan fans yang ditujukan langsung kepada Piyu. Bagi mereka, hal yang paling menarik tentu saja melihat pencipta lagu “Penjaga Hati” milik Ari Lasso itu kini sudah punya rambut lagi.
Baca Juga
“Hasil yang pertama aku puas banget. Bagus banget dan keren, dan semua orang juga pada pangling, bahkan ini yang lucu, ada teman yang ngasih hadiah aku kado, kemarin kasih topi. Terus di DM Aku, ‘Mas, what’s wrong with my hat that I gave to you?’ Dia bilang begitu. ‘Oooh, enggak enggak apa. Aku memang udah enggak pake topi’,” kata Piyu Padi Reborn sambil tertawa.
Advertisement
Setahun sudah Piyu tampil dengan rambut baru dan kepercayaan dirinya yang luar biasa. Namun, apakah semua sudah selesai begitu saja untuk Piyu? Ternyata tidak. Musisi yang sempat bermain film berjudul Sebuah Lagu Untuk Tuhan itu mengaku masih punya satu urusan lagi terkait kepalanya.
“Saya itu ada punya problem yaitu di rambut bagian depan dan juga ada di crown. Kalau untuk melakukan tindakan (transplantasi), itu tidak boleh langsung dua-duanya. Jadi (sebelumnya) kita lakukan yang di depan,” jelas ayah tiga anak itu.
Piyu Kembali Menjalani Transplantasi Kedua
Merasa waktunya sudah tepat, Piyu kembali menjalani transplantasi kedua untuk rambut bagian tengah atasnya (crown). Lantas klinik tranplantasi apa yang dipilih pelantun “Harmoni” itu? Piyu menyebut nama tempat pertama ia menjalani transplantasi rambut yang berbuah keberhasilan.
“Yah, setelah setahun lalu melaksanakan hair transplant di Farmanina Aesthetic & Hair Clinic, terus terang aja aku puas banget, dan yang penting saya sebulan sekali harus melakukan PRP. Jadi di situ aku benar-benar di-treatment, di-maintan banget,” ujar Ketua Umum Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) itu.
"Selama setahun kaya nggak kerasa. Tiba-tiba aja, oh ini udah setahun. Makanya sekarang inilah saatnya untuk melakukan transplant kedua," sambungnya.
Advertisement
Kata Dokter Ahli Transplantasi
Dokter Farmanina, Mbio (AAM), dokter ahli transplantasi rambut dari Farmanina mengatakan, kasus kebotakan kepala yang dialami Piyu terhitung agak unik. Hal tersebut terkait dengan keberadaan area donor rambut bagian belakang kepala lelaki kelahiran Surabaya, Jawa Timur itu.
“Pada kasus Piyu ini, agak unik, ya. Daerah donornya kurang bagus. Jadi daerah donor harus di-treatment dulu dengan PRP. Lalu kita baru bisa tindakan lagi setelah satu tahun, setelah daerah donornya bisa kita ambil lagi,” jelas dr. Nina.
"Kita bisa saja sekali kerjakan tapi kalau misal daerah donornya tidak baik dan kita memang tidak ada waktu lagi untuk memperbaiki daerah donornya, maka kita kerjakan dua kali biasanya," ia menyambung.
Transplantasi Rambut Pertama dan Kedua Piyu Tidak Ada yang Berbeda
Secara medis, tambah dr. Nina, pengerjaaan transplantasi rambut pertama dan kedua kepada Piyu tidak ada yang berbeda. Oleh karenanya, ia berharap dalam waktu yang tidak terlalu lama, persoalan kebotakan di kepala bagian crown Piyu sudah dapat teratasi.
“Kalau dari medisnya, pengerjaannya sama. Seperti biasa, ambil rambutnya dulu dari daerah donor. Kemudian istirahat satu jam baru tanam. Semua sama. Hair transplant-nya semua sama,” imbuh dr. Nina.
"Kemudian besok buka perban, hari ketiganya cuci rambut, hari ke-14 kontrol lagi untuk melihat keadaan kerak-kerak rambutnya. Habis itu tiap bulan lakukan PRP. Semuanya sama," lanjutnya.
Advertisement
Ajakan dari Piyu
Mengalami sendiri bagaimana rambutnya berhasil tumbuh setelah menjalani transplantasi rambut, Piyu mengajak siapa pun yang punya persoalan terkait kerontokan rambut atau mundurnya garis rambut (hair line) untuk melakukan hal serupa.
“Buat sobat-sobat yang ingin melakukan transplant rambut atau hair transplant, terutama sekali kalau mau ke Farmanina Clinic, nggak usah kuatir. Semua prosedurnya sangat-sangat enak, nyaman, terus habis itu juga santai sih," katanya.
"Dokter Nina-nya itu benar-benar dokter kualitas dunia dari Indonesia. Bahkan tadi sayang banget, aku nggak bawa gitar. Kalau bawa gitar mungkin aku main gitar sambil di transplant,” tutup lelaki kelahiran 15 Juli 1973 itu.