Prilly Latuconsina Sebut Perayaan Mati Rasa sebagai Film yang Dekat dengan Hati

Liputan6.com, Jakarta Film ketiga dari Sinemaku Pictures yang di director oleh Umay Shahab, menjadi salah satu film wajib untuk ditonton oleh para orang tua dan anak-anak mereka.

Film yang berjudul Perayaan Mati Rasa banyak mengingatkan kita betapa pentingnya untuk mengungkapkan rasa apapun yang sedang kita alami. Rasa sedih, kesal, dan marah menjadi hal yang sulit untuk diungkapkan pada keluarga.

Nyatanya keluarga adalah ruang bagi kita untuk menceritakan semua rasa itu. Film ini akan tayang pada 29 Januari 2025 yang akan menceritakan sebuah rasa emosional diantara keluarga, perasaan anak pertama Ian Antono (Iqbaal Ramadhan) yang merasa tidak dipedulikan dan perasaan anak kedua Uta Antono (Umay Shahab) yang jarang didengarkan oleh kakaknya.

Founder dan CMO Sinemaku Pictures, Prilly Latuconsina mengatakan, film perayaan mati rasa itu diambil dari judul lagunya Umay. Karena saat itu banyak yang dengerin dan banyak yang suka soal lagu tersebut, hingga akhirnya diskusi soal film Perayaan Mati Rasa.

"Kita memutuskan untuk membuat film yang dekat sama hati kita, yaitu film tentang keluarga, karena keluarga adalah support system utama," ungkap Prilly Latuconsina kepada Media pada saat Press Conference di Epicentrum XXI, Kamis (23/1/25).

Prilly menambahkan, sebelum kita punya pasangan, sebelum kita punya sahabat, pasti keluarga yang akan terlebih dahulu menjadi support system.

Ian Antono yang diperankan oleh Iqbaal Ramadhan menjadi anak pertama sedangkan Uta Antono yang diperankan oleh Umay Shahab menjadi anak kedua, peran ini merupakan peran yang tertukar diantara kehidupan asli mereka.

Iqbaal menyebutkan, ini merupakan pengalaman pertamanya memerankan sebagai anak pertama. Ia tidak pernah tahu apa yang ada dipikiran seorang anak pertama.

"Karena saya nggak pernah ngerti rasanya jadi kakak, pilihan dan keputusan juga konsekuensi yang Ian ambil, jalan pikirannya saya nggak ngerti sebagai Iqbaal yang pertama kali baca," ujar Iqbaal Ramadhan dalam kesempatan yang sama. 

Iqbaal menambahkan, setelah meneliti dan memahami karakter Ian, akhirnya baru menyadari ternyata seperti ini rasanya sebagai kakak.

Umay sendiri saat menjalani proses syuting film, bersamaan dengan adiknya yang akan kuliah dan ngekos. Karena hal itu, Umay bisa merasakan dan memposisikan sebagai anak kedua.

Umay menyampaikan, sebenarnya ade itu butuh validasi dan ade adalah fans terbesar untuk abangnya sendiri.

"Gua akhirnya bisa mendapatkan insight sendiri, gimana caranya gua bisa ngomong sama ade gua sendiri," ujar Umay Shahab.

Bagi Prilly, film ini mampu menyampaikan pesan tentang keluarga yang bisa menjadi sumber rasa sakit, tapi juga bisa menjadi obat untuk segala luka dan trauma yang dialami seorang anak atau siapa pun itu.

"Film ini bisa memberikan dampak yang baik untuk siapa pun yang menontonnya, untuk posisinya apa pun. Mau dia seorang ibu, ayah, anak pertama, anak kedua sahabat. Semoga bisa mengambil hal yang positif dari film ini, " ujar PrillyPrilly Latuconsina.

Prilly berharap, film ini bisa mengajarkan kita bagaimana bisa berdamai sama yang namanya rasa sakit. Rasa sakit yang lama-lama bisa membuat mati rasa, tapi enggak selamanya rasa sakit itu harus dijadikan hal yang sedih.

"Kadang rasa sakit dan luka itu harus dirayakan supaya kita menjadi orang yang lebih baik," tutup Prilly. 

Penulis: Liputan6.com/Rahmadina Sundari