Film Soekarno: Indonesia Merdeka, yang telah tayang di bioskop Indonesia banyak menuai pujian banyak pihak di tengah kontroversi antara produser dan sutradara dengan salah satu anak Bung Karno, Rachmawati Sukarnoputri. Pujian terhadap film Soekarno di antaranya datang dari Meutia Farida Hatta Swasono, putri mantan wakil presiden pertama Republik Indonesia, Bung Hatta dan Menteri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari Elka Pangestu.
Meutia mengapresiasi film besutan sutradara Hanung Bramantyo yang telah menampilan sosok ayahnya secara jelas. Menurut Menteri
Pemberdayaan Perempuan pada 2004-2009 itu, film tersebut mampu membangun semangat kebangsaan bagi pemimpin negeri ini. "Bahwa pemimpin itu untuk rakyat, berjuang untuk rakyat, berjuang untuk rakyat bukan untuk dirinya sendiri. Semua yang dilakukan itu untuk kesejahteraan rakyat,” ujar Meutia saat ditemui di Jakarta, Kamis (19/12/2013) lalu.
Selama ini, kata Meutia, film Soekarno meluruskan beberapa hal yang selama ini dipahami oleh masyarakat. Misalnya, banyak orang menganggap bahwa Soekarno dan Hatta itu berjalan sendiri-sendiri dalam perjuangan mereka. Padahal mereka sebenarnya bersahabat, hanya kadang-kadang terkoyak oleh hiruk pikuk politik.
Dia juga memuji aktor yang telah totalitas berperan dalam tokoh Film Soekarno, terutama Lukman Sardi yang memerankan sosok Hatta. Menurut Meutia, Hatta digambarkan lembut tapi tetap bersikap tegas jika menyangkut prinsip.
Sedangkan Mari Elka Pangestu merasa terenyuh ketika adegan suasana perumusan pancasila dibuat, yang mengingatkan kembali tentang
dasar-dasar negara, Pancasila. Dalam film tersebut, sang sutradara memang menggambarkan bagaimana suasana perumusan pancasila dibuat. “Ini Sejarah tokoh yang kita kenal, Buat saya yang paling menyentuh prinsip-prinsip adalah nasionalisme berbasis kemasyarakatan”, katanya.
Mari menyatakan bahwa pemuda Indonesia patut menonton film Soekarno ini yang mengingatkan akan sejarah bangsa. “Interaksi antara Soekarno, Hatta dan Syahrir menarik. Dilema apakah kita mau kekerasan atau berjuang demi kemerdekaan,” ujarnya. Selain soal cerita, mantan Menteri Perdagangan ini juga mengapresiasi keberhasilan aktor dan aktris yang bermain. Menurutnya, para pemain sukses membuat penonton terharu. "Hanung pandai membangun style banget dan dibumbui kelucuan. Ini film sejarah, tapi sisi kemanusiannya pun ditonjolkan,” tambahnya.
Menurut Mari, film ini mengingatkan kembali akan sejarah bangsa. “Interaksi antara Soekarno, Hatta dan Syahrir (Sutan Syahrir) menarik. Dilema apakah kita mau kekerasan atau berjuang demi kemerdekaan,” katanya.(Adt)
Meutia mengapresiasi film besutan sutradara Hanung Bramantyo yang telah menampilan sosok ayahnya secara jelas. Menurut Menteri
Pemberdayaan Perempuan pada 2004-2009 itu, film tersebut mampu membangun semangat kebangsaan bagi pemimpin negeri ini. "Bahwa pemimpin itu untuk rakyat, berjuang untuk rakyat, berjuang untuk rakyat bukan untuk dirinya sendiri. Semua yang dilakukan itu untuk kesejahteraan rakyat,” ujar Meutia saat ditemui di Jakarta, Kamis (19/12/2013) lalu.
Selama ini, kata Meutia, film Soekarno meluruskan beberapa hal yang selama ini dipahami oleh masyarakat. Misalnya, banyak orang menganggap bahwa Soekarno dan Hatta itu berjalan sendiri-sendiri dalam perjuangan mereka. Padahal mereka sebenarnya bersahabat, hanya kadang-kadang terkoyak oleh hiruk pikuk politik.
Dia juga memuji aktor yang telah totalitas berperan dalam tokoh Film Soekarno, terutama Lukman Sardi yang memerankan sosok Hatta. Menurut Meutia, Hatta digambarkan lembut tapi tetap bersikap tegas jika menyangkut prinsip.
Sedangkan Mari Elka Pangestu merasa terenyuh ketika adegan suasana perumusan pancasila dibuat, yang mengingatkan kembali tentang
dasar-dasar negara, Pancasila. Dalam film tersebut, sang sutradara memang menggambarkan bagaimana suasana perumusan pancasila dibuat. “Ini Sejarah tokoh yang kita kenal, Buat saya yang paling menyentuh prinsip-prinsip adalah nasionalisme berbasis kemasyarakatan”, katanya.
Mari menyatakan bahwa pemuda Indonesia patut menonton film Soekarno ini yang mengingatkan akan sejarah bangsa. “Interaksi antara Soekarno, Hatta dan Syahrir menarik. Dilema apakah kita mau kekerasan atau berjuang demi kemerdekaan,” ujarnya. Selain soal cerita, mantan Menteri Perdagangan ini juga mengapresiasi keberhasilan aktor dan aktris yang bermain. Menurutnya, para pemain sukses membuat penonton terharu. "Hanung pandai membangun style banget dan dibumbui kelucuan. Ini film sejarah, tapi sisi kemanusiannya pun ditonjolkan,” tambahnya.
Menurut Mari, film ini mengingatkan kembali akan sejarah bangsa. “Interaksi antara Soekarno, Hatta dan Syahrir (Sutan Syahrir) menarik. Dilema apakah kita mau kekerasan atau berjuang demi kemerdekaan,” katanya.(Adt)