Liputan6.com, Surabaya - Kementerian Agama (Kemenag) kembali menggelar dialog lintas agama, dalam rangka mengembangkan wawasan toleransi antaragama ke masyarakat. Kali ini para siswa dari berbagai kota diikutsertakan dalam dialog ini selama perjalanan menuju ke Surabaya.
Uniknya, dialog ini digelar di atas kapal yang berlayar dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menuju ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Kabid Litbang Pendidikan Agama dan Pendidikan Tinggi Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Huriyudin mengatakan, ada 60 orang siswa terpilih yang mewakili tiga provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat (Jabar).
Advertisement
Baca Juga
“Dialog lintas agama di atas kapal ini digelar selama dua hari perjalanan, yaitu pada Rabu 31 Juli 2019 hingga hari Minggu (1/8/2019) lalu,” ujarnya di Surabaya, Minggu (4/8/2019).
Kegiatan ini sendiri merupakan program Kementerian Agama, untuk menumbuhkembangkan wawasan, sikap keberagaman, toleransi, meningkatkan kesadaran dan kelancaran komunikasi bagi siswa lintas agama.
Dialog lintas agama ini juga diharapkan bisa menyusun rencana aksi, membangun sikap keberagaman toleransi siswa lintas agama di sekolah.
“Para siswa yang ikut program ini, akan mengkampanyekan hasil diskusi. Dia juga diharapkan menbantu sekolah, agar mencegah masuknya isu tentang intoleransi,” katanya.
Berbagai narasumber didatangkan Kemenag untuk memberikan wawasan ke para siswa, yaitu Junaidi Simun ,peneliti dari Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.
Ada juga Iwan Buana Managing Director Yayasan Sabang-Merauke Reynold Hamdani, Irfan Amalee, Managing Indonesian Moslem Choir dan Co-Founder Peace Generation.
“Kita memberikan materi pengenalan, tidak sebatas identitas diri tapi juga menguak prasangka sehingga tidak hanya kenal dari luar namun juga dari dalam,” ujar narasumber Junaidi.
Materi yang ditekankan pada dialog lintas agama ini dari pelabuhan Jakarta ke Surabaya ini, yaitu mengajak para peserta untuk bisa mengkampanyekan budaya damai mulai dari lingkungan sekolah.
Dia berharap, program ini bisa lebih meluas, sehingga antisipasi isu intoleran dapat segera dicegah. Para peserta juga bisa menyebarkan ilmunya ke sesama rekannya hingga komunitas lain.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Surabaya Gagas Beasiswa Pendidikan, Pemutus Rantai Kemiskinan
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) menuturkan, salah satu memotong garis kemiskinan dengan memberikan pendidikan kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu secara ekonomi.
"Sehingga mereka nantinya bisa langsung mendapatkan pekerjaan dan dapat meningkatkan status sosial ekonomi keluarganya," ujar Risma, seperti dilansir suarasurabaya.net, Jumat, 2 Agustus 2019 saat diskusi ITS bersama Pemkot Surabaya dan sejumlah dunia usaha.
Akan tetapi, lanjut Risma, masih banyak stigma yang beredar dalam masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tentu membutuhkan biaya yang besar.
Mengatasi hal tersebut, Risma mengaku sampai mendatangi anak-anak yang sebenarnya secara akademik bagus tetapi tidak melanjutkan pendidikannya.
Risma pun membujuk mereka agar mau untuk melanjutkan pendidikannya. Risma juga menuturkan, saat ini telah banyak sekali program dari Pemkot Surabaya yang telah berhasil memutus rantai kemiskinan. Selain melalui program beasiswa pendidikan, terdapat juga pembinaan dalam hal start up atau kewirausahaan.
"Bahkan saat ini, beberapa dari mereka omzetnya sudah mencapai puluhan juta rupiah," kata Risma.
Sebenarnya, lanjut Risma kualitas kerja dari anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu tersebut sangat luar biasa.
"Mereka rajin, loyal, dan dapat membantu keluarganya atau lingkungannya," papar perempuan yang pernah diniobatkan sebagai Wali Kota Terbaik Ketiga Sedunia ini.
Advertisement
Dukungan ITS
Sementara itu, Mochamad Ashari, Rektor ITS mengatakan, ITS mendukung penuh program beasiswa dari Pemkot Surabaya untuk siswa kurang mampu tersebut agar bisa berkuliah di ITS.
"Sebenarnya banyak sekali program di ITS yang bisa diikuti oleh mereka, mulai dari program vokasi atau sarjana terapan, sarjana, pelatihan atau sertifikasi, dan lain sebagainya," terang Ashari yang juga guru besar Teknik Elektro ini mengingatkan.
Selain dari pihak Pemkot Surabaya dan jajaran pimpinan ITS, diskusi ini juga mendatangkan beberapa perwakilan dari perusahaan yang ada di Kota Surabaya dan sekitarnya.
Harapannya, perusahaan-perusahaan tersebut bisa menerima para lulusan program beasiswa dari Pemkot Surabaya ini sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.