Warga Darmokali Surabaya Menggantungkan Nafkah Jualan Bendera

Kampung yang terletak di Jalan Darmokali, Surabaya ini berbeda dengan kampung-kampung lainnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Agu 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2019, 08:00 WIB
Penjual Bendera Merah Putih Mulai Ramai
Pengendara melintas dekat penjual bendera musiman di pinggir trotoar kawasan Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (2/8). Beberapa penjual bendera menawarkan dagangannya seharga Rp15.000-Rp400.000 tergantung ukuran. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kampung yang terletak di Jalan Darmokali, Surabaya ini berbeda dengan kampung-kampung lainnya. Hampir seluruh warga RT 10 RW 4 di kawasan tersebut adalah pedagang bendera Indonesia. Hal ini membuat kampung ini dipenuhi warna merah putih dan dijuluki "Kampung Bendera Darmokali". 

Dilansir dari Antara, sepanjang jalan di gang tersebut terdapat 25 lapak pedagang bendera. Para pedagang tetap berjualan walau tidak menjelang Hari Kemerdekaan. Bahkan jika Kemerdekaan RI itu tiba, para pedagang menggelar dagangannya hingga 24 jam. Kampung ini terletak di seberang Kebun Binatang Surabaya.

Sejina (47) salah satunya. Ia telah berjualan bendera sejak 2008. Setelah Sejina terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), ia menggantungkan nafkahnya berjualan bendera. "Awalnya ada satu, dua yang jualan. Kok ramai, terus yang lainnya mengikuti," kata dia. 

Mereka pun memberikan pilihan bendera yang beragam. Bendera dari ukuran kecil dan besar dapat ditemui di kampung ini. Tak hanya itu, bermacam-macam umbul-umbul, lampion, dan pernak-pernik juga dapat ditemukan di sini. 

Mulai dari harga Rp. 10.000 hingga ratusan ribu, semua terdapat di kampung ini. Harga yang jauh lebih murah dibanding tempat lain menjadi "penarik" pembeli untuk berlangganan di Kampung Bendera Darmokali.

Pembelinya pun datang dari berbagai daerah. Mulai dari Surabaya, luar kota, bahkan hingga luar pulau meramaikan daerah ini. Lukman Hadi (37), salah seorang pembeli asal Sidoarjo sengaja berkunjung ke Darmokali untuk kulakan berbagai jenis bendera dalam jumlah besar. 

"Memang kulakan-nya di sini. Tahu di sini dari teman, saya nyoba ke sini dan cocok kulakan di sini," tutur dia sambil merapikan bendera yang dibeli. 

Konsumen dapat membeli dalam jumlah yang besar atau pun eceran. Pembeli umumnya datang dari kalangan sesama pedagang, pemerintah daerah, kantor perusahaan swasta, BUMN, atau pun kantor dinas. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Sang Pelopor

Aksesoris bernuansa HUT Kemerdekaan RI dijual di pinggir trotoar kawasan Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (2/8). Menjelang perayaan HUT RI ke-73, sejumlah penjual bendera dan umbul-umbul mulai bermunculan di berbagai sudut Kota. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Aksesoris bernuansa HUT Kemerdekaan RI dijual di pinggir trotoar kawasan Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (2/8). Menjelang perayaan HUT RI ke-73, sejumlah penjual bendera dan umbul-umbul mulai bermunculan di berbagai sudut Kota. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebenarnya dahulu kampung ini sama seperti pada umumnya. Namun, melihat kesuksesan Masruchan, pedagang bendera di sana membuat masyarakat Jalan Darmokali ingin mengikuti bisnisnya.

Masruchan adalah pedagang yang mempelopori berjualan bendera di kawasan tersebut. Bisnis ini berawal pada 1973, saat usaha konveksinya mengalami kegagalan. 

Bersama anaknya, Masruchan memborong produk bendera dari Bandung. Lalu borongannya ia jual di Surabaya. Tak disangka, usaha tersebut berkembang pesat. Masruchan pun mengajak masyarakat sekitar untuk ikut berjualan dan menjadi agen bagi warga sekitar. 

"Semua yang pedagang di sini, barangnya dari saya sama anak saya di sana. Itung-itung bantu warga sekitar," ujar Masruchan dalam wawancara bersama Antara.

Menjelang Hari Kemerdekaan RI, pada Juli – Agustus menjadi puncak pendapatan di Kampung Bendera. Sekitar Juli-Agustus, pendapatan dapat melonjak hingga empat kali lipat. Bahkan, tak hanya sekadar berdagang, mereka juga bisa menjadi pemasok bendera bagi kawasan lainnya. 

Kawasan tersebut pun menjadi pusat bendera dan perlengkapan Agustusan di Surabaya dan sekitarnya. Produk kampung mereka telah didistribusikan hingga luar Jawa, seperti Kalimantan, Madura hingga Fak-Fak (Papua).

 

(Kezia Priscilla, Mahasiswa UMN)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya