Cara Risma Tekan Anggaran Pengelolaan Sampah di Surabaya

Wali Kota (Wako) Surabaya Tri Rismaharini melakukan berbagai cara untuk memangkas anggaran pengelolaan sampah.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Agu 2019, 00:00 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2019, 00:00 WIB
Top 3: Ini yang Buat PBB Membanjiri Risma dengan Pujian
Wali Kota Tri Rismaharini berbagi pengalaman menata Kota Surabaya kepada delegasi Konferensi Permukiman di Perkotaan antar-Negara PBB.

Liputan6.com, Surabaya - Diraihnya penghargaan Adipura Kencana sebagai kota yang fokus dalam penanganan sampah, membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Jawa Timur (Jatim), semakin gencar meningkatkan pelayanannya.

Wali Kota (Wako) Surabaya Tri Rismaharini menegaskan, pengelolaan sampah ini bertujuan untuk mencegah datangnya penyakit hingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

"Sebetulnya ini bukan untuk bagus-bagusan (pengelolaan sampah). Ini vital, sampah, kualitas udara itu vital, karena itulah sumber penyakit," ujarnya, Minggu (4/8/2019).

Selain fokus mengelola sampah secara optimal, Risma juga sedang melakukan berbagai cara untuk memangkas anggaran pengelolaan sampah. Pemangkasan ini akan dialihkan ke berbagai sektor kebutuhan lain, seperti pendidikan, kesehatan, bahkan untuk program permakanan.

Salah satunya dengan membangun beberapa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah cadangan, untuk menekan biaya tipping fee. Anggaran ini yang harus dibayarkan ke pengelola TPA Benowo atau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Surabaya.

Jumlah besaran tipping fee yang dibayarkan ke swasta, berpengaruh dari dari volume timbangan sampah.

"Agar tipping fee tidak besar, kami bangun TPS cadangan, seperti di TPS Wonorejo dan TPS Bratang. Ini supaya bayarnya ke TPA berkurang," katanya.

Menurut dia, kota yang bagus akan terlihat jelek jika pengelolaan sampahnya tidak diurus dengan baik. Bahkan kota yang kotor bisa menurunkan kualitas kesehatan para warganya.

Dia pun berharap pengelolaan sampah yang baik, tidak hanya ada di Kota Surabaya saja, namun juga bisa meluas ke seluruh kota/kabupaten di Indonesia.

"Anak se-Surabaya itu kalau punya cucu ya itu cucuku, kalau punya anak ya anakku. Bukan tidak mungkin, suatu saat dia jadi apa, mungkin di Pulau Samosir sana. Kalau semua wilayah Indonesia maju, aku tidak perlu takut memikirkan lagi anak cucuku kelak makan apa," ucapnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Menteri Susi: 70 Persen Sampah Plastik Berakhir di Lautan

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meninjau lokasi Festival Pulo Dua di Pulo Dua, Kecamatan Balantak, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. (Dok KKP)
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meninjau lokasi Festival Pulo Dua di Pulo Dua, Kecamatan Balantak, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. (Dok KKP)

Sebelumnya, sosok ikan besar bak monster divisualisasikan sebagai wujud penolakan masyarakat kepada sampah plastik sekali pakai. Sosok ini dipawaikan langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Mulut sosok monster ini terlihat menganga dan menunjukkan taring serta mata tajamnya. Menurut Menteri Susi, seramnya monster ini sama dengan ancaman sampah plastik yang menghantui bumi khususnya di sektor laut Indonesia di masa depan.

"Kalau tidak mengurangi dampak sampah plastik sekali pakai, akan mengancam khususnya di laut kita pada 2040. Sampah plastik bisa lebih banyak daripada ikan nanti, kita makannya protein plastik!," kata Susi dalam kampanye yang diihelat di Taman Pandang Monas, Jakarta Pusat, Minggu (21/7/2019).

Menurut catatan Menteri Susi, ada 500 sampah plastik yang membentuk monster ikan besar ini. Karenanya, demi menjaga dan melestarikan laut Indonesia yang 71 persennya dikelilingi laut, Susi mendorong untuk mengurangi dan kalau bisa tidak lagi menggunakan sampah plastik sedini mungkin.

"Sampah plastik 70 persennya berakhir di lautan kita. Pulang dari sini janji tidak mau lagi pakai kresek, kita pakai tas dari kain, see the future, beatiful bag, cantik kan," Susi memungkasi.

Pawai anti sampah plastik sekali pakai ini diinisasi oleh gerakan Pandu Laut Nusantara yang organisasinya persis dibentuk setahun lalu. Bersama Pandu Laut Nusantara, ada 200 komunitas pecinta laut, seperti penyelam, diver server, WWF ada Walhi ada Greenpeace, dan lainnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya