Distribusikan Hewan Kurban Pakai Besek, Begini Cara Buatnya

Penggunaan besek saat ini mulai banyak digunakan untuk mendistribusikan hewan kurban.

oleh Liputan Enam diperbarui 13 Agu 2019, 11:36 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2019, 11:36 WIB
Pasar Jaya Sediakan Besek Bambu untuk Daging Kurban
Besek bambu dijual di Pasar Jatinegara, Jakarta, Kamis (1/8/2019). Gubernur Anies Baswedan melarang warga DKI Jakarta menggunakan plastik sekali pakai untuk daging kurban dan meminta PD Pasar Jaya menyediakan besek bambu untuk memenuhi kebutuhan warga saat Idul Adha. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pemerintah daerah di Indonesia mengimbau untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dengan memakai besek untuk mendistribusikan daging hewan kurban saat Iduladha.

Salah satunya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengusulkan untuk membungkus daging kurban menggunakan besek. Memang biasanya daging kurban dibungkus dengaan kantong plastik, tapi menurut dia, penggunaan plastik itu tidak ramah lingkungan.

Anies bahkan mendatangkan pengrajin besek dari daerah Tasikmalaya. Lantas usulan dari gubernur tersebut membuat pengrajin besek banjir orderan dan pemasukan.

Memang untuk menyediakan besek ini tidak mudah apalagi dalam  jumlah yang banyak. Hal ini dialami oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Khofifah menuturkan, pihaknya sempat kesulitan mencari besek dalam jumlah banyak untuk masjid di kampungnya.

"Ini saja, tiga ribu (kebutuhan besek Masjid Al Akbar-red) tidak bisa satu. Kemarin ketemu, Pak Kapolda tidak bisa menemukan besek sesuai yang dibutuhkan. Saya juga lagi cari untuk masjid di kampung, ternyata juga tidak bisa dapat banyak," ujar Khofifah, seperti dilansir suarasurabaya.net.

Humas Masjid Al Akbar Surabaya, Helmy M Noor, juga mengakui sulit mencari produsen besek yang dapat menyediakan wadah dari anyaman dalam jumlah besar.

Masjid ini membutuhkan 3.000 besek untuk mengemas daging kurban yang dibagikan. Setelah mencari, 2.000 besek didapatkan dari perajin asal Tulungagung dan sisa dari bantuan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur.

Lalu, bagaimana cara membuat besek? Apakah mudah atau sulit? Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, Liputan6.com merangkum cara untuk membuat besek seperti berikut ini:

Pertama, siapkan bambu jenis apus. Kemudian, belah bambu menjadi beberapa bagian, buat belahan-belahan bambu itu memiliki lebar sekitar 1 centimeter.

Lalu tipiskan bilah bambu itu sampai menjadi lembaran-lembaran yang sangat tipis. Gunakan pisau yang tajam untuk menipiskan bambu tersebut.

Setelah selesai mengirat atau menipiskan, hasil iratan bambu itu dijemur terlebih dahulu sampai kering, supaya hasil beseknya nanti tidak jamuran. Selanjutnya, buat anyaman dasar yang terdiri dari 24 sampai 30 lembar bambu.

Langkah berikutnya, anyamlah iratan bambu yang sudah kering tadi menjadi lembaran-lembaran yang siap dibentuk menjadi kubus. Selanjutnya, merapatkan dan membentuk anyaman menjadi kubus, tahapan ini disebut juga mbuceni (dalam bahasa Jawa).

Besek siap untuk digunakan. Sebelumnya, besek adalah sebuah wadah atau keranjang kecil yang biasa terbuat dari bambu. Umumnya besek digunakan untuk mengemas makanan.

Anyaman besek bambu sangat ramah lingkungan dan tidak mengotori lingkungan jika sudah digunakan. 

(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Program Ramah Lingkungan Masjid Al Akbar Surabaya Saat Iduladha

Masjid Nasional Al Akbar Surabaya
Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (Sumber: simas.kemenag.go.id)

Sebelumnya, Takmir Masjid Al Akbar Surabaya menerapkan program ramah lingkungan dalam perayaan Idul Adha 1440 Hijriah. Salah satunya menggunakan besek dan daun jati untuk mengemas potongan daging yang akan dibagikan kepada yang berhak usai penyembelihan hewan kurban.

Besek, tempat yang terbuat dari anyaman bambu, memiliki tutup dan berbentuk segi empat. Kepala Humas Masjid Al Akbar Surabaya, Helmy M.Noor, menuturkan hal itu sebagai wujud ramah lingkungan.

Masjid Al Akbar juga mengolah kotoran hewan menjadi kompos. Jeroan dicuci dan dimasak setengah matang serta memastikan tidak ada limbah dibuang ke selokan dan sungai.

"Kami juga menerapkan konsep kurban yang syar'i dan higienis berdasarkan supervisi Dinas Peternakan Jawa Timur dan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga,” ujar dia seperti dilansir Antara, Minggu, 11 Agustus 2019.

Saat Salat Idul Adha, ada sekitar lebih dari 50 ribu jemaah yang mengikuti. Jemaah tersebut termasuk Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak dan istri Arumi Baschin, beserta sejumlah pejabat Forkopinda setempat.

Yang bertindak sebagai imam yaitu KH Ahmad Muzakky Alhafidz yang sehari-hari bekerja sebagai imam besar masjid Al Akbar. Sedangkan khatib yaitu Masykuri Bakri yang merupakan Rektor Universitas Islam Malang (Unisma).

Khofifah Indar Parawansa pun menyerahkan sapi kurban milik Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke takmis Masjid Al Akbar, termasu sapi kurban milik gubernur. "Semoga selalu berkah dan diridai Allah SWT,” ujar dia.

Masjid Al Akbar Surabaya pada Idul Adha 2019 menerima 30 ekor sapi, 98 ekor kambing dan menyediakan 3.000 kemasan besek untuk potongan daging.

Panitia pun langsung memberikan daging kurban kepada warga dengan melibatkan RT dan RW di wilayah Kelurahan Pagesangan dan Kelurahan Gayungan. "Dengan demikian tidak ada pembagian daging di Masjid Al Akbar,” tutur dia.

Pada Idul Adha kali ini, Jokowi berkurban seekor sapi seberat 1 ton 80 kilogram jenis peranakan Ongole berusia empat tahun, tinggi 160 sentimeter, panjang 176 sentimeter, dan lingkar dada 226 sentimeter.

Gubernur Khofifah berkurban sapi jenis Peranakan Ongole, usianya empat tahun dan memiliki berat 1 ton. Wagub Jatim Emil Dardak berkurban sapi sebesar 950 kilogram dengan jenis dan usia sama dengan sapi kurban milik gubernur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya