Gempa Magnitudo 8 dan Tsunami 29 Meter Mengancam, Bagaimana Kesiapan BPBD Jatim?

Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi tsunami akibat gempa di pantai selatan Jawa Timur,

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jun 2021, 13:13 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2021, 13:13 WIB
Kapal KM Nusantara 39 yang Terseret Tsunami Palu
Pandangan udara, sebuah kapal KM Sabuk Nusantara 39 terseret ombak akibat tsunami Pelabuhan Wani, Donggala, Sulawesi Tengah Kamis (4/10). Kapal yang membawa 20 anak buah kapal tidak berpenumpang saat tsunami terjadi. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Surabaya - Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi tsunami akibat gempa di pantai selatan Jawa Timur.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan, potensi terburuk bencana tsunami tersebut setinggi 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur dari gempa berkekuatan 8,7 skala richter tepatnya di lepas pantai perairan Kabupaten Trenggalek. 

"Waktu tiba gelombang tsunami tercepat akan sampai di Kabupaten Blitar dengan waktu tempuh gelombang dari pusat gempa selama 20-24 menit," kata Dwikorita Karnawati dalam webinar Kajian Mitigasi Gempa Bumi Dan Tsunami di Jawa Timur Jumat (28/5/2021)

Menyikapi hal tersebut, Plt Kalaksa BPBD Jatim Yanuar Rachmadi menyatakan, pihaknya sudah memetakan delapan kabupaten di Jatim yang masuk daerah rawan tsunami kategori tinggi. Menurutnya, tsunami ini sewaktu-waktu bisa terjadi apabila ada gempa bumi dengan kekuatan di atas magnitudo 6,5 

"Jadi di Selatan Jawa Timur itu ada 8 kabupaten berdasarkan banyak kajian dari BMKG, BNPB. Selatan Jatim itu zona rawan bencana tsunami kategori tinggi, termasuk itu rawan daerah bencana gempa bumi tinggi," ujarnya, Kamis (3/6/2021) dikutip dari TimesIndonesia.

Yanuar menjelaskan, gempa megathrust berpotensi tsunami mengancam ke-8 daerah di Selatan Jatim karena setiap tahun, ada lempeng yang bergerak di zona itu.

 "Karena di Selatan Jawa ada megathrust. Itu pertemuan lempeng, setiap saat bergerak, sekitar 7 mm per-tahun bergerak," jelasnya.

Menurut Yanuar, pemicu tsunami terjadi yakni diawali gempa dengan kekuatan di atas magnitudo 6,5  dan kedalaman dangkal. Sementara, di Selatan Jawa juga dibagi dalam beberapa segmen.

"Zona Selatan itu dibagi beberapa segmen. Segmen Jawa Barat, Jogja, kemudian segmen Jatim. Kita ada beberapa segmen yang berpotensi tsunami kalau itu bergerak," katanya.

Delapan kabupaten yang rawan tsunami dengan risiko tinggi menurut BPBD Jatim terdapat di Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek dan Pacitan.

Yanuar menambahkan apabila terjadi gempa dengan kekuatan mencapai 8,2 SR di 8 kabupaten tersebut, maka ketinggian tsunami di garis pantai bisa mencapai 11-15 meter.

"Tsunami akan datang 25 sampai 29 menit sejak gempa pertama. Jadi terjadi perbedaan permukaan deformasi. Air sampai ke darat berdasar aplikasi inaris, simulasi itu bisa sampai 3 KM masuk ke darat. Tapi berdasar histrois dari Banyuwangi 1994 lalu, air masuk ke darat 800 meter sampe 1 KM. Sampai ke daratan tingginya tentu turun, topografi wilayah juga tentu berpengaruh," imbuhnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sosialisasi ke Warga

BPBD Jatim saat ini melakukan beberapa langkah mitigasi. Antara lain sosialisasi kepada warga yang berada di kawasan megathrust. Sosialisasi itu berupa, mengajak masyarakat untuk mengetahui risiko bencana di sekitarnya. Kemudian, melakukan simulasi evakuasi bencana.

"Simulasi terus dilakukan, kita juga memasang rambu-rambu di tempat-tempat yang rawan. Di pantai-pantai Selatan. Kita juga sejak 2019 lalu terus menggencarkan Destana (Desa Tangguh Bencana). Masyarakat juga diminta menggunakan kearifan lokal masing-masing untuk mengetahui bencana itu terjadi. Semisal gempa, bisa pakai kaleng ditumpuk, ketika gempa, kaleng otomatis jatuh, dan mereka tanggap bahwa sedang terjadi gempa bumi dan segera menyelamatkan diri," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya