PMK Menyebar Cepat di Probolinggo, Kasus Naik hingga 100 Persen

Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Probolinggo sangat cepat sampai 100 persen. Oleh karena itu, tidak semua orang boleh keluar masuk kandang dan tidak diperkenankan sapi dibawa keliling.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 10 Jun 2022, 05:05 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2022, 05:05 WIB
Salah satu Pasar Hewan ternak sapi di Kabupaten Probolinggo (Istimewa)
Salah satu Pasar Hewan ternak sapi di Kabupaten Probolinggo (Istimewa)

Liputan6.com, Probolinggo Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Probolinggo sangat cepat sampai 100 persen. Oleh karena itu, tidak semua orang boleh keluar masuk kandang dan tidak diperkenankan sapi dibawa keliling.

“Penyebarannya sampai 100 persen dan angka kesakitannya sampai 90-95 persen. Sakit itu tidak bisa makan dan tidak bisa berdiri. Sedangkan angka kematiannya itu bisa mencapai 1 hingga 5 persen,” kata Medik Veteriner Muda Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo Nikolas Nuryulianto, Kamis (9/6/2022).

Untuk mencegah penyebaran wabah PMK semakin meluas, jelas Niko, semua harus bersama-sama berupaya menghindari penularan PMK dengan jalan menjaga higienitas sanitasi dan penyemprotan disinfektan.

“Jika hanya satu orang satu dalam daerah saja keluar ke tempat lain dan yang lainnya tidak higienitas sanitasi dan penyemprotan disinfektan, hasilnya tidak maksimal. Makanya edukasi berupa pemberian informasi dan komunikasi perlu dilakukan,” jelasnya.

Niko meminta masyarakat agar tidak pernah bosan dan tidak henti-hentinya melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan sekitar kandang, peralatan maupun peternak itu sendiri.

“Bahkan tamu yang akan masuk ke kandang juga harus disemprot. Tidak hanya itu, peternak yang sedang mencari pakan setelah pulang disemprot karena virus ini bisa menular melalui udara mana saja. Mkanya kalau mau keluar semport dan mau masuk juga disemprot,” terangnya.

Menurut Niko, untuk PMK penanganannya hampir sama dengan Covid-19. Tetapi PMK malah lebih kompleks lagi karena yang harus disemprot dengan disinfektan itu bukan hanya kandangnya saja, tetapi juga sarana dan prasarananya, ternaknya serta orang yang keluar masuk kandang.

“Jadi dalam penanganan wabah PMK ini banyak yang harus disemprot mulai dari kandang, ternak, peralatan hingga orangnya sendiri. Orang yang keluar masuk kandang harus menjaga higiene santasi dan penyemprotan disinfektan,” ujarnya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Semprot Disinfektan

Niko menerangkan menjaga higienitas sanitasi dan penyemprotan disinfektan ini perlu terus dilakukan sambil menunggu datangnya vaksin serotype O yang didatangkan dari Prancis. Sebab setelah dilakukan uji terhadap sampel yang ditemukan di Jawa Timur maupun daerah lain di Indonesia ternyata serotipe virusnya itu adalah O.

“Di dunia ini ada 7 serotipe dan sebetulnya kalau cuma ada satu serotipe itu akan lebih memudahkan pada saat pelaksanaan vaksin. Sebab jika serotipenya tidak sama maka tentunya akan merepotkan mau divaksin yang mana. Alhamdulillah serotipe virus PMK yang ada di Indonesia ini hanya satu yaitu serotipe O, makanya yang digunakan adalah vaksin serotipe O,” tegasnya.

Niko mengharapkan kepada peternak untuk tetap sabar dan tidak terpancing oleh isu-isu yang kurang baik yang ada di masyarakat. Terlebih menganggap PMK sudah biasa dan sudah ada sejak dahulu.

“Berikan kesempatan pemerintah untuk menangani virus PMK yang ada di masyarakat dengan baik dan benar sesuai dengan SOP protokol kesehatan PMK. Untuk cairan disinfektannya sama seperti yang dipakai dalam penanganan Covid-19. Informasi ini penting disampaikan kepada masyarakat agar virusnya tidak tambah menyebar lebih luas,” pungkasnya.

Infografis Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya