Cerita Pasutri Muslim Rela Panas-panasan Demi Sambut Jenazah Uskup Mgr. Petrus Turang

Jenazah Uskup Emeritus Keuskupan Agung Kupang, Monsignor (Mgr) Petrus Turang, tiba pada Sabtu (5/4/2025) lalu, pukul 10.15 Wita di Bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

oleh Ola Keda Diperbarui 07 Apr 2025, 09:20 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2025, 09:20 WIB
Petrus Turang
Ibrahim Ndolu dan Rahmatia Dusu ikut menantikan jenazah mendiang Mgr Petrus Turang. (Liputan6.com/ Ola Keda)... Selengkapnya

Liputan6.com, Kupang - Jenazah Uskup Emeritus Keuskupan Agung Kupang, Monsignor (Mgr) Petrus Turang, tiba pada Sabtu (5/4/2025) lalu, pukul 10.15 Wita di Bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun ada yang berbeda dari ribuan umat Katolik yang hadir untuk menyambut jenazah mendiang Mgr Petrus Turang. Sepasang suami istri yang beragama Islam juga ikut berbaur dalam rombongan penyambutan.

Pasangan suami istri ini adalah Ibrahim Ndolu dan Rahmatia Dusu. Mereka membawa dua orang anaknya ikut menunggu kedatangan jenazah Mgr Petrus Turang di pintu kedatangan VIP Pemprov NTT Bandara El Tari Kupang.

Karena takut tidak melihat secara langsung kedatangan jenazah, Ibrahim Ndolu dan Rahmatia Dusu beserta kedua anaknya berpindah tempat ke Bundaran Timor Rote Sabu (Tirosa), yang juga sudah dipenuhi umat Katolik.

"Ya kami juga menjemput kedatangan jenazah Uskup Emeritus Mgr Petrus Turang. Kami turut berdukacita karena beliau ini pernah ada di Alor," kata Ibrahim Ndolu saat diwawancarai wartawan.

Ibrahim Ndolu dan istrinya ikut merasakan dukacita yang mendalam, bahkan mereka merasa kehilangan salah satu tokoh penting bagi umat Katolik di Indonesia, sehingga ikut dalam penjemputan siang tadi.

Bagi Ibrahim, Mgr Petrus Turang memberi teladan yang baik bagi umat Katolik di Keuskupan Agung Kupang, yang meliputi Kota Kupang Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten TTS, Kabupaten Alor, Kabupaten Rote Ndao dan Sabu Raijua.

"Kami juga ikut merasakan kehilangan salah satu tokoh penting umat Katolik. Saat kami lewat kami lihat banyak masyarakat yang berkumpul untuk menyambut almarhum. Jadi kami juga ikut menunggu almarhum," ungkap Ibrahim Ndolu.

Sosok Petrus Turang

Ibrahim Ndolu bercerita, awalnya dia mengenal Mgr Petrus Turang dari seorang sahabatnya bernama Saipuddin Djawa yang saat itu menjabat sebagai Camat Alor Barat Daya. Saipuddin menceritakan sosok Mgr Petrus Turang kepadanya.

"Saya dikenalkan sosoknya ini oleh teman saya itu yang sekarang adalah Kepala BKKBN Kabupaten Alor. Teman saya ini dan istrinya pernah bertemu almarhum juga berfoto bersama," ujarnya.

"Dalam acara-acara lain juga pernah bertemu dengan almarhum tapi tidak bertegur sapa atau bercakap-cakap dengan almarhum. Hari ini kami dengar beliau meninggal dunia sehingga kami ikut menyambut jenazahnya," tambah Ibrahim Ndolu.

Figur Toleransi

Bagi Ibrahim Ndolu, mendiang Mgr Petrus Turang menjadi sosok yang penuh toleransi sehingga mereka ikut menyambut kedatangan jenazah hari ini.

"Beliau seorang pemimpin umat yang sejati buat banyak orang, banyak memberi hal baik bagi umat Katolik dan masyarakat," ungkap Ibrahim Ndolu yang saat ini menjabat Sekretaris Kesbangpol Kabupaten Alor.

Ia yakin toleransi antar umat beragama di NTT yang selama ini terjalin akan tetap dipertahankan dan diwujudkan masyarakat NTT.

"Kita tinggal di provinsi yang tingkat toleransi umat agamanya tinggi. Jadi ketika ada yang sudah mendahului, sudah berpulang, kita turut berdukacita," tutup Ibrahim Ndolu.

 

Dipadati Ribuan Umat

Kedatangan jenazah Mgr Petrus Turang disambunt ribuan umat Katolik Kota Kupang dan sekitarnya. Mereka memadati jalan utama dari Bandara El Tari Kupang.

Menggunakan pesawat Garuda Boeing 737-8U3 dari Bandara Soekarno-Hatta, jenazah almarhum tiba di Bandara El Tari Kupang sekitar pukul 10.10 Wita.

Jenazah almarhum diterima romo Vikjen Keuskupan Agung Kupang, RD Krispinus Saku dan diselubungkan bendera Vatikan di ruang VIP Bandara.

Sekitar pukul 10.40 Wita, menggunakan mobil bak terbuka, jenazah diarak menuju istana keuskupan di Oepoi, Kelurahan Kayu Putih.

Ribuan umat yang mengantar jenazah almarhum dengan kendaraan roda dua dan empat ini membuat jalan menjadi macet. Bahkan karena massa yang terlalu mengular membuat polantas dengan mobil foreder menguraikan massa dalam dua tahap.

Selain itu, ribuan massa lainnya menunggu di pinggir jalan dengan lilin bernyala. Sebagian lainnya memegang daun palma. Meski suhu udara mencapai 31 derajat, umat tidak bergeser ke tempat teduh. Ini menunjukkan betapa besar kecintaan mereka pada almarhum.

Jenazah tiba di gerbang istana keuskupan tepat pukul 12.26 Wita. Ribuan umat lainnya telah menunggu di halaman keuskupan.

Sesuai jadwal, misa pemakaman akan berlangsung pada Selasa, 8 April 2025 di Katedral Kristus Raja Kupang. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya