Jembatan Kaca Seruni Point Probolinggo Mulai Diuji Beban, Apa Hasilnya?

Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI melakukan uji beban (loading test) jembatan kaca Seruni Point di Desa Cemoro Lawang Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 16 Des 2022, 17:05 WIB
Diterbitkan 16 Des 2022, 17:05 WIB
Uji beban Jembatan Kaca Seruni Poin di Probolinggo oleh Kementerian PUPR. (Istimewa)
Uji beban Jembatan Kaca Seruni Poin di Probolinggo oleh Kementerian PUPR. (Istimewa)

Liputan6.com, Probolinggo - Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan uji beban (loading test) jembatan kaca Seruni Point di Desa Cemoro Lawang Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo.

Pengujian beban ini dilakukan untuk menjamin keamanan dan memberikan jaminan keselamatan bagi wisatawan pasca diresmikan dan beroperasi.

Pengujian ini disaksikan oleh perwakilan Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Kabupaten Probolinggo dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Probolinggo.

Dalam loading test ini, tim BGTS hanya menggunakan total beban sebesar tujuh ton atau setara 100 orang. Berat tersebut adalah hanya 10 persen dari desain daya tahan pada jembatan kaca. Selain itu, juga ada lima siklus pengujian dengan berat beban yang beberapa kali dilakukan.

Kepala Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS) Fahmi Aldiamar menyatakan, siklus dalam melakukan uji beban jembatan kaca, pertama dilakukan dengan berat beban 0%. Kedua, pengujian dengan menggunakan berat beban 50% dan ketiga dilakukan pengujian dengan berat beban 100%.

“Selanjutnya pengujian dengan berat beban kembali pada 50% dan yang terakhir pengujian dengan berat beban 0 %. Selain mengukur displacement menggunakan TS, loading test juga mengukur performa kabel-kabel baja penopang dan frame baja jembatan yang dibangun melintasi jurang sedalam 80 meter ini,” ujar Fahmi, Jumat (16/12/2022).

Untuk frekuensi struktur dan regangan kabel jelas Fahmi, BGTS menggunakan alat accelerometer dan strain gauge untuk melihat regangan frame baja. Jadi, semakin kecil angka microstrain yang didapat akan semakin bagus. Beberapa instrumen untuk mendapatkan data performa struktur dan kawat-kawat baja pada jembatan selebar 1,8 m dan 3 m ini.

“Alat yang digunakan berupa Instrumen Total Station (TS) untuk mengukur displacement atau pergeseran titik ukur saat jembatan dilewati beban manusia. Demi keamanan, loading test jembatan kaca ini menggunakan karung berisi pasir alih-alih menggunakan beban manusia,” jelasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Peresmian Masih Menunggu

Menurut Fahmi, jembatan Seruni Point kemudian diberi beban dengan karung-karung pasir seberat 35 Kg. Dua karung seberat 70 Kg merepresentasikan berat satu orang dewasa. Karung-karung tersebut diletakkan di lantai jembatan dengan jarak masing-masing 75 cm.

“Hasil pengujian beban (loading test) Jembatan Kaca Seruni Point (prototype) akan di evaluasi oleh Tim Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kementerian PUPR dan itu membutuhkan proses yang cukup lama. Dan dimulainya atau beroperasinya jembatan kaca Seruni Poin itu ditentukan langsung oleh Kementerian PUPR,” tegasnya.

Fahmi menambahkan peresmian dan beroperasinya jembatan kaca Seruni Point masih belum ada informasi yang pasti. Peresmian ini menunggu informasi selanjutnya dari pihak Kementerian PUPR.

“Sebagaimana pada saat ini jembatan kaca telah menjalani proses-proses yang ditentukan oleh Kementerian PUPR,” pungkasnya.

 

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya