Motif Satu Keluarga di Malang Bunuh Diri Diduga Karena Terlilit Utang

Kepolisian Resor (Polres) Malang mengungkap motif kasus satu keluarga yaitu yakni ayah suami berinisial WE (43), istri berinisial S (40) dan anak ARE (12), diduga bunuh diri di Dusun Boro RT03/10, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, pada Selasa (12/12/2023).

oleh Yusron Fahmi diperbarui 24 Jan 2024, 09:57 WIB
Diterbitkan 14 Des 2023, 06:03 WIB
Rumah dimana satu keluarga ditemukan tewas diduga bunuh diri di Malang. (Foto: tribratanews)
Rumah dimana satu keluarga ditemukan tewas diduga bunuh diri di Malang. (Foto: tribratanews)

Liputan6.com, Malang - Kepolisian Resor (Polres) Malang mengungkap motif kasus dugaan bunuh diri satu keluarga di Dusun Boro RT03/10, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, pada Selasa (12/12/2023). Mereka adalah suami atau ayah WE (43), istri berinisial S (40) dan anak ARE (12). 

Kasat Reskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat mengatakan, berdasarkan hasil penyelidikan sementara, diketahui bahwa motif bunuh diri tiga orang dalam satu keluarga tersebut terkait utang.

"Dari sini kita bisa menyimpulkan sementara untuk motif tindakan yang dilakukan oleh almarhum bapak WE ini lebih ke arah motif ekonomi," kata Gandha.

Gandha menjelaskan, sejauh ini, Polres Malang telah meminta keterangan dari tujuh orang saksi dalam kasus bunuh diri tersebut. Saksi yang telah diminati keterangan itu diantaranya adalah ketua Rukun Warga (RW) setempat yang merupakan tetangga korban.

Selain itu, lanjutnya, polisi juga telah memintai keterangan terhadap anak WE yang selamat, yaitu AKE. Dari pemeriksaan sejumlah saksi tersebut, diketahui WE pernah meminta tolong untuk meminjam sejumlah uang.

"Beberapa orang saksi yang kita mintai keterangan, memberikan informasi bahwa beberapa kesempatan yang lalu, yang bersangkutan WE pernah memohon, meminta tolong untuk meminjami sejumlah uang," katanya.

Ia menambahkan, satu pekan sebelum peristiwa bunuh diri tersebut, korban WE sempat menyampaikan kepada sejumlah saksi bahwa ia tidak bisa mengembalikan uang yang dipinjamnya tersebut. Polisi belum mengetahui pasti jumlah hutang korban tersebut.

"Masih perlu didalami untuk jumlah beban keuangan yang dimiliki oleh saudara WE. Belum bisa kami dalami terkait itu, berapa-berapanya. Kami belum mendalami terkait masalah itu, yang jelas yang bersangkutan memiliki beban utang," terangnya.

Utang Perseorangan

Ilustrasi Bunuh Diri. (Freepik)
Ilustrasi Bunuh Diri. (Freepik)

Berdasarkan fakta penyelidikan, lanjutnya, diketahui bahwa utang yang dimiliki oleh korban WE merupakan utang perseorangan. Polisi masih belum menemukan fakta bahwa korban terjerat utang pada aplikasi pinjaman online (pinjol).

"Sementara ini kami menemukan yang ada faktanya itu orang perseorangan. Karena sampai saat ini faktanya memang keluarga terdekat dan rekan kerja beliau tidak pernah mendapat WA (Whatsapp) teror atau SMS teror yang identik dengan pinjaman online seperti itu," katanya.

WE merupakan seorang guru di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukun, Kota Malang, dan istrinya, S, berjualan kue di rumah.

Sementara , kedua anak mereka yakni AKE dan ARE masih sekolah dan duduk di bangku kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP).

 

Penemuan Tiga Jasad

Penemuan tiga jasad sekeluarga diduga bunuh diri berawal pada Selasa pada pukul 03.00 WIB. Saat itu, WE membangunkan ARE untuk pindah kamar tidur bersama istrinya, S. Ketiga orang tersebut berada dalam satu kamar.

Sementara itu, AKE melanjutkan tidur yang kemudian terbangun dan menyadari sudah terlalu siang untuk melaksanakan ibadah shalat subuh. AKE kemudian bangun dan menuju kamar orang tuanya.

Namun, setelah memukul-mukul pintu kamar, AKE tidak mendapat respons dari dalam kamar orang tuanya tersebut.

"Kemudian, anak tersebut teriak minta tolong ke tetangga. Kemudian, tetangga masuk dan ditemukan bahwa WE dalam kondisi berlumuran darah," kata Gandha.

WE mengalami luka sayat yang cukup dalam pada tangan kiri. Korban kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat, namun dinyatakan meninggal dunia.

"Kemudian, juga terdapat dua mayat yang sudah meninggal dunia, dua orang perempuan. Untuk yang satu, sekira umur 40 tahun dan satu lagi sekira umur 12 tahun," jelas Gandha.

Dari dua jenazah tersebut, berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), ditemukan fakta bahwa mulut kedua korban mengeluarkan busa dan bau menyengat. Tidak jauh dari korban, ditemukan pula gelas dan bungkus obat nyamuk cair.

"Informasi dari petugas olah TKP, keduanya ditemukan dengan keadaan mulut mengeluarkan busa dan bau menyengat," tambah Gandha.

Kontak Bantuan

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul
Infografis mengenai kenali faktor-faktor risiko bunuh diri
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya