Liputan6.com, Jakarta - Anggota DPR Ravindra Airlangga menyatakan, pengelolaan sampah sudah menjadi persoalan yang sangat lama, khususnya di Kabupaten Bogor.
Salah satu wilayah penyangga ibukota ini, kata Ravindra, masih menghadapi persoalan di mana produksi sampah jauh lebih besar dari daya angkut sampah.
“Pengelolaan sampah menjadi salah satu masalah klasik di Bogor. Pada awal 2023, disebutkan setidaknya terdapat 2.100 ton sampah setiap harinya tidak bisa diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) dan menyebabkan banyak timbunan sampah terbengkalai," ujar Ravindra di hadapan warga Waringin Jaya, Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jumat (22/12/2023).
Advertisement
Disebutkan bahwa produksi sampah Bogor mencapai 2.800 ton perhari namun dengan daya angkut hanya 700 ton perhari saja,” ungkap
Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar ini, menyatakan, pengelolaan sampah yang baik juga terkait dengan persoalan lingkungan. Menurut dia, tanggungjawab menjaga lingkungan, termasuk pengelolaan sampah, bukan hanya pada pemerintah, tapi juga seluruh masyarakat.
“Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan desa kita, kita perlu menjaga keseimbangan antara kebutuhan hidup kita sehari-hari dengan pelestarian alam. Lingkungan yang sehat bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun juga tanggung jawab kita bersama sebagai masyarakat,” kata Ravindra.
Di hadapan 200-an warga yang didominasi ibu-ibu tersebut, Ravindra mengingatkan agar pengelolaan sampah sudah dimulai dengan di dapur. Pemisahan sampah dapur yang organik dan inorganik sudah harus dilakukan di level rumah tangga. Dari sanalah kemudian akan dimulai proses hilirisasi sampah sampai akhir.
“Food waste harus diperhatikan dan pemilahan sampah anatara organik dan inorganik di awal bisa mempermudah proses hiliriasasi sampah di akhir. Contoh sampah organik bisa menjadi pupuk, dan inorganik bisa di sortir dan pet/pp based bisa kembali menjasi bijih plastic,” pungkasnya.