Facebook Tak Akan Jadikan WhatsApp `Sapi Perah`

Mark Zuckerberg telah memiliki rencana sendiri untuk menjadikan WhatsApp sebagai pencetak keuntungan bagi perusahaannya.

oleh Denny Mahardy diperbarui 10 Okt 2014, 18:15 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2014, 18:15 WIB
Intip Masa Depan WhatsApp Pasca Dibeli Facebook
theshake.com.au

Liputan6.com, Jakarta - Niatan Facebook untuk membeli WhatsApp telah lama digulirkan di hadapan publik. Perusahaan raksasa jejaring sosial itu akhirnya secara resmi menjadikan WhatsApp sebagai bagian dari perusahaanya.

Meski sudah dinyatakan resmi menjadi bagian Facebook, WhatsApp sepertinya masih belum akan menjadi mesin pencetak uang bagi perusahaan jejaring sosial terbesar di dunia tersebut. Penjelasan soal tak ada niat Facebook mengeruk pendapatan dari WhatsApp diungkap langsung Mark Zuckerberg, CEO dan Pendiri Facebook.

Ia menyebutkan salah satu alasan Facebook bersikeras memiliki WhatsApp karena layanan itu sangat berbeda dengan milik perusahaan lainnya. Layanan pesan intsan itu berbeda karena disediakan secara gratis untuk tahun pertama, tak dilengkapi konten berbayar di dalamnya dan tak ada iklan berseliweran di depan pengguna.

Mantan mahasiswa drop-out di Harvard University itu mengaku tak akan mengubah pengalaman pengguna di layanan pesan instan terbesar di dunia itu untuk sementara waktu. Demikian informasi yang Zuckerberg saat wawancara dengan Reuters.

Zuckerberg disebutkan telah memiliki rencana sendiri untuk menjadikan WhatsApp sebagai pencetak keuntungan bagi perusahaannya. Akan tetapi, pria berambut keriting itu tak mau menyebutkan rencana yang akan diterapkan perusahaannya agar mendapatkan uang dari WhatsApp.

Facebook sukses membuat pemilik WhatsApp setuju menjual perusahaannya dengan nilai transaksi US$ 19 miliar. Nilai penjualan yang ditawarkan Facebook sukses melampaui penawaran yang diberikan Google sebesar US$ 10 miliar.

Namun seiring dengan melambungnya harga saham Facebok dalam beberapa bulan terakhir, nilai akuisisi WhatsApp yang awalnya US$ 19 miliar dilaporkan naik menjadi US$ 21,8 miliar.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya