Marissa Mayer jadi Kandidat CEO Baru Twitter?

CEO cantik Yahoo, Marissa Mayer, muncul sebagai salah satu kandidat kuat pengisi posisi CEO baru Twitter.

oleh Adhi Maulana diperbarui 13 Jan 2015, 17:20 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2015, 17:20 WIB
Marissa Mayer
Marissa Mayer (Brian Ach/Getty Images for TechCrunch/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah rumor panas datang dari industri teknologi di tahun baru 2015 ini. Rumor tersebut berkisar tentang pergantian pucuk pimpinan di beberapa perusahaan teknologi kenamaan.

Salah satu rumor yang belakangan semakin kencang berhembus adalah terkait posisi pimpinan Twitter yang kemungkinan akan segera ditinggal oleh sang CEO, Dick Costolo.

Prediksi sejumlah analis menyebutkan bahwa Costolo tidak akan menyia-nyiakan kesempatannya untuk bergabung dengan AoL di tahun 2015 ini. Sementara untuk posisi CEO Twitter yang ditinggalkannya, ada sejumlah nama yang diyakini memiliki peluang besar.

Menurut yang dilansir laman Techcrunch, Selasa (13/1/2014), nama CEO cantik Yahoo, Marissa Mayer, muncul sebagai salah satu kandidat kuat pengisi posisi CEO baru Twitter. Rumor ini pun didukung oleh pernyataan analis teknologi Walter Proce dan Robert Peck, serta mantan CEO Yahoo Ross Levinson yang mengatakan bahwa Yahoo dan Twitter ke depan akan segera melakukan merger.

Bila prediksi merger tersebut benar-benar terwujud, maka bisa diartikan Marissa Mayer akan memimpin Yahoo dan Twitter sekaligus.

Di lain sisi, rumor berbeda dihembuskan oleh acara 'Jay and Farhad Show'. Menurut acara tersebut, Adam Bain yang saat ini menjabat sebagai President of Global Revenue Twitter menjadi kandidat tunggal pengganti Costolo di posisi CEO.

Bain dinilai memiliki segala hal yang kini dibutuhkan oleh perkembangan Twitter. Ia telah bergabung dengan Twitter sejak 2010, dan namanya pun cukup tersohor di pasar saham.

Apapun kabar yang beredar, yang pasti sejauh ini kabar-kabar tersebut hanyalah sebatas rumor belaka. Salah satu investor besar Twitter, Jason Calacanis, malah menyatakan bahwa membiarkan Costolo pergi adalah sebuah kesalahan besar yang akan membuat banya investor meninggalkan Twitter.

(dhi/dew)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya