Ilmuwan: Suara Gemuruh `Sangkakala` itu Memang Ada

Para ilmuwan mengungkap bahwa suara `sangkakala` memang ada dan terbuat dari rentetan peristiwa alam

oleh Jeko I. R. diperbarui 14 Sep 2015, 11:56 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2015, 11:56 WIB
Ilmuwan: Suara Gemuruh `Sangkakala` itu Memang Ada
Para ilmuwan mengungkap bahwa suara `sangkakala` memang ada dan terbuat dari rentetan peristiwa alam

Liputan6.com, Paris - Suara gemuruh misterius yang sempat menghebohkan Jakarta baru-baru ini masih terus diusut. Banyak yang mengira bahwa suara tersebut sebagai salah satu pertanda alam.

Pun demikian, hal tersebut langsung ditampik Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) yang menegaskan bahwa suara tersebut bukanlah peristiwa alam atau bahkan suara terompet sangkakala seperti yang banyak diduga orang.

Thomas Djamalludin, Kepala LAPAN, mengungkapkan bahwa suara itu diyakini berasal dari pesawat yang melintasi wilayah setempat. Jadi, tidak perlu ada yang dikhawatirkan apalagi dihebohkan terkait soal suara tersebut.

Akan tetapi, jika melihat dari berbagai peristiwa suara misterius lainnya yang sempat terjadi pada beberapa wilayah di dunia, suara tersebut memiliki sebuah kesamaan. Yang artinya, para ilmuwan berspekulasi bahwa suara itu jelas asli berasal dari alam semesta.

Mengutip informasi dari laman The Independent, Senin (14/9/2015), suara gemuruh tersebut memang bukan berasal dari terompet sangkakala. Namun, sering dikaitkan dengan sebutan `sangkakala` karena memang mirip dengan suara terompet.

Dijelaskan secara ilmiah oleh para ilmuwan dari Center National de la Recherche Scientifique di Perancis, apa yang didengar oleh manusia di Bumi merupakan gelombang getaran yang berkelanjutan di dalam frekuensi yang sangat rendah. Getaran ini bisa terdeteksi walau tidak terjadi aktivitas gempa bumi.

Fabrice Arudhuin, kepala peneliti dari Center National de la Recherche Scientifique, mengatakan bahwa suara ini disebut dengan istilah `The Hum`.

Apa Itu The Hum?

The Hum terjadi akibat dari aktivitas mikroseismik pada gelombang lautan yang menghantam dasar laut. Hantaman yang berlangsung dalam jangka lama dan konsisten ini rupanya dapat menghasilkan suara gemuruh.

Aktivitas mikroseismik umumnya terlalu lemah untuk dideteksi. Teori sebelumnya mengungkap, bahwa suara tersebut bisa saja dihasilkan oleh gelombang radiasi elektromagnetik dari aktivitas rahasia militer lewat perangkat komunikasi yang hadir di kapal selam.

Saat ini, muncul teori terbaru yang mengungkap bahwa getaran tersebut sangatlah mungkin dihasilkan dari gelombang laut.

Dengan menggunakan model komputer yang menunjukkan skema laut, angin, dan dasar laut, tim ilmuwan yang juga dipimpin Fabrice ini menemukan bahwa gelombang laut ternyata bisa menciptakan gelombang seismik mini ketika bertabrakan.

Ia menjelaskan, gelombang laut yang melambat bisa menghasilkan gelombang seismik berfrekuensi 13 sampai 300 detik. Sebagian besar suara misterius, seperti suara lonceng atau terompet ini rupanya bisa berasal dari gelombang yang panjang.

"Hasil penelitian ini merupakan langkah penting dalam transformasi suara misterius ke dalam sinyal yang bisa dipahami," tutur Febrice. Ia mengatakan, pemahaman mengenai asal muasal suara ini dapat memungkinkan untuk menciptakan peta yang lebih komprehensif dari interior Bumi.

Teori Ilmiah NASA Soal Suara `Sangkakala`

Di sisi lain, para ilmuwan The National Aeronautics and Space Administration (NASA) sangat yakin bahwa suara `sangkakala` itu memang ada. Menurut mereka, suara tersebut merupakan sebuah `instrumen kebisingan` yang menjadi latar belakang Bumi.

Di dalam keterangannya, seperti yang dilansir Tech Times, juru bicara NASA mengungkap, bahwa manusia memiliki sebuah antena radio yang berada di telinganya. Dengan hadirnya antena radio ini, maka manusia bisa mendengar suara serta gelombang aneh yang berasal dari planet Bumi.

Selain itu, mereka juga menekankan bahwa peristiwa ini bukan bersifat fiksi ilmiah. Peristiwa ini digolongkan ke dalam kategori emisi radio alami yang berasal dari Bumi.

"Sangat banyak dan begitu wajar untuk terjadi," ujar juru bicara NASA yang tidak disebutkan namanya.

(jek/isk)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya