Opera Max Ditarget Terintegrasi 100 Juta Ponsel Android

Integrasi Opera Max pada banyak ponsel Android dapat menjadi solusi bagi pengguna ponsel yang terkendala paket data mahal.

oleh Corry Anestia diperbarui 10 Nov 2015, 15:15 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2015, 15:15 WIB
Opera Browser
(Doc: Blog Opera)

Liputan6.com, Oslo - Opera, perusahaan browser global, membidik 100 juta ponsel Android terintegrasi aplikasi Opera Max pada 2017. Demi tercapainya target tersebut, Opera menggaet sejumlah pabrikan handset besar di Asia, seperti Acer dan Hisense.

Dalam siaran pers yang diterima tim Tekno Liputan6.com, Senin (9/11/2015), Opera menyebut sudah ada 14 pabrikan handset yang telah membenamkan aplikasi tersebut di smartphone besutannya, termasuk Samsung dan Xiaomi.

Opera mengklaim bahwa peramban mobile-nya mampu menghemat paket data pengguna ponsel. Setidaknya, Opera Max dapat mengurangi konsumsi data berbagai aplikasi di Android hingga 50 persen.

Bahkan, penggemar aplikasi jejaring sosial seperti YouTube dan Instagram dapat menghemat hingga 60 persen dari total data yang biasa digunakan tanpa mengurangi kualitas layanan.

"Kebanyakan pengguna smartphone khawatir bahwa mereka akan kehabisan paket data. Kerja sama dengan Original Equipment Manufacturer (OEM) dapat menjawab kekhawatiran ini dan memberikan solusi optimal dalam mengakses internet," ujar Sergey Lossev, Product Manager Opera Max.

Hingga saat ini, Opera telah bekerja sama dengan pabrikan handset di seluruh dunia, antara lain Acer, Cherry Mobile, Evercoss, Fly, Hisense, Mobiistar, Micromax, Oppo, Prestigio, Samsung, Symphony, Tecno, TWZ dan Xiaomi.

Menurut Lossev, hal ini selaras dengan makin banyaknya konten yang dikonsumsi pengguna. Aktivitas seperti streaming video, aplikasi berita, dan jejaring sosial yang kaya akan gambar, adalah kegiatan yang paling banyak memakan data.

"Teknologi kompresi adalah kunci untuk membantu 1 milliar orang untuk bermigrasi ke smartphone. Opera Max dapat menjadi solusi bagi para pengguna ponsel yang mengalami hambatan pada tak memadainya infrastruktur jaringan dan paket data mahal," ujarnya

(cas/why)**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya